📌
•-----•
Prayer isn't for Allah
It's for you!
Allah doesn't need you
You need ALLAH!-Ig : @avisya5656-
•-----•
•-----•
Wanita itu ibarat buku tebal, dimana hanya lelaki sabar lah yang bisa berhasil membacanya sampai akhir.
•-----•Sekarang ini tengah ada seorang wanita yang sedang berdiri dengan tangan menyilang di depan dadanya. Tatapannya yang kesal sekaligus tajam itu tertuju pada tiga orang yang sedang duduk bersama di sebuah meja. Namun yang menarik perhatiannya sekarang hanyalah salah satu diantaranya.
Lagi-lagi, dia harus melihat pemandangan ini. Dimana ada perempuan lain yang sedang memperhatikan suaminya dengan tatapan tidak biasa itu. Benar. Dia adalah Niswa, dan seorang yang menarik perhatinnya itu adalah Jihan. Lalu dua diantara tiga orang tadi tak lain dan tak bukan adalah Azzam dan Erik.
Niswa heran, sebenarnya apa yang ada di dalam pikiran wanita itu? Kenapa dia masih bisa memasang matanya itu untuk menatap laki-laki yang jelas-jelas sudah dia ketahui kalau lelaki itu sudah beristri?
Niswa tiba-tiba datang ke hotel Azzam ini karena Azzam tak kunjung menghubunginya. Padahal, hari ini Azzam berjanji untuk mengajarinya memasak. Dan saat sampai di sini, ternyata beginilah pemandangan yang dia lihat.
Dengan menetralkan wajahnya dan mulai membentuk senyuman tipis, Niswa beranjak dari tempatnya. Dia akan menunjukkan pada wanita yang bernama Jihan itu kalau Azzam sudah memiliki seorang istri dan dia tidak bisa melihat Azzam dengan pandangan seperti itu.
"Assalamualaikum Mas," salam Niswa.
Dan tentu saja salam Niswa itu langsung dijawab oleh semua orang, sekaligus membuat ketiga orang itu menengok. Pandangan Niswa langsung tertuju pada Jihan, raut wajahnya seketika berubah saat melihat keberadaan Niswa.
"Wa? Kok kamu ke sini?" tanya Azzam langsung berdiri.
"Hm? Iya, lagi pengen ketemu aja sama kamu, Mas," jawab Niswa sembari tersenyum sambil menggandeng mesra lengan Azzam.
Sebenarnya, Niswa tahu kalau Azzam benar-benar sudah tidak memiliki perasaan apapun pada Jihan. Buktinya, wajahnya sekarang tidak terlihat gugup karena kedatangan Niswa yang tiba-tiba. Padahal ada Jihan di sini. Berbeda sekali dengan raut wajah Jihan yang terlihat gugup. Tetapi, entah kenapa Niswa tidak bisa menahan rasa cemburunya ini.
"Oh gitu? Yaudah kita ke ruangan aku aja ya?" ucap Azzam sudah sambil menggenggam tangan Niswa.
"Rik, kamu jelasinnya nanti lagi ya," lanjut Azzam pada Erik.
"Baik Pak."
Sementara Niswa, dengan sengaja dia membalas genggaman tangan Azzam itu dengan sama eratnya sembari melempar tatapan pada Jihan saat Azzam sedang sibuk bicara dengan Erik. Lewat tatapan matanya itu, Niswa seolah berkata bahwa Azzam sudah pasti akan lebih memilihnya, karena dia lah istrinya.
"Yuk," ucap Azzam menarik tangan Niswa.
Lihatlah. Azzam bahkan tidak bicara pada Jihan, melihatnya saja tidak. Apakah ini cara Azzam untuk menjaga perasaan istrinya? Niswa jadi semakin merasa bersalah.
Dulu, dia dengan sengaja menampakkan kemesraannya dengan Vino di depan mata Azzam. Padahal saat itu Azzam memang sudah memiliki perasaan padanya. Tapi Azzam? Sekarang, yang dia tahu Niswa belum mencintainya, tetapi dia sungguh-sungguh menjaga perasaan istrinya itu dengan sangat baik.
Di tengah perjalanan menuju ruangan Azzam, Niswa tiba-tiba melepas genggaman tangan itu dengan kasar. Tentu saja itu membuat Azzam terkejut dan ikut menghentikan langkahnya. Azzam tahu, Niswa hanya bersandiwara. Tetapi kenapa dia melepas genggaman itu dengan sangat kasar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Azwa Karsa (END-COMPLETED)
Fiction générale-••••••••••••••••- SEKUEL HAFIZA -••••••••••••••••- -••••••••••••••••- "Kamu tanda tangani surat ini, dan saya akan setuju menikah sama kamu," Ucap gadis itu sembari memegang sebuah bolpen seakan menawarkannya pada Azzam. Dia bahkan menyunggingkan...