41.

4.9K 460 47
                                    

Aura POV

07.00

"Jangan marah atuh, iya aku gabakal lakuin gitu lagi," ucapku.

Sayangku sedang merajuk. Dia cemburu dan juga marah. Karena waktu lomba, aku membuka baju dan memaparkan tubuh sexy ku yang bisa menggoda para kaum hawa itu.

"Hmm," dehemannya seraya membelakangiku. Btw ini masih tiduran di ranjang.

"Maaf," kupeluk ia dari belakang.

"...," dia masih diam tak menjawab.

"Sayang, maaf," bisikku tepat ditelinganya.

Akupun mengecupi pipinya. Lalu, perlahan turun ke leher belakangnya. Dan akhirnya dia membuka suaranya.

"Nghh....,"

Terus ku kecupi dia. Tanpa ampun, aku lumat bibirnya dengan cukup liar. Sehingga dia mengeluarkan nada desah yang hampir sempurna.

"Maaf," ku tindih tubuhnya.

"Hah...," hembusan nafasnya dengan kasar.

"Janji jangan diulangi lagi," ucapnya sambil dia melihatiku dengan tatapan yang marah dan manja menjadi satu. Itu terlihat begitu imut dimataku.

"Iya janji," kutautkan jari kelingking kami menjadi satu.

Sedetik kemudian ku lumat lagi bibirnya. Bukan salahku jika aku seperti ini. Dialah yang memulai. Dengan pakaiannya yang acak sehabis bangun dari tidur. Entah kenapa itu membuatku tertarik untuk ingin merasakannya.

"Udahhh," dia mengentikan aktifitasku sambil dia mendorong pelan bahuku.

"Lagi," ucapku yang belum puas.

"Udahhh rahh," desahnya karena tanganku bermain main dilehernya.

"K-Kamu harushahh ke pahbrik," dia benar-benar menyetopku.

"Udah ya, kamu sekarang mandi," ucapnya dengan wajah memerah.

"Gamau," kini aku manja kepadanya.

"Hei, kamu kan disuruh ngawasain aja," ucapnya seraya memegang kedua pipiku dan dia kini menatapiku.

"Masa gamau?, kasihan Kakek bolak balik ke sawah-pabrik," sambungnya yang membuatku berpikir dua kali.

"Tapi lama," jawabku tak semangat.

"2 jam masa lama?," tanyanya lagi. Aku mengangguk.

Dia tertawa kecil. Seraya sedikit menunjukkan giginya.

"Malah ketawa," ucapku.

"Lagian kamu, disuruh ngawasain aja gamau, huuu dasar," dia gemas dengan mencubit pelan pipiku.

"Yeeeee kan aku sekarang lagi males," aku membela diri.

"Gaboleh malas!," tegasnya.

"Udah mandi buruan, udah mau siang," diapun bangkit dari rebahan. Aku yang diatasnya pun otomatis juga ikut bangkit.

"Maunya sama kamuuu," gelayut manjaku kepadanya.

"He mandi sendiri!," ucapnya sambil menarikku menuju kamar mandi.

"Halah, mandiin, ayolahhhh ya ya ya ya plisssss," mohonku tak masuk akal.

Seketika wajahnya merona merah dan ia segera menutup pintu kamar mandi yang ada aku didalamnya. Aku pun mengoceh selama mandi. Untung saja sedari tadi tidak ada orang yang melihatku ditarik-tarik oleh Putri menuju kamar mandi. Kalo ada yang liat mah, berabe urusan, apalagi ibunya, bisa-bisa kena marah dia, kan kesian.

Dia PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang