Z • 66 | "Waw. Emejing"

327 69 17
                                    

Hai!
Hello!
Annyeong!

Lama gak jumpa ya?
:)




Selamat membaca
.
.
.



Rosé menggenggam erat tangan Taehyung. Mereka berdua kini sedang duduk di bangku panjang yang ada ditaman komplek. Rosé membawa Taehyung kesini tadi setelah pemuda itu melepaskan pelukannya.

Bahu Taehyung masih bergetar meski tak sekuat tadi. Pemuda itu menunduk menatap sepatunya. Sedangkan tangannya membalas genggaman Rosé tak kalah erat.

Seakan, jika dia lepaskan maka Rosé akan pergi meninggalkannya. Seperti sang Kakek.

Rosé dengan sabar menenangkan pemuda yang berstatus kekasihnya itu.

Pasti berat sekali kehilangan seseorang.

"Kakek pergi," lirih Taehyung tiba-tiba.

Kepalanya terangkat. Menatap Rosé dengan mata sembabnya.

Rosé semakin mengeratkan genggaman tangannya dan menggunakan ibu jarinya untuk mengusap punggung tangan Taehyung, menguatkan.

Taehyung kembali menunduk. Kini menatap tautan tangan mereka.

"Kakek bilang bakal liat aku sukses dulu. Punya pendamping hidup, berkeluarga, sampai aku punya anak. Kakek bilang bakal bertahan sampai hari itu tiba, tapi--" Taehyung semakin menunduk. Kini bahunya kembali bergetar hebat.

Bahkan bisa Rosé rasakan ada tetasan air yang jatuh diatas tangannya.

Rosé kembali merengkuh pemuda itu ke dalam dekapan. Mengusap punggungnya berkali-kali dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya masih setia menggenggam tangan Taehyung.

"Kakek pergi ninggalin aku. Kakek gak bisa bertahan seperti yang dia bilang sebelum operasi. Dia, dia pergi. Dia pergi. Hiks, Kakek udah pergi." tangis Taehyung semakin menjadi. Rosé bisa merasakan bahunya basah karena air mata Taehyung.

"Udah Kak, tenang. Mungkin ini jalan terbaik buat Kakek. Ini takdirnya. Kakak gak boleh kayak gini. Belajar ikhlas, oke? Kakek selama ini menderita karena penyakitnya, mungkin sekarang dia udah tenang kan disana? Jangan nangis lagi, nanti Kakek ikut sedih juga disana," kata Rosé menghibur sebisa mungkin. Gadis itu ikut merasa sesak bahkan airmata sudah menggenang dipelupuk matanya.

Taehyung diam. Namun bahunya masih bergetar ringan.

"Kakek salah satu orang terdekatku di keluarga Ayah. Kakek yang dari dulu sering bersamaku. Bahkan waktu kecil aku tumbuh diawasi Kakek. Kakek itu orang terpenting di hidup aku. Kakek lebih sering jadi tempat aku berkeluh kesah dari pada Bunda atau yang lainnya," cerita Taehyung setelah tangisnya reda.

Taehyung menyamankan dirinya didalam pelukan Rosé.

Rosé masih menepuk punggung Taehyung pelan. Menyalurkan energinya untuk kekasihnya itu.

"Padahal, prediksi dokter waktu Kakek masih lama banget. Tapi, Kakek tiba-tiba ngalamin pendarahan di otak. Dan harus segera di operasi. Aku terus nunggu disamping Kakek. Nemenin Kakek, bahkan sebelum operasi itu Kakek sempet bilang dia pasti dan bakal bertahan, tapi--" Taehyung menahan napasnya yang tercekat. Dadanya sesak. Seperti oksigen benar-benar menghilang dari tempatnya.

"Sekarang dia pergi. Aku pengen nyoba buat ikhlas. Tapi, tetep aja rasanya sakit, sesak dan bikin aku nangis kayak tadi. Aku gak sekuat itu karena ini Kakek. Kakek kelemahanku selain Ayah, Bunda dan Kamu."

ZigZagTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang