CEMAS

261 38 0
                                    

Di lain tempat tepatnya di studio Angkasa Entertaiment, Rani melakukan sesi pemotretan untuk
beberapa produk iklan dari brand ternama. Dalam tiap sesi pemotretan yang dilakukan dia jarang
sekali melakukan kesalahan.
Hari ini dia kurang fokus dengan pekerjaannya hingga harus
mengulang beberapa kali bahkan sempat ditegur oleh salah satu fotografer di studio itu.
Dia terbiasa didampingi oleh Arfi tiap kali melakukan pemotretan di studio yang lain saat Andre tak
bisa satu sesi dan jadwalnya bersamaan dengan pemotretan model lain yang bernaung satu
perusahaan dengan Yudhistira Coorporation. Kali ini hanya Andre yang mendampingi meski tidak
menjadi fotografernya kali ini sebab pihak studio telah menyiapkan seorang fotografer yang lebih
handal.
Hal ini berimbas pada Rani yang merasa tak nyaman dengan kru yang ikut terlibat dalam
kegiatan tersebut sehingga banyak terjadi kesalahan. Andre pun merasakan hal yang sama saat
melihat keresahan yang tampak jelas dari sikap Rani. Andre sempat memperhatikan sikap salah
satu fotografer yang menatap Rani begitu intens seolah pandangan itu sangat liar bahkan terkesan
kurang sopan. Kali ini Andre masih berdiam diri menahan sikap untuk tidak berbuat hal diluar
kendali diri. Selama fotografer itu tak berbuat macam-macam, Andre tak akan nenegurnya. Semua
masih terkendali dalam jangkauannya. Rani merasa lega, sesi terakhir pemotrean itu selesai
dialuinya meski ada di beberapa bagian harus ada yang diulang.

“Kamu kenapa Ran? Sedari tadi kayaknya enggak konsen gitu,” tanya Andre ketika mendekati
Rani yang sedang berkemas selesai dari ruang ganti.

“Entahlah Ndre, aku merasa enggak nyaman aja dengan para kru disini,” keluh Rani tampak lesu.

“Kalau saja Kamu sendiri yang jadi fotografernya, pasti semuanya udah kelar sejak tadi,” lanjut Rani.

“Aku pikir cuma, aku sendiri yang ngerasa kayak gitu. Ternyata kamu juga sama,” jelas Andre.

“Sebaiknya kita pulang sekarang Ndre. Sejak tadi perasaanku enggak enak, aku merasa ada hal buruk menimpa kak Arfi,” ajak Rani sambil ungkapkan keresahan hatinya.

Andre hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia mengerti saat ini Rani memang tampak risau
sejak tadi. Semua itu tergambar jelas ketika Rani sama sekali tak fokus dengan pekerjaannya hari
ini. Seakan pikiran Rani hanya terfokus pada Arfi saja. Rani takut terjadi sesuatu pada Arfi semua
itu tak lepas dari pengaruh mimpi buruknya semalam.

Dalam perjalanan Rani hanya diam sedangkan Andre fokus mengemudi dan sesekali melirik ke
arah Rani yang hanya menatap keluar jendela. Tadi Andre mengusulkan agar Rani langsung
pulang saja namun gadis itu menolak sehingga bersikeras tetap turut kembali ke kantor Yudhistira Corporation.

Tak berapa lama kemudian mereka sampai di kantor tersebut.
Di ruangan wakil CEO tampak ada pembicraan serius antara Siska dan sekretaris Arfi. Siska
sangat terkejut dengan penuturan Susan atas insiden yang terjadi di kafe tempat meeting dengan
klien dilakukan beberapa jam lalu. Siska masih syok mendengar rentetan cerita Susan. Dia bingung
apa yang harus dilakukan sekarang apakah harus segera menghubungi Rani ataukah menunggunya
kembali ke kantor. Di sisi lain kebimbangan itu bukan tanpa alasan, dia hanya tak ingin
mengganggu pekerjaan Rani saat di studio pemotretan mengingat pihak pengontrak Rani sangat
perfect dan menuntut segala hasil pekerjaan harus bagus dan bila ada kesalahan bisa berimbas
dengan kontrak lain sang model dan tak menutup kemungkinan berpengarnuh pada karir Rani.
Jadi Siska sangat berhati-hati dalam mengambil tindakan. Selain itu pihak perusahaan itu sangat
selektif serta disiplin, maka tiap kali ada pojeck baru dengan menggaet model ternama pihak
mereka ingin hasil terbaik sampai-sampai barang pribadi seperti ponsel tak boleh digunakan saat
pekerjaan di studio belum selesai. Hal ini pernah terjadi dengan seorang model yang tak kalah
populer dengan Rani yang pada akhirnya karir model itu surut setelah kena sanksi dari pihak
manajemen yang mengontraknya. Dan Siska baru tahu hal itu saat pihak manjemen mereka
meberitahukan tata tertib itu melalui email. Siska sempat merasa geram dengan beberapa poin
yang tercantum dalam aturan tersebut yang menurutnya sangat berlebihan. Akan tetapi dia tak
mampu berbuat apapun karena kontrak telah ditandatangani bahkan Arfi juga belum sempat
diberitahu.
Setiba di Kantor Rani dan Andre langsung menuju ruangan Arfi untuk melaporkan tentang hasil
pekerjaan yang mereka lakukan. Setelah mengetuk pintu ruangan Arfi berulang kali tapi belum
ada jawaban mereka masih menunggu, sampai ada seorang staf melintas di depan mereka dan
bertanya.

PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang