Seperti hari-hari biasanya Helsa dan rekannya berkutat dengan pekerjaan di Klinik Medical Center. Sore ini suasana tampak lengang sebab tidak banyak pasien yang berobat. Sedangkan di bagian IGD juga tidak begitu banyak pekerjaan. Jika sedang banyak pasien yang ditangani di sana terkadang Helsa turut membantu sebab bila pasien datang membludak di bagian tersebut membutuhkan banyak tenaga.
Sebenarnya
dokter yang bekerja di sana banyak jumlahnya tapi terkadang agak berkurang jika beberapa orang ditunjuk untuk melanjutkan studi program spesialis sebab prestasi yang didapat selama praktek di klinik tersebut.Setiap ada program studi beasiswa yang sengaja diselenggarakan pihak managemen rumah sakit banyak dokter muda yang berkompeten dan berprestasi sehingga mereka mendapat peluang dari program beasiswa yang tersedia untuk melanjutkan pendidikannya.
Klinik dan rumah sakit Medical Center berada di satu lokasi dengan bangunan bersebelahan. Helsa dan Fandy Hendrawan pernah mendapat peluang itu namun mereka masih belum bersedia menerima program studi lanjutan untuk mengambil program spesialis.
Mereka kompak karena masih memiliki keinginan mengabdi di daerah terpencil suatu hari nanti setelah cukup berpengalaman selama praktek di Jakarta. Sama halnya dengan Tasya Kusuma Dewi. Mereka bertiga kompak untuk melakukan itu bersama-sana suatu hari nanti sebagai wujud kepedulian sosial seperti yang dicita-citakan sejak dulu untuk menolong orang lain dengan memfasilitasi pengobatan gratis bagi orang-orang yang tidak mampu.
Dalam diam Helsa masih memikirkan tentang apa yang disampaikan oleh Siska pagi tadi. Terkadang ia merasa bingung dengan kerumitan antara hubungan sang Kakak dengan Rani. Dia berpikir gadis itu masih belum bisa sepenuhnya mencintai sang kakak sebab tidak memiliki ketegasan untuk memilih salah satu di antara mereka.
Di keheningan suasana di ruangan itu ia segera menyelesaikan pekerjaannya memeriksa berkas rekam medis beberapa pasien yang datang berobat hari ini.
Usai berkutat dengan file itu, ia pun beranjak keluar ruangan sekadar untuk mencari penyegaran mencari solusi atas masalah yang sedang dihadapi sang kakak.
Rasa geram terhadap sikap Monica yang diluar prediksinya akan melanjutkan aksi terselubung yang sudah diduga sebelumnya ternyata kecolongan juga.
Padahal waktu itu dia pernah mengingatkan perempuan tersebut agar tidak lagi hadir dalam kehidupan Arfi. Bahkan sang kakak juga telah menolaknya kala itu. Dasarnya si Monica adalah tipe wanita ambisius dan sangat egois tentu saja tidak akan gentar dengan gertakannya.
Saat dia berjalan menuju area taman klinik, Firman melintas di depannya menghadang arah langkahnya. Dia mengernyit bingung dengan maksud rekannya itu.
Sebenarnya sangat malas meladeni pria di depannya itu. Setelah perdebatannya beberapa waktu lalu yang menuduhnya macam-macam dan tidak percaya dengan ucapannya mengenai masalah Arum---ia memutuskan untuk tidak lagi berurusan dengan lelaki itu.
Meskipun mereka berada di satu lokasi pekerjaan yang sama, sebisa mungkin ia membatasi interaksi dengan dokter muda tersebut. Lega rasanya ketika tugasnya sebagai pembimbing untuk Firman beberapa bulan lamanya berakhir sebelum perdebatan mereka beberrapa waktu lalu. Jadi dia tak perlu repot-repot membuat alasan jika terlibat di satu tugas ketika ditunjuk untuk menghadiri seminar yang sering melibatkan Firman di dalamnya.
"Bisakah kita bicara?"
"Apakah ada hal penting yang ingin Kamu sampaikan atau ditanyakan lagi? Seingatku semua hal sudah pernah kujelaskan apapun mengenai Arum waktu itu," tanya Helsa.
"Tentu. Kita duduk di sana saja!" tunjuk Firman di sebuah bangku kosong di area taman klinik.
Tanpa banyak kata dia menuju bangku kosong yang dimaksud Firman dan duduk di sana mencari posisi yang nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
PENJAGA HATI
Mystery / ThrillerKisah seorang gadis yg sangat putus asa hingga berniat mengakhiri hidup karena depresi dan dipertemukan dengan seorang pemuda yg berhati permata hingga akhirnya mereka menemukan kebahagiaan meski tak mudah menggapainya karena masa lalu masing-masing...