PERTIKAIAN

358 39 14
                                    

Di sebuah ruangan tampak dua orang berbincang serius. Saling menatap tajam satu sama lain. Memancarkan aura kebencian, dendam dan amarah.

"Sudah kubilang jangan bertindak sebelum ada instruksi dariku," bentaknya dengan intonasi tinggi.

Pria di depannya hanya bergeming menatap nyalang seakan menantang.

"Kenapa aku harus menunggu perintah darimu? Tanpa arahanmu, aku pun bisa bertindak sendiri," ketus pria bertopi menatap remeh.

Pria berjas hitam yang menatap nyalang tadi mendekat pada lelaki bertopi dan tanpa aba-aba melayangkan pukulan sekuat tenaga hingga lelaki itu terhuyung hampir jatuh.

"Masih berani Kau melawanku? Di sini hanya aku yang boleh memberi perintah. Apa Kau paham?" Pria berjas hitam mencengkram kerah baju lelaki bertopi lalu menghempaskannya ke belakang hingga jatuh terduduk.

Pemuda bertopi itu sama sekali tak berniat melakukan perlawanan. Ia justru menatap sinis pria berjas hitam itu tanpa takut sedikit pun.

"Aku hanya mengingatkanmu saja Tuan Narendra. Bahwa semua ambisimu akan sia-sia karena kartu As-mu ada di tanganku. Ingat itu baik-baik," racau pemuda bertopi dengan senyum menyebalkan.

"Pengawal seret dia keluar dari sini kalau perlu lenyapkan segera!" serunya lantang beri perintah pada anak buahnya.

"Baik, Bos."

Empat pria bertubuh kekar masuk ke ruangan itu dan menyeret pemuda bertopi untuk segera dieksekusi.

Pemuda bertopi itu memberontak coba melepaskan cengkraman orang-orang bertubuh gempal dan kekar.

"Lepaskan aku! Kalian mau membawa aku kemana?"

"Diam!" bentak para bodyguard itu.

"Dasar anak ingusan, beraninya Kau melawan si bos. Jadi Kau harus menanggung akibatnya," bentaknya marah.

"Ayo kita seret ke ruang eksekusi," ajak bodyguard itu pada tiga kawannya.

Dari balik tembok di lorong basemen ada seorang pria memakai penutup wajah ala ninja berjaket kulit bercelana hitam sedang mengintip keempat orang bodyguard yang menyeret seorang pemuda bertopi terlihat pasrah ketika orang-orang itu hendak membawanya pergi.

Pemuda itu tampak babak belur dengan luka lebam di wajah dan sekujur tubuhnya bahkan sudut bibirnya sobek akibat pukulan beberapa menit yang lalu. Itulah alasannya mengapa ia tak mau melawan. Semakin ia melawan bisa berakibat fatal dan berimbas pada kakaknya. Ia tahu betul konsekuensi atas semua pembangkangan yang telah dilakukan. Ia muak dengan semua perintah pria berjas hitam itu yang makin semena-mena terhadap kakaknya. Semula ia berpikir pria yang menjadi bosnya itu adalah orang yang baik. Setelah tahu semua kebaikannya hanya topeng, ia merasa tertipu apalagi saat tahu kakaknya diperlakukan tidak baik. Sebagai adik ia akan melindungi sang kakak apapun resikonya bahkan nyawa sekali pun.

Dengan gerak cepat pria berjaket kulit itu mengikuti mobil jeep dengan seorang pemuda bertopi di dalamnya. Pria itu mengendarai motor suzuki GSX R 150 dengan kecepatan tinggi. Ia cemas dengan kondisi pemuda bertopi itu. Semua doa diucap dalam hati agar pemuda tersebut masih dilindungi.

Sesampainya di sebuah gedung mobil jeep itu berhenti. Keempat orang bertubuh kekar dan gempal membawa pemuda bertopi masuk ke sana. Pemuda yang dibawanya tadi sudah tak berdaya.

Pria  yang mengikuti mobil jeep tadi akhirnya tiba di lokasi. Ia menyelinap dengan begitu gesit memasuki gedung. Hingga tiba di sebuah ruangan, ia melihat empat orang itu akan melakukan aksinya. Pria itu bertindak cepat berlari ke arah empat orang tadi dan segera melumpuhkannya dengan stun gun. Tak mungkin melawan mereka berempat dengan tangan kosong bisa-bisa dirinya mati konyol. Bukan tidak mampu bela diri hanya saja dengan jumlah yang tak seimbang dengan ukuran tubuhnya yang tak sebanding dengan para bodyguard tersebut.

PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang