SISKA VS MONICA

269 39 21
                                        

Pagi yang cerah disambut nyanyian burung kutilang. Bersenandung merdu menyapa hari dengan nada syahdu. Mengantarkan bahagia tanpa ragu. Binar ceria terbias selalu.

🍁🍁🍁

Pagi ini Helsa beraktivitas kembali seperti biasa. Sejak mengetahui fakta tentang peristiwa tragis yang menimpa Sandra, ia benar-benar waspada. Bisa saja orang-orang yang pernah meneror keluarganya sedang siaga. Sejenak ia menganalisa tentang semua kejanggalan yang pernah dialaminya. Mengingat ucapan pria misterius yang pernah menemuinya agar selalu berhati-hati pada orang suruhan Narend. Dari nama yang permah disebut itu semakin menguatkan dugaan bahwa pria itu adalah dalang dari semua peristiwa yang pernah menimpanya. Dan sekarang ia berkutat dengan berlembar-lembar berkas rekam medis pasien yang pernah ditanganinya. Dan salah satunya adalah tentang pemuda bernama Rey. Matanya tiba-tiba terfokus pada berkas yang membuatnya ingat tentang seorang pemuda yang sempat dibawa ke klinik tempatnya bekerja dengan keadaan luka-luka seperti korban penganiayaan.

"Apa mungkin pemuda yang bernama Rey itu adalah orang yang sedang dicari para preman itu?" gumamnya lirih sambil menggosokkan pangkal pena ke dahinya sambil berpikir.

Ketika serius dengan kegiatannya, Tasya memperhatikannya kemudian berjalan mendekat sambil membawa beberapa berkas.

"Serius amat, Mbak. Lagi ngapain sih?"

"Kamu ingat nggak, Sya? Sama pria misterius yang menemuiku beberapa waktu lalu?" tanya Helsa tanpa menoleh ke arah sahabatnya karena masih meneliti identitas pasien bernama Rey pada berkas yang sedang dipegangnya.

"Kenapa emang? Ada yang aneh?"

"Kayaknya nyawa pemuda itu sedang diincar deh, Sya?"

"What?"

Tasya tersentak kaget tampak panik dengan penuturan Helsa.

"Gimana ceritanya?" Tasya langsung duduk di kursi hadap depan meja kerja rekannya itu. 

"Sepertinya Rey itu ada hubungannya dengan orang suruhan dari komplotan preman yang sedang mencarinya. Dan dia sepertinya tahu  tentang teror yang pernah dialami keluargaku?" beber Helsa.

"Berarti keselamatannya bisa terancam dong?"

"Tapi kayaknya ada yang melindunginya entah siapa?" ujar Helsa menatap lurus sahabatnya.

"Emang Kamu nggak takut, Els? Jujur aja kok aku jadi was-was?" ujarnya agak cemas.

"Jangan nakutin dong, Sya! Tahu gini aku nggak cerita," decak Helsa.

"Gitu amat sama temen. Aku kan khawatir, Els. Takut kalau kejadian itu terulang,"

"Doakan yang baik aja, Sya. Agar semua baik-baik aja!"

"Kok kayaknya masih ada yang mengganjal? Coba deh bilang sama aku, selain masalah ini adakah hal lain yang perlu aku tahu?" tebak Tasya tatkala melihat raut  muka sahabatnya berubah dalam sekejap.

Helsa menggeleng saja. Kali ini ia tidak ingin mengatakan hal lain lagi selain kecurigaannya pada pemuda bernama Rey. Menurutnya akan lebih baik hanya keluarganya saja yang tahu mengenai kejanggalan kematian Cassandra Wulandari yang memang disabotase oleh seseorang. Ia takut jika ada orang lain yang tahu tentang surat dan diary milik Cassandra Wulandari pastinya jadi incaran orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh sebab itu, ia mengunci rapat-rapat mulutnya agar tidak keceplosan mengungkap masalah yang masih harus dirahasiakan.

"Yakin nih, nggak ada yang harus Kamu bagi sama aku?"

"Iya, Sya. Udah deh sana kerja nanti dikira kita  makan gabut lagi!" usir Helsa yang merasa tak mau direcokin.

PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang