Tidak seperti biasanya Helsa berangkat ke klinik lebih awal. Ternyata ia berniat mampir sebentar ke rumah Firman untuk memastikan keadaannya baik-baik saja.
“Non, jam segini kok udah berangkat?” tanya Bi Ijah.
“Iya, Bi. Soalnya nengok temen lagi sakit.”
“Memangnya Non udah nggak apa-apa? Apa tidak sebaiknya istarahat aja jangan ke klinik dulu,” Bi Ijah cemas.
“Nggak apa-apa kok Bi, cuma luka ringan aja," sanggah Helsa sambil tersenyum.
“Hati-hati ya, Non,” ucap Bi Ijah masih khawatir.
Dua puluh menit kemudian Helsa sampai di rumah Firman. Ia bermaksud menjenguk sahabatnya itu sambil membawakan makanan sebagai ungkapan terima kasih untuk kesekian kalinya.
Tok … tok … tok.
Terdengar suara pintu diketuk, Firman bergegas menuju ke depan untuk membukanya.
“Selamat pagi," sapa Helsa dengan senyum merekah.
“Kamu Els. Silahkan masuk,” sambut Firman.
“Oh iya, gimana keadaanmu sudah baikan?" tanya Helsa seraya menyerahkan paper bag berisi dua kotak makanan yang dibawanya.
“Sudah lebih baik,” terang Firman.
“Seharusnya kamu tak usah repot-repot bawa makanan segala,” ungkapnya merasa sungkan.
“Sudahlah nggak apa-apa. Itu tak seberapa dibandingkan dengan pertolonganmu kemarin. Aku
merasa tak mampu membalasnya,” ujar Helsa tulus.“Itu tak perlu dibahas. Lagipula memang sudah sewajarnya kita saling menolong,” tukasnya sungguh-sungguh.
Mereka pun berbincang ala kadarnya dan tak lama kemudian Helsa pamit untuk melaksanakan tugasnya seperti di klinik. Semalam Helsa sudah menghubungi kakaknya sepulang dari rumah Firman setelah diberitahu oleh bi Ijah, meskipun akhirnya harus berbohong mengenai kejadian yang menimpanya kala itu. Kakaknya merasa tenang setelah mendengar suara sumringah sang adik walaupun itu hanya untuk menutupi keadaan yang sebenarnya. Helsa pun berpesan pada bi Ijah agar tak bicara hal apapun jika kakaknya bertanya sewaktu-waktu. Helsa akan bercerita nanti jika kakaknya sudah pulang agat tak merasa cemas.
Sementara itu di kediaman Villa Hariwijaya, Rani terlihat kebosanan karena sudah seminggu tak beraktivitas sebagai model.
“Kak, kita sudah seminggu disini. Kapan kita pulang?” rengek Rani manja.
“Kamu sudah bosan disini?” Arfi malah balik bertanya.
“Iya Kak Ar. Aku bosan,” Rani merajuk.
Arfi hanya tersenyum melihat tingkah Rani yang terkadang menunjukkan sikap manja hanya kepadanya.
“Baiklah, kalau begitu kita pulang hari ini.” ucap Arfi mantap.
Rani tersenyum senang kemudian mereka segera berkemas dan siap kembali ke kota.
💎💎💎
Dalam perjalanan Ringgo menahan amarahnya yang sudah sampai di ubun-ubun mengingat perbuatan nekad si Jack. Ia hanya tak ingin terseret terlalu jauh dengan kepentingan sahabatnya itu. Semula ia sudah menyarankan agar si Jack sedikit bersabar dalam menjalankan rencananya yang lain tanpa harus berbuat kriminal. Satu hal yang ditakutkan adalah bilamana Helsa melaporkan kejadian itu ke pihak yang berwajib. Dengan emosi yang ditahan sejak tadi Ringgo meluapkan kekesalannya pada sahabatnya itu tanpa basa basi sesampainya di rumah Jack.

KAMU SEDANG MEMBACA
PENJAGA HATI
Misteri / ThrillerKisah seorang gadis yg sangat putus asa hingga berniat mengakhiri hidup karena depresi dan dipertemukan dengan seorang pemuda yg berhati permata hingga akhirnya mereka menemukan kebahagiaan meski tak mudah menggapainya karena masa lalu masing-masing...