📌
•----------•
Datangnya maut tak ada yang tahu. Jangan sampai kamu belum menunaikan ibadahmu, lalu maut datang mendahului, ketika kamu membaca kisahku.
•----------•Dengan lincah tangan itu mengambil satu per satu bahan-bahan yang ada di depannya. Tangannya begitu cekatan untuk memotong semua bahan itu dengan bentuk dan ukuran yang sangat rapi. Bukan, bukan tangan lentik yang pada umumnya berkelut di dapur. Namun tangan yang kekar dan gagah. Ya,tangan itu adalah milik dari seorang lelaki tampan bernama Azzam. Adnan Azzam Prakasa.
Dia adalah lelaki yang sudah lama terjun di dunia kuliner. Dengan bakat memasaknya yang tidak bisa diragukan itu, dia memilih untuk mendalami bakat itu hingga sekarang telah menjadi profesinya, seorang juru masak.
Pertanyaan timbul ketika dia memilih profesi ini. Apakah Azzam tidak malu? Memasak kan identik dengan perempuan. Jawabannya, tidak. Azzam sama sekali tidak malu. Dia senang melakukan ini. Azzam bukanlah tipe orang yang memikirkan omongan orang lain. Selama itu tidak melanggar larangan Allah, dia suka melakukannya dan orangtuanya setuju, kenapa tidak?
Bicara soal orangtua, bakat memasak yang Azzam miliki tak lepas hubungannya dengan orangtuanya. Bakat ini menurun dari ibunya, Hafiza. Ibunya itu sangat pandai dalam memasak. Apapun yang beliau masak pasti akan terasa enak. Azzam tertarik untuk membuat makanan yang enak seperti yang selalu dibuat oleh ibunya setiap hari.
Dari kecil Azzam dan adiknya memang tidak biasa makan makanan luar rumah. Mereka biasa makan makanan yang dibuat oleh tangan ibunya itu. Bukannya tidak mau, kebanyakan anak kecil tentu akan senang saat diajak pergi keluar rumah apalagi untuk membeli makanan-makanan yang asing untuk mereka. Namun ini karena larangan ayahnya, Devin.
Ayahnya Azzam itu sangatlah protectif terhadap putra-putrinya. Bahkan hanya untuk makan di luar saja harus ke tempat yang terjamin keamanan dan kebersihannya.
Tapi jika dipikir-pikir, karena hal itu juga sekarang Azzam jadi bisa memasak. Jika tidak memakan masakan ibunya, belum tentu Azzam tertarik ke dalam dunia ini hingga menjadi juru masak sekaligus pemilik hotel disertai restoran bintang lima ini.
Ya, di usianya yang sekarang baru menginjak dua puluh tujuh tahun, Azzam memang telah memiliki usaha yang bisa dibilang sukses. Bahkan bukan cuma satu, tetapi Azzam memiliki tiga hotel dan juga resort di dua kota berbeda.
Mungkin beberapa atau banyak orang berpikr bahwa hotel itu termasuk tempat yang memiliki tanda kutip. Maksudnya, terkadang, hotel dipandang sebagai tempat negatif karena beberapa hotel bisa dipesan oleh sepasang pria dan wanita yang bukan suami istri. Namun itu tidak sepenuhnya benar. Tak semua tempat penginapan begitu adanya. Ada banyak hotel yang memiliki aturan ketat soal itu. Termasuk hotel yang dikelola oleh Azzam ini.
Azzam menerapkan aturan yang sangat ketat di semua hotel dan resort-nya. Jika tamu yang ingin menginap mengaku sebagai pasangan, maka pasangan itu harus menunjukkan buku nikah sebagai buktinya. Sedikit ribet memang karena tidak mungkin buku nikah dibawa kemana-mana. Namun begitulah aturannya. Karyawan Azzam tak segan-segan menolak tamu jika memang tidak memenuhi syarat atas perintahnya. Azzam tak takut rugi, dia lebih takut ikut menanggung dosa jika sampai ada kejadian yang tidak diinginkan.
Semua pegawai wanita di hotel dan resort milik Azzam pun harus memakai hijab. Dengan kata lain, semua wanita harus menutup aurat tanpa terkecuali. Dari profesi paling rendah hingga tinggi, semua tanpa dibedakan. Bahkan, seorang wanita berhijab menjadi persyaratan untuk bisa bekerja di hotel milik Azzam.
"Pak Bos, udah istirahat aja. Biar saya yang terusin," ucap seseorang yang baru saja menghampiri Azzam.
"Ini customer maunya saya yang masak, Fi," jawab Azzam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azwa Karsa (END-COMPLETED)
General Fiction-••••••••••••••••- SEKUEL HAFIZA -••••••••••••••••- -••••••••••••••••- "Kamu tanda tangani surat ini, dan saya akan setuju menikah sama kamu," Ucap gadis itu sembari memegang sebuah bolpen seakan menawarkannya pada Azzam. Dia bahkan menyunggingkan...