CEMBURU MENGURAS HATI

310 26 0
                                    

Di sebuah taman area Klinik Medical Center, tampak seorang gadis menahan tangis luapkan
kekesalannya mengingat adegan mesra dua sejoli di ruang rawat inap beberapa menit yang lalu.
Dia merasa bodoh dan tak berguna sebab di saat terjadi sesuatu dengan pria itu dirinya malah tak ada di sisinya, justru orang lain yang berada disana.

Dalam benaknya terus bertanya-tanya siapa gerangan
sosok perempuan yang sedang bersama si pria. Mereka terlihat akrab tanpa merasa canggung
seperti sudah lama saling mengenal. Di sisi lain lelaki itu memang tak pernah sekalipun bercerita tentang perempuan yang sedang bersamanya. Lelaki itu memang enggan menyinggung tentang masa lalu jadi lebih baik  diam karena alasannya adalah tak ingin membuka luka lama.

Tanpa disadari si gadis ternyata gerak geriknya sudah diperhatikan seseorang sejak tadi. Siluet yang tampak familiar  bagi seseorang itu membuat perhatian tercuri kemudian mendekat ke arah gadis itu
dan menyodorkan sapu tangan di depan wajahnya.

“Andai Kamu ijinkan, aku akan menghapus air matamu,”
Gadis itu hanya menatap sapu tangan yang disodorkan di depannya kemudian perlahan melihat orang yang berdiri di hadapannya dengan senyum manis.

“Kamu!” lirih gadis itu sedikit terkejut sambil menyebut orang yang berdiri di depannya.

Dia hanya tak menyangka bertemu dengan pria itu disini bahkan tanpa diketahuinya bahwa ternyata pria itu bekerja di klinik yang sama dengan Helsa.

“Arum, kamu masih ingat siapa aku?”

Gadis yang ditanya tersebut hanya menatap sekilas setelah tahu siapa yang menyebut namanya dan kembali  menundukkan wajah. Gadis itu memanglah Arum yang lebih akrab dipanggil Rani.

“Tolong jangan menghindar lagi Arum,” pinta pria itu yang ternyata dokter Firman sambil menarik tangan Rani dan
meletakkan sapu tangan di genggaman gadis itu.

Firman pun duduk di samping Rani dengan maksud menenangkan. Rani masih saja menunduk tak mampu menatap sepasang netra yang bisa membuatnya terlena. Dia ingin mendengar apa yang ingin
diutarakan Firman.

“Sebelumnya aku tak bermaksud apapun, Arum. Apalagi mengusik ketenanganmu. Aku disini hanya ingin bicara
denganmu dan mendengar langsung tentang alasan kepergianmu. Aku tak marah
hanya sedikit kecewa dan satu hal yang harus Kamu tahu bahwa sejak saat itu aku tak pernah berhenti mencarimu,” ujar Firman tampak sorot luka dan kecewa.

Rani masih di posisi yang sama hanya menunduk.

“Seperti janjiku dulu, aku akan menjaga hatiku hanya untukmu walaupun pada mulanya aku
hampir putus asa tapi aku selalu yakin pada Tuhan jika memang kita berjodoh suatu hari nanti pasti kita dipertemukan kembali,” lanjut Firman ungkapkan keluh kesahnya.

Rani tertegun dengan keteguhan hati Firman yang tak pernah ingkar janji. Dia makin merasa
bersalah karena pergi tanpa kata dan menorehkan luka yang dalam di hati pria sebaik Firman.

Dia merutuki kebodohannya karena tak mampu berkata jujur pada Firman. Andai Firman tahu yang sebenarnya terjadi apakah mungkin cerita cinta itu tetap sama sedangkan dirinya merasa tak pantas bersanding karena tak  mampu menjaga kehormatannya.

Butir-butir kristal di sudut mata itu kian mengalir deras seiring pedihnya luka yang  dirasakan
oleh Firman. Ya, Rani kini menangis sesenggukan hingga membasahi kemeja lelaki itu. Entah sejak kapan Firman memeluknya tahu-tahu dia berada di dekapan pria itu karena terlalu serius
mendengarkan.

Nyaman itulah yang dia rasakan saat ini seolah kerinduan yang lama tak bertuan telah menemukan tempatnya kembali. Nama yang terukir di sudut hati terdalam masih belum
terhapus. Bagaimanapun rasa cinta itu memang masih ada. Untuk sejenak dia dibuat lupa oleh kehadiran seseorang yang telah menolongnya.

PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang