AN -٥٦- PATAH HATI

3.2K 462 27
                                    

📌
•-----•
Kita ini adalah hamba yang banyak hafal tapi lupa, banyak ngerti tapi lalai, banyak paham tapi abai.

-Akhuna Abdul Hakim Hafidzahullah-
•-----•
•-----•
Gak tau mau apa.
Sabar menyakitkan, diam menyiksa, bicara juga percuma.

-Ig : eothetic-
•-----•

Matanya terasa sangat berat untuk membuka. Namun akhirnya dengan perlahan dia mulai membuka matanya dan entah kenapa rasa pusing ikut menjalar ketika matanya mulai terbuka. Sontak saja itu membuat Niswa menyentuh kepalanya yang terasa sangat pusing.

Dia merasa kebingungan di tengah rasa pusingnya itu saat menyadari dia sedang ada di kamar Azzam. Kenapa tiba-tiba dia ada di sini? Apa semalam dia mampir ke kamar Azzam dan memandanginya sampai tertidur lagi? Tapi ... bukankah semalam Niswa ada di Barsey Cafe? Lalu bagaimana caranya dia ada di kamar Azzam sekarang? Dan dimana pula si pemilik kamar? Semalam dia ....

"Pagi Nyonya," ucap Bi Anik yang membuyarkan semua pemikiran Niswa.

Bi Anik masuk dengan membawa nampan yang ada segelas susu di sana.

"Pagi, Bi," jawab Niswa beralih untuk mengambil posisi duduk.

"Mas Azzam kemana ya Bi?" tanya Niswa.

"Tuan udah berangkat tadi pagi-pagi banget Nyonya. Sebelum pergi, Tuan suruh saya bawain susu ini buat Nyonya."

Susu? Ini permintaan Azzam? Untuk apa dia memberi Niswa susu? Padahal Azzam tahu, Niswa hanya minum air putih di pagi hari, bukan susu.

"Kalo begitu saya permisi dulu, Nyonya."

Niswa pun hanya mengangguk menjawab ucapan Bi Anik. Niswa kembali melihat susu itu. Walaupun hubungannya dengan Azzam sudah lebih baik, tapi kejailan tak pernah lepas dari dalam diri Azzam. Jangan-jangan dia sedang iseng sekarang. Karena tidak biasanya Azzam menyuruhnya meminum susu di pagi hari, kecuali saat tangan dan kakinya sakit dulu.

Di tengah prasangkanya itu, tiba-tiba ponsel Niswa berbunyi dan tertulis nama Azzam di sana. Jadi, apa benar Azzam sedang mengerjainya sekarang? Dan dia menelpon untuk memastikan ulahnya berhasil atau tidak?

"Assalamualaikum istriku, udah bangun?" ucap Azzam.

Niatnya ingin mengomel menjadi urung karena ucapan Azzam itu. Ck! Hanya ucapan begitu saja sudah membuatnya terbawa perasaan dan membuat jantung berdetak kencang seperti ini. Niswa jadi berlebihan begini setelah jatuh cinta pada lelaki itu.

"Wa'alaikumsalam," jawab Niswa.

"Kamu ngapain sih kasih-kasih aku susu? Mau ngerjain aku ya? Pasti ada apa-apanya ya susunya?" tanya Niswa kemudian. Dengan masih memegang kepalanya yang pening tentunya.

"Kok ngerjain sih, Wa. Kamu bawaannya suudzon terus ya sama aku."

Azzam tersenyum di tempatnya. Mungkin dia memang sudah terlalu sering menjaili Niswa setiap hari. Sampai-sampai bentuk perhatiannya yang seperti ini juga dinilai jail oleh Niswa.

"Itu buat kamu minum biar pusingnya agak reda. Kepala kamu pusing kan pasti?" ucap Azzam lagi.

Niswa terlihat berpikir di tempatnya, kenapa Azzam bisa tahu kalau dia sedang pusing? Sebenarnya apa yang terjadi semalam? Kenapa Niswa tidak bisa mengingat apa-apa?

"Wa?"

"Kamu masih di situ gak sih?" tanya Azzam.

"Hm," jawab Niswa acuh.

Azwa Karsa (END-COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang