RUMIT

292 41 209
                                    

Rani berlari terburu-buru diiringi isak tersedu. Ia bahkan tidak peduli tatapan orang lain di area taman itu. Meski sangat menyakitkan atas kejujuran yang semula begitu sulit untuk diungkapkan. Pada akhirnya ia pun menyerah pada kenyataan. Sebelumnya Rani membangun asa terlampau tinggi tentang kesungguhan sang kekasih pujaan. Angan-angan tentang bayangan bahagia yang nanti mengantarkan keinginannya menuju puncak kasih yang sejak dahulu ingin diraih. Semua masih tertunda karena semesta menuliskan jalan hidup yang teramat pedih. Hingga membuatnya menyingkir dan tersisih sebab sang kekasih yang tidak bisa menerima cela yang membuat nilai harga diri berkurang karena telah direnggut oleh seseorang akibat dari tragedi yang tidak pernah terlintas dalam bayang. Kini ia membawa kepedihan dari realita yang diterima dengan deraian air mata. Dalam kekalutan diliputi kegalauan ia tidak fokus dengan arah pandangan. Dan akhirnya ia menubruk tubuh seseorang yang berjalan melintas di depannya.

"Lho, Rani, Kamu kenapa?" tanya seseorang yang bertabrakan dengan Rani yang jatuh terduduk di area taman itu masih diiringi isak pilu.

Rani berupaya meredam kepedihan yang dirasakan dengan menyeka dua sisi pipinya bergantian. Menyipitkan pandangan pada sosok wanita yang baru sekali ini ditemuinya.

Wanita itu mengulurkan tangan kanannya bermaksud membantunya berdiri. Awalnya Rani ragu dengan niat baik wanita di depannya itu. Seingatnya wanita di depannya ini adalah seseorang yang baru sekali dilihatnya. Kalau boleh jujur ia pun belum pernah bertatap muka secara langsung apalagi bicara dengannya. Tapi kenapa sikapnya seperti seorang kawan lama yang sudah akrab.
Rani pun berdiri perlahan meraih uluran tangan sebagai wujud bantuan dari wanita tersebut.

"Kamu---" ucapan Rani tersela oleh wanita di depannya.

"Iya, seperti dugaanmu. Aku Monica Saraswati," ucap wanita itu membenarkan tebakan Rani walaupun gadis itu belum mengatakan sesuatu.

"Bagaimana Kamu bisa ada di sini?"

"Itu bukan pertanyaan penting Rani?"

"Dan bagaimana Kamu bisa tahu namaku. Dan kita pun bertemu baru sekali ini," tanya Rani masih keheranan dengan kehadiran Monica.

"Apa Kamu lupa? Kalau Kamu itu seorang public figure? Wajahmu terpampang dimana-mana bahkan memenuhi seluruh kota. Lagi pula hanya orang bodoh sampai tidak mengenalimu. Setiap hari aku berkutat di lingkungan tempatmu bekerja dan berada di naungan agency PT. ANGKASA ENTERTAINMENT."

"Jadi ...."

"Iya benar. Aku yang memegang kendali pada agency yang menaungimu," kata Monica begitu lugas.

"Setelah memberitahuku tentang ini. Apa yang Kamu inginkan? Karena maaf saja, aku sama sekali tidak ada waktu untuk membicarakan hal yang tidak penting." Rani terlihat malas meladeni Monica. Dengan langkah gerak cepat ia meninggalkan wanita itu.

"Tidak usah terburu-buru. Aku punya penawaran menarik untukmu. Bagaimana kalau Kamu melepaskan Arfi dengan sukarela, maka aku pun akan berhenti mengusikmu?" usul Monica.

Rani yang semula tidak peduli dengan ocehan perempuan itu mendadak berhenti dengan jarak sekitar tiga meter. Ia merasa geram dengan perkataan wanita itu seolah tidak bisa menghargai sebuah perasaan.

"Kamu begitu beruntung dicintai oleh dua orang pria yang sangat tulus dan baik. Alangkah baiknya jika Kamu segera memutuskan hubunganmu dengan Arfi. Dengan begitu Kamu bisa melanjutkan impianmu yang tertunda sebagai Nyonya Afrizal. Dan aku bisa kembali pada orang yang sangat aku cintai?" tawar Monica seperti tanpa beban rasa bersalah.

Monica menerbitkan senyum kemenangan karena berhasil memancing atensi Rani setelah berujar demikian. Rani langsung membalikkan badan berjalan menghampiri Monic yang menampilkan senyum jumawa seolah dirinya pasti menang dengan penawaran yang ia ajukan.

PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang