SEKILAS MASA LALU FIRMAN

252 29 2
                                    



Seperti hari-hari sebelumnya dua sejoli itu melakukan aktivitasnya kembali seperti biasanya. Siapa lagi kalau bukan Rani dan Arfi. Mereka itu ibarat api dan asap dimana ada Rani disitu pula pasti ada Arfi dan begitu pun sebaliknya seakan saling melengkapi. Sejak Arfi mengorbitkan Rani menjadi
seorang model di Yudhistira Corporation pria itu bertekad menjadi motivator langsung
sebagai tonggak perjalanan karir gadis itu mulai dari nol hingga akhirnya naik daun seperti sekarang ini. Semua itu tak lepas dari kerja keras pantang menyerah dari keduanya. Dan hari ini Rani menjalani aktivitasnya seperti biasa tentunya dengan rutinitas modeling berpose di depan
kamera. Di studio pun tak ketinggalan pula ada Arfi yang sedang mengatur semua jadwal untuk Rani sekaligus mempelajari proposal kontrak kerja yang ditawarkan untuk Rani.

Rani begitu antusias melakukan
rutinitasnya kali ini sejak pulang berlibur beberapa waktu lalu. Hari ini ada tawaran kontrak dari sebuah  menejemen artis untuk keperluan syuting video klip. Saat keduanya tengah fokus dengan kegiatannya masing-masing, Siska langsung masuk ke ruangan itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

“Duh yang baru jadian kerjanya makin semangat aja,” goda Siska ketika mendekati Arfi sambil membawa berkas penting.

Arfi langsung berhenti sejenak dari kegiatannya saat mendengar ucapan Siska barusan. Dan menoleh ke arah gadis itu.

“Kamu itu datang-datang nyelonong  nggak salam dulu malah asal nyeplos aja,” protes Arfi atas sikap Siska
yang masuk ruangan itu tanpa permisi.

“Iya maaf deh,” ucap Siska pura-pura menyesal sembari menyodorkan berkas yang dibawa tadi.

Arfi menerima berkas itu dan meletakkannya di meja.

“Jangan lupa PJ-nya,” pinta Siska.

“Kamu itu jangan keras- keras bicaranya. Nggak enak kalau Rani dengar,”ucap Arfi menarik tangan Siska untuk diajak keluar dari ruangan itu.

“Kenapa sih, Ar? Gitu aja sok malu-malu,” ejek Siska.

“Bukan kayak gitu, Sis?’ elak Arfi.

“Wajar kan, aku bicara kayak gitu. Kalian, kan memang udah jadian,” goda Siska menaik turunkan alisnya.

“Semua itu tak semudah kelihatannya,” lirih Arfi pasrah, namun ucapannya itu masih dapat didengar Siska.

Siska tampak meneliti ekspresi Arfi seperti terlihat gundah.

“Kenapa? Emangnya ditolak?” tanya Siska heran.

Arfi pun hanya mengangguk sebagai jawaban.

Arfi bercerita banyak hal tentang liburannya waktu itu dan juga kejujuran perasaannya. Siska mendengarkan dengan seksama.

“Kalau soal itu Kamu tak usah khawatir. Selama ada Dewi Cinta disini semua pasti beres,” ucap
Siska beri semangat Arfi.

“Emang Kamu Dewi Afrodit sungguhan?” ejek Arfi meremehkan.

“Iya,” jawab Siska percaya diri.

“Meski Kamu pernah jadi Dewi Cinta di opera sekolah bukan berarti Kamu jadi Dewi Afrodit sungguhan. Ini kan  realita bukan fiksi,” remeh Arfi tak percaya.

“Mau bukti,” tantang Siska.
“Udahlah, Sis, tak usah main-main.” Arfi makin tak percaya.

Siska cemberut karena merasa diremehkan, namun ia bertekad akan membantu Arfi untuk
memenangkan hati Rani. Dia sangat yakin mereka pasti berjodoh. Kehadiran gadis itu berdampak positif dalam kehidupan Arfi. Pada mulanya pria itu tampak lebih pendiam kini lebih banyak tersenyum dan semangat. Oleh sebab itu Siska turut senang melihat kebahagiaan sepupunya.

PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang