📌
•-----•
Kamu harus tahu, aku sangat peduli padamu. Maka aku ingin terus mengingatkanmu, jangan pernah tinggalkan sholatmu :)
•-----•
•-----•
Jika disayangimu adalah sebuah virus, maka aku menolak divaksin.Ig : @rishaatp_
•-----•"Permisi Pak," ucap seorang wanita menghampiri Azzam yang sedang sibuk menyiapkan sebuah hidangan.
"Ya?" jawab Azzam dengan fokusnya yang masih setia pada piring.
Wanita itu adalah sekretaris Azzam di luar dapur. Tentu saja di luar dapur, mana ada sekretaris di dalam dapur. Dan jika dia sudah menghampiri Azzam ke dapur, biasanya ada yang penting.
Hari ini Azzam memang sudah menjalani aktifitasnya seperti biasa. Papa mertuanya bilang, beliau baik-baik saja dan tidak memerlukan penjagaan banyak orang. Toh, di rumah sakit ada perawat yang khusus ditugaskan untuk menjaganya. Jadi Azzam dan Niswa sama-sama kembali ke rutinitas mereka hari ini.
"Ibu Niswa datang, Pak. Beliau bilang mau bicara sama Bapak," ucap sekretaris Azzam.
Tangannya langsung berhenti menghias piring saat mendengar nama siapa yang datang. Niswa? Untuk apa dia ke sini? Bukannya tadi dia bilang, dia hanya akan sebentar ke kantor lalu akan kembali ke rumah sakit setelah itu? Sependengaran Azzam, tidak ada kalimat Niswa yang mengatakan kalau dia akan mampir ke hotel.
"Oke, makasih infonya ya, Yu. Tolong antar istri saya ke ruangan saya ya. " pinta Azzam pada sekretarisnya yang bernama Ayu itu.
"Iya Pak. Saya juga sudah mengantar Ibu Niswa ke ruangan Bapak. Beliau sedang menunggu, Pak," jawab Ayu.
Azzam menganggukkan kepalanya dan masih meneruskan pekerjaannya. Tanggung sekali. Biarlah Niswa menunggu sebentar. Salah siapa tidak bilang kalau mau ke sini.
Ayu lalu meminta izin untuk kembali kepada pekerjaannya lagi. Selain Erik, Ayu juga orang yang paling Azzam percaya. Semua jadwalnya, Ayu yang mengatur. Dan sepertinya, dia lah karyawan yang paling pusing diantara karyawan lainnya karena tugasnya mengatur jadwal bosnya itu. Harus menyeimbangkan antara pekerjaan di luar dan di dalam dapur.
"Ada apa, Wa? Kok tiba-tiba ke sini? Tumben," tanya Azzam yang kini sudah memasuki ruangannya.
Niswa langsung berdiri dari tempat duduknya ketika mengetahui Azzam sudah datang. Di beberapa kesempatan, Azzam itu sangat menyebalkan. Entah hanya pada Niswa saja atau memang sudah menjadi kebiasaannya untuk membuat orang lain menunggu. Ingin rasanya Niswa memarahi Azzam, tapi karena tujuannya datang ke sini sekarang, Niswa tidak bisa melakukan itu.
"Aku mau, malam ini kamu ikut aku ke acara kantor," jawab Niswa enteng namun cukup mampu membuat Azzam mengerutkan dahinya.
Bisa-bisanya Niswa se-enteng itu meminta Azzam untuk ikut dengannya. Sama seperti pertama kali Niswa mengajaknya saat itu, kali ini Niswa juga mengatakannya dengan gaya yang sama. Tapi kali ini tidak akan mudah. Azzam akan membuat penawaran dengan Niswa.
"Kenapa aku harus mau?" tanya Azzam.
Pertanyaan yang tidak lazim dari Azzam itu membuat alis Niswa menyatu karena bingung. Apa-apaan ini? Kenapa dia malah bertanya seperti itu? Kenapa Azzam hobi sekali membuat orang kebingungan?
"Di dunia ini tuh gak ada yang gratis, Wa. Come on," ucap Azzam lagi.
Dia cukup mengerti dengan kebingungan Niswa hanya karena melihat raut wajahnya saja. Dan tentu pertanyaan Azzam tadi memang pasti akan menimbulkan kebingungan.
"Apa yang kamu mau?" tanya Niswa.
Niswa tahu pasti sekarang Azzam hanya sedang ingin mengerjainya saja. Apa lagi? Satu bulan mengenal Azzam, Niswa tahu kalau Azzam itu bukan tipe orang yang pamrih sebenarnya. Dia itu hanya jail saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azwa Karsa (END-COMPLETED)
General Fiction-••••••••••••••••- SEKUEL HAFIZA -••••••••••••••••- -••••••••••••••••- "Kamu tanda tangani surat ini, dan saya akan setuju menikah sama kamu," Ucap gadis itu sembari memegang sebuah bolpen seakan menawarkannya pada Azzam. Dia bahkan menyunggingkan...