AN -٨- GAGAL

2.9K 387 33
                                    

•--------•
Kamu ibadah aja susah, apalagi bahagia.

-Ig : tarbiyah.generation-
•--------•
•--------•
Bagaimanapun indahnya kita mengukir sebuah cerita, tetap saja Allah yang akan menentukan bagaimana akhirnya.

-Ig : @rientsetya-
•--------•

"Saya,... " ucap Niswa masih menggantung kalimatnya di sana.

Astaga, rasa-rasanya Azzam ingin memaksa Niswa untuk menjawabnya dengan segera. Dia benar-benar sangat gugup hingga tangannya berkeringat sekarang. Bahkan saat mengkhitbah wanita yang hampir menjadi istrinya dulu, Azzam tak segugup ini. Apa ini karena Azzam sudah menaruh perasaan terlebih dulu sebelum meminang? Atau ini hanya karena dia ketakutan kalau surat perjanjian itu akan terbongkar?

"Saya ...

"Saya terima," jawab Niswa pada akhirnya.

Azzam bahkan sampai sedikit membuka mulutnya dan melotot saat telinganya mendengar jawaban dari Niswa barusan.

"Saya terima lamaran dari Mas Azzam," lanjut Niswa lagi dan disahuti hamdalah oleh semua orang, kecuali Azzam.

"Mas?"  batin Azzam.

Makin melebar saja matanya, Azzam bingung dengan panggilan yang Niswa gunakan. Bahkan kemarin dia masih bicara sangat ketus. Dan barusan, dia masih menatap Azzam dengan tatapan mematikan. Hm, apa ini sebuah sandiwara?

"Jadi kita bisa segera rencanakan tanggal pernikahannya ya, Pak?" ucap Dev.

Mereka pun mulai berbincang membahas soal itu. Sementara Azzam dan Niswa sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing. Azzam rasa dia harus bicara dengan Niswa. Tetapi, bagaimana caranya?

"Oh iya, Mamanya Nak Niswa dimana ya, Pak? Kok gak klihatan?" tanya Hafiza. Karena merasakan kegugupan juga, Hafiza sampai baru sadar kalau hanya ada Pak Anjas di sana.

"Istri saya__ "

"Mama saya sudah meninggal, Tante. Sejak saya masih berusia lima tahun, setelah adik saya lahir," jawab Niswa menyela ucapan ayahnya.

"Oh, maaf ya Nak, Tante gak tau," ucap Hafiza merasa tidak enak.

"Iya gakpapa kok, Tante. Itu pertanyaan wajar," jawab Niswa.

Hanya Hafiza yang tidak mengetahui soal itu. Azzam tentu sudah mengetahuinya sejak awal datang ke rumah ini dan menyampaikan niat baiknya pada Anjas. Saat itu Azzam tentu juga menanyakan hal yang sama seperti ibunya tadi. Dan Dev, tentu saja dia sudah tahu sejak lama karena dia sudah lama juga bekerjasama dengan perusahaan milik Anjas.

"Jadi, Nak Niswa masih punya adik?" tanya Hafiza lagi.

"Iya, Tante, laki-laki. Mungkin sekarang masih kuliah ya, Pa?" jawab Niswa lalu beralih bertanya pada papanya.

"Iya. Masih ada kegiatan kampus di luar kota, Bu Hafiza," jawab Anjas ramah.

Ibunda dari Niswa memang sudah lama meninggal. Beliau meninggal setelah melahirkan anak keduanya. Niswa yang saat itu masih kecil tentu hanya bisa menangis. Dan sejak saat itu Niswa tidak mendapat kasih sayang dari seorang ibu. Anjas sama sekali tidak ada niatan untuk menikah lagi dan Niswa juga tidak ingin ada yang menggantikan posisi mamanya.

"Ehm, Pa, boleh gak aku ngomong berdua sama Mas Azzam?" tanya Niswa.

"Hm? Boleh dong. Sana. Kalian kan butuh ngomong berdua juga sebelum nikah," jawab Anjas kepada putrinya.

Azwa Karsa (END-COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang