32.

4.5K 407 25
                                    

Aura POV

Pagi hari

"Enghh...," lenguhanku bangun tidur.

"Heng?," aku merasakan ada sesuatu yang membuatku tak bisa bernafas.

Akupun segera membuka mata. Kulihat ada satu tangan yang menimpa wajahku, tepat dibibir dan hidungku.

Tangan yang kecil dari tanganku ini sepertinya aku kenal. Apa ini tangan dia?.

Ku menoleh kearah samping. Dan benar saja. Ini tangannya. Perlahan kusingkirkan tangannya dari wajahku. Lalu, aku bangun, kemudian duduk dari tidur. Lagi, kulihat lagi wajahnya yang terkena cahaya matahari dari jendela.

"Cantik," ucapku sambil tersenyum dan terus memandangi wajah tenang dalam tidur itu.

Tak berkedip dan tak bergerak. Itu yang tiba-tiba terjadi padaku. Ketika melihat wajah nan ayunya.

Putri. Kenapa?. Kenapa dirimu selalu bisa membuatku mabuk. Mabuk candu kepadamu?.

"Mmhh...," lenguhannya sambil merenggangkan badan. Kemudian dia mengucek-ucek mata.

"Pagi," sapaku sembari tersenyum ke arahnya.

"Ng?," dia membuka matanya dan melihat ke arahku.

"Pagi juga," jawabnya sambil tersenyum juga. Lalu, bangun.

"Baru bangun?," tanyanya dengan suara serak sambil merapikan rambut panjangnya.

'Buset cantik banget' batinku saat dia menguncir rambutnya.

"Hm? Ra?," tanyanya lagi.

"Ah? Baru bangun kok," jawabku yang masih melihat nya dengan lekat-lekat.

"Ohh," Oh nya sambil melihatku.

"Kenapa?," tanyanya.

"Engga," ucapku sambil menguap.

"Maaf ketiduran disini," maafku kepadanya.

"Gapapa," jawabnya sambil tersenyum.

"Jadi... Ga enak," ucapku.

"Gapapa Ra," ucapnya yang masih tersenyum kepadaku.

"Ohke," gumamku.

"Udah pada bangun?," ucap Bu Aisyah yang baru saja datang dari arah dapur.

"Cuci muka habis gitu makan ya, Ibu udah siapin makanannya," ucapnya kemudian berlalu menuju luar rumah.

"Iya," iyaku dengan Putri.

Gatau ah Skip °^°.

"Aku pulang dulu," pamitku kepada kedua orang tua Putri dan juga Putri.

"Iya hati-hati," jawab mereka bertiga.

Setelah pamit. Akupun langsung menuju motorku yang terparkir didepan rumah. Kemudian menaikinya.

'Ngomong apa ya nanti ke Nenek sama Kakek' batinku khawatir.

'Kalo ngomong ketiduran pasti kagak percaya, padahal gua ketiduran beneran' lanjutku.

"Ga usah khawatir Non, Bapak udah ngomong kok ke Pak Aksaro sama Bu Ira, kalo Non Aura ketiduran," ucap Pak Aksman tau apa yang sedangku pikirkan.

"He'em ga usah khawatir," timpal Bu Aisyah.

"Owke, makasih," ucapku sambil tersenyum.

'Untunglah' legaku.

"Iya sama-sama," jawab Pak Aksman dan Bu Aisyah.

Dia PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang