📌
•-----------•
Lupakan aku jika belum menjalankan ibadahmu
•-----------•
•-----------•
Jangan pernah takut melakukan suatu kebaikan. Karena sebuah niat yang baik tentu akan mendapat kebaikan pula.
•-----------•Hari yang benar-benar paling menyebalkan bagi Niswa. Bagaimana tidak? Baru saja Niswa harus menerima kekalahan. Ya, dia kalah bersaing dengan lelaki yang sudah menabraknya tadi. Dan Niswa sangat tidak suka kekalahan.
Sudahlah terlambat datang, tertabrak seseorang sampai bajunya jadi kotor juga dan masih kalah bersaing pula. Sial.
Niswa melangkahkan kakinya dengan sangat tidak santai. Dia benar-benar marah karena kalah. Sungguh, lelaki itu sangat menyebalkan. Mungkin wajahnya memang rupawan, tetapi ada banyak sekali hal dalam diri lelaki itu yang membuat Niswa membencinya. Entah kenapa. Padahal mereka baru saling kenal hari ini. Dan baru bertemu dua kali dengan pertemuan yang sangat tidak menyenangkan. Ya, mungkin karena pertemuan yang sama sekali tidak mengenakkan itulah menjadi faktornya.
"Aaa ...."
Karena berjalan dengan sangat tidak santai, nyaris saja Niswa terjatuh tersandung kakinya sendiri. Beruntung ada yang menolong dengan sigap menangkapnya. Ash, untung saja. Kalau tidak, pasti Niswa harus menanggung malu dan bertambah pula kekesalannya hari ini.
Baru saja akan mengucap terimakasih setelah kembali bangkit berdiri dengan tegak, ucapannya tercekat di sana saat melihat siapa yang telah menolongnya. Tidak bisa Niswa percaya, ternyata yang menolongnya adalah si lelaki tampan tapi menyebalkan itu. Ish, ucapan terimakasih rasanya telah berubah menjadi ucapan maki-makian.
"Hobi ya nabrak orang?" tanya Azzam setelah Niswa sudah menatapnya.
Tentu saja Niswa merasa ucapannya pada Azzam tadi dikembalikan oleh lelaki itu sekarang. Dia, laki-laki yang benar-benar menyebalkan.
"Kalo jalan pelan-pelan. Nabrak orang, bisa nyalahin yang ditabrak. Kalo jatuh sendiri? Mau salahin siapa?" ucap Azzam lagi.
Tentu saja ucapannya barusan itu semakin membuat Niswa kesal. Bahkan wajahnya sudah ikut memerah sambil mengepalkan tangannya menahan amarah.
"Jangan mentang-mentang kamu menangin proyek itu, terus kamu bisa ngomong seenaknya ya!" ucap Niswa menatap tajam pada Azzam.
Azzam pun mengerutkan dahinya. Hubungannya apa ucapan Azzam barusan dengan kemenangannya mendapatkan proyek itu? Wanita itu benar-benar berbeda. Dia sangat berbeda dengan wanita lain. Jika biasanya wanita yang Azzam temui akan mencoba untuk mendekatinya, berbeda dengan gadis yang namanya Niswa ini. Dia justru bersikap seperti ini.
"Apa senyum-senyum gitu? Kamu ngeremehin saya?!" ucap Niswa lagi semakin kesal karena melihat Azzam yang seakan mengejeknya.
"Kamu inget ya! Saya gak akan kalah lagi dari kamu kalau kita ditakdirkan bersaing lagi," lanjut Niswa lalu pergi begitu saja.
Sementara Azzam masih berdiri di tempatnya. Ah, benar-benar. Azzam tidak bisa menjaga pandangannya. Bahkan sekarang dia malah senyum-senyum sendiri melihat kepergian gadis itu. Sepertinya Azzam benar-benar menjadi kurang waras hari ini.
-AZWA-
Seperti biasa Azzam kini kembali pada kesibukannya di dapur. Tak etis memang rasanya. Dia itu seorang pemilik usaha, usaha yang besar ini, tetapi dia malah lebih banyak menghabiskan waktunya di dapur.
"Siang Pak," sapa seorang lelaki memakai setelan jas rapi.
"Siang, Rik," jawab Azzam yang masih saja sibuk memperindah makanan di piringnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azwa Karsa (END-COMPLETED)
General Fiction-••••••••••••••••- SEKUEL HAFIZA -••••••••••••••••- -••••••••••••••••- "Kamu tanda tangani surat ini, dan saya akan setuju menikah sama kamu," Ucap gadis itu sembari memegang sebuah bolpen seakan menawarkannya pada Azzam. Dia bahkan menyunggingkan...