81.

2.3K 196 59
                                    

Author POV

"Bi, ini piringnya sekalian ya," ucap Putri kepada art dirumahnya.

Pagi menjelang siang, tepatnya pada pukul 10.30 . Dirumah mewah ini, Putri tengah asik menonton TV sendirian didalam kamar, sembari menyemili snack kesukaannya. Dan sambil juga menunggu sang suami pulang bekerja, yang diperkirakan pulang pada siang hari, sebab hari ini sang suami hanya ada rapat saja. Iya, siapa lagi sang suami kalau bukan Aura.

"Iya Non," jawab art itu sambil mengambil piring yang Putri maksud.

"Udah berapa kali jangan panggil saya Non atuh. Panggil Ibu aja, sekalian panggil suami saya Bapak jangan Den. Oke?," ucap Putri tak terlalu nyaman ketika dipanggil dengan sebutan "Non". Demikian pula dengan Aura, mulai semenjak Putri hamil 8 bulan. Dirinya kini lebih enak dipanggil dengan sebutan "Pak" saja. Karena menurutnya lebih enakan dipanggil seperti itu.

"E-Eh i-iya Bu," ucap art itu. Dan diangguki oleh Putri.

Lalu, art itu pun pergi dari kamar sambil membawa beberapa peralatan makan yang kotor menuju dapur.

"Aduh...... Dari tadi kebelet pipis terus deh," keluh Putri.

Bagaimana tidak, kandungannya sudah menyentuh umur 9 bulan!. Yang mana sebentar lagi sang kembar akan lahir menyapa dunia ini!.

"...," Putri berusaha berdiri dari atas ranjang.

Setelah itu dia pun langsung pergi menuju kamar mandi dengan jalan yang pelan-pelan karena sang dedek-dedek itu.

"Huft akhirnya lega.......," ucapnya setelah keluar dari dalam kamar mandi.

Dia berjalan kembali ke kasur dan melanjutkan menonton TV.
Namun saat ditengah perjalanan...

"A-A....," tiba-tiba saja perutnya terasa sangat sakit.

Putri langsung sempoyongan, hampir saja tersungkur jatuh ke lantai, untung saja dia bisa menahan dirinya dengan berpegangan ke meja yang ada disebelahnya. Kemudian dia melihat ke bawah, ke arah kakinya.

Deg!

Sebuah darah menetes keluar dengan sangat banyak!.

Seketika dia panik dan dibarengi dengan rasa sakit yang luar biasa di perutnya. Dia pun berteriak meminta tolong.

"Ah?!," kagetnya.

"T-Tolong! Tolong!," teriak Putri sambil sekuat tenaga menahan rasa sakit.

Teriakannya semakin dia kencangkan. Untung saja pintu kamarnya setengah terbuka. Jadi cukup mudah untuk didengar orang.

"TOLONG!!!!!,"

"Ngh!," erangannya.

Putri tak kuat menahan dirinya. Dia pun duduk dilantai sambil kakinya bersimbah darah. Dan keringat bercucuran keluar.

"Tolong," Putri semakin lemas diri.

Kriet!

"Ya ampun, Bu!," akhirnya pertolongan datang.

Iya, akhirnya salah satu art rumah ini mendengar suara teriakan dari dalam kamar sang tuan rumah. Dia pun melihat Putri sudah lemas dilantai.

"PAK DAVID, PAK IWAN, PAK HERI!!! PAK EKO!!!. TOLONG!!!,"

"TOLONG!!! TOLONG!!!! TOLONG!!!!," teriak art itu yang bernama Bu Pur. Dari lantai atas.

"Ibu t-tahan ya," Bu Pur panik.

"Nghh!!," Putri merasakan sesuatu akan keluar dari alat kelaminnya.

Drap!
Drap!
Drap!

Dia PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang