79.

2.9K 243 68
                                    

Author POV

"Hati-hati," ucap Aura yang sedang membantu istrinya menaiki anak tangga.

"Iya," jawab Putri sambil menaiki anak tangga dengan perlahan.

Iya, mereka berdua kini berada ditempat rahasia mereka. Dimana lagi kalau bukan. Bukit.

Untung saja, siang ini mentari tidak terlalu terik. Jadi, mereka tidak terlalu berkeringat dan kehausan.

"Haduh.....," Putri mulai kelelahan.

"Sini aku gendong," Aura peka kalau istrinya capek.

Ia membungkukkan badannya dan membelakangi sang istri. Ia bermaksud untuk menggendong Putri.

"Ga kegencet kan baby nya?," tanya Aura saat Putri sudah di berada digendong-an nya.

"Ya engga lah sayang, masih juga baru 3 bulan," ucap Putri.

"Iya juga ya," ucap Aura kemudian melanjutkan menaiki anak tangga.

"Sayang," panggil Putri disela-sela perjalanan.

"Apa?," tanya Aura yang masih tanpa lelah terus berjalan.

"Ahh.....,"

Deg!

"...," seketika Aura menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.

"Hahahaha!!!," tawa Putri kencang saat berhasil menjaili suaminya.

"Hahahaha!!!!,"

"Dasar. Awas nanti kalo dirumah, kamu aku eksekusi sampe 3 ronde!," kesal campur gemas Aura.

"Eh?!, Nani?!," Putri melotot kan matanya.

Lalu Putri mengomeli Aura karena tak terima.

Sedangkan Aura tak begitu perduli. Salah siapa, yang menjahili dahulu. Pokok, nantinya Aura akan menghukum Putri 3 ronde setelah pulang dari sini!.

"Sudah sampai~," Aura menurunkan Putri dari gendongannya.

"Hah.......," angin dan udara sangat segar. Putri menghirup udara dalam-dalam.

"Udah lama ya sayang kita ga kesini," ucap Aura menikmati pemandangan dari atas bukit ini.

"Iya. Terakhir kali kapan ya kita kesini?," tanya Putri.

"Pas aku ngelamar kamu?. 3 bulan lalu?," ucap Aura.

"Hm... Kayaknya. Hah..... Kangen banget sama tempat ini," Putri merentangkan tangannya.

"...,"

"Eh?,"

Aura memeluk Putri dari belakang dengan lembut dan membenamkan wajahnya tepat dipundak Putri.

Sungguh sangat romantis. Berdua menikmati pemandangan yang indah dari atas bukit.

Bukit yang menjadi saksi bisu terjadinya proses pengucapan kalimat sakral dari sepasang kekasih yang sudah lama memendam rasa hati. Tak dapat dipungkiri, kenangan itu masih tersimpan dengan rapi di memori.

"Kenapa? Hm?," tanya Putri.

"...," Aura hanya menggelengkan kepalanya.

"Jadi inget dulu," ucap Aura.

Putri membalikkan badannya.

"Dulu?," tanyanya.

"Hm. Rumit banget, buat dapetin kamu,"

"Yang ini lah yang itu lah, kejadian ini terus itu lah, begitulah...... ribet. Huft..... tapi akhirnya, sekarang kamu bisa jadi istri aku," senyum Aura.

Dia PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang