5.

11.2K 592 11
                                    

Author POV

Beberapa hari kemudian...


Di suatu ruangan terdapat satu keluarga yang sedang asik menyantap makanan pagi mereka, yang tidak lain adalah keluarga Vanndless. Setelah mereka selesai sarapan, sang kepala keluarga mengajak mengobrol anak-anaknya sebelum pergi beraktifitas masing-masing.

"Ohh yaa, semalam Kakek kalian telfon ke Papa. Katanya, lusa kita di suruh kesana," Ucap sang kepala keluarga, yaitu Bagas.

"Ishhh ngapain sih kesana?," tanya Aura cepat.

"Huss, ga boleh gitu kalo ngomong," ucap Sulis, Mamanya. Sambil menasehati Aura.

"Ada acara syukuran hasil panen, kita diundang kesana. Yaa... sekalian, kalian ngeliat langsung cara mengolah hasil panen disana," ucap Bagas menjelaskan kepada anak-anaknya.

"Terus gimana sama kuliahku?," tanya Mada.

"Tenang, kan bisa izin. Lagipula kampus itu kan punya Papa," jawab Bagas.

"Iyaa juga sih, oke deh kita kesana," jawab Mada ke Papanya. Yang lain mengangguk setuju, kecuali Aura.

"Aku ga ikut," ucap Aura, yang seketika membuat bingung Papanya.

"Kenapa?," tanya Mamanya seketika yang baru selesai mencuci piring.

"Huftt..., Papa sama Mama tau kan kalo aku ga suka disana, ga bisa main game, bosen jadinya," jawab Aura kepada kedua orang tuannya.

"Apalagi nanti pasti disuruh ke sawah sama nenek," sambung Aura menjelaskan.

"Kan enak dek, sekalian kamu kenalan sama orang-orang sana," ucap anak pertama, yaitu Reno.

"Jangankan kenalan kak, baru sampe sana aja minta pulang," timpal Adham yang seketika diberi tatapan yang menyeramkan dari Aura.

"Lahya, inget kan dulu waktu dia masih kecil, kita ajak kesana ehh... dia nangis minta pulang padahal kan baru nyampe. Apalagi sambil guling guling ditanah sampe kepalanya kejedot pot bunga," timpal Mada yang hanya diangguki yang lain sambil tertawa mengingat kejadian itu. Seketika itu, Aura cemberut mendengar ucapan dari kakak kakaknya itu.

"Udah udah, kasihan tuh adek kamu, mukanya cemberut gitu," ucap Bagas sambil menghentikan aksi kedua anak laki-akinya yang sedang mengejek anak terakhirnya.

"Jadi ikut kan dek?," tanya Reno kakak laki laki pertama.

"Ga!!," Ucap Aura sambil meninggikan suaranya.

"Ayolah sayang, enak kok disana banyak anak-anak yang seumuran sama kamu, jadi kamu bisa main atau jalan-jalan sama mereka," bujuk Sulis, Mamanya kepada Aura. Aura pun menggelengkan kepala pertanda tidak.

"Ayolah dek ikut, biar kakak ada temen ngobrol kalo yang lain pada sibuk disana," mohon sang kakak perempuan nya, Risa. Aura pun diam tak menjawab.

"Iyaa dek, ayolah ikut, sekalian refreshing dari kerjaan yang numpuk," ucap Reno kepada Aura.

"Yeee itu mah kakak," ucap Risa ke Reno. Yang hanya diberi cengingiran oleh Reno.

"Jadi, ikut yaa?," ucap Bagas, Papanya. Yang masih saja tidak ada jawaban dari Aura. Aura terlihat sedang berpikir untuk ikut atau tidak, dan pada akhirnya Aura menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Haaa..., Oke aku ikut," jawab Aura sambil 'pasrah'?. Mereka pun senang mendengar jawaban dari sang anak terakhir dari keluarga ini.

"Nahh gitu dong, dari tadi kek jawabnya," ucap Risa ke adiknya itu. Yang hanya diberi deheman oleh Aura.

Dia PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang