📌
•-----•
Allah brings light to your darkness.Ig : @avisya5656-
•-----•
•-----•
Terkadang, hanya kehilangan lah yang membuat seseorang mengerti arti dari sebuah kehadiran.
•-----•Duaarrrr
"Azzam!"
Azzam langsung mengubah posisinya ke depan Niswa saat melihat penjahat itu sudah siap melesatkan pelurunya, hingga peluru itu mengenai dada sebelah kiri Azzam.
Seketika tubuh Azzam terkapar dan tangannya reflek memegang dada miliknya yang terkena tembakan. Jemarinya mulai merasakan rembesan darah segar yang keluar dari luka yang disebabkan oleh oleh peluru itu.
"Zam,... Azzam ...." ucap Niswa panik sambil menempatkan kepala Azzam di atas pangkuannya.
Air mata mulai deras mengalir membanjiri pipi Niswa melihat Azzam yang nyaris tak sadarkan diri. Tapi apa? Azzam bahkan masih bisa tersenyum saat matanya menatap Niswa yang sedang menangisinya.
"Jangan nangis," lirih Azzam masih dengan senyum menghiasi wajahnya.
"Kamu kenapa ngelakuin ini sih Zam? Kenapa?!" tanya Niswa dengan suara menyiratkan penyesalan.
"Karna ... kamu ...," ucapan Azzam terhenti di sana.
Tiba-tiba saja Azzam merasakan sakit yang teramat sangat menjalari dadanya hingga ia memejamkan mata dan menekan sekuat mungkin dadanya yang terluka itu. Semoga saja dia masih bisa bertahan hingga kalimatnya usai. Jika ini menjadi yang terakhir, maka Azzam tidak akan menyesal karena telah mengungkapkan isi hatinya pada Niswa untuk yang kesekian kalinya.
Di saat yang bersamaan, terdengar suara sirine mobil polisi juga yang datang. Tentu saja itu membuat penjahat yang tadi menembakkan peluru pada Azzam langsung berniat melarikan diri. Namun usahanya gagal karena Ara terlebih dahulu datang dan menangkapnya.
"Borgol dia," ucap Ara pada seseorang yang berseragam polisi.
"Baik Komandan."
Sementara Azzam semakin hilang kesadaran, dia sudah tidak bisa melihat Niswa dengan jelas. Tapi tidak, Azzam harus bisa melihat Niswa tersenyum sebelum dia benar-benar menutup mata.
"Zam ... please, jangan kayak gini, Zam. Kamu harus bertahan," ucap Niswa mencoba menyadarkan Azzam dengan menepuk-nepuk pipinya.
"Kak, kamu masih bisa liat aku kan? Masih bisa denger suara aku kan?" sahut Ara kini sudah berada di samping Niswa yang masih saja menangis.
Mendengar pertanyaan adiknya, Azzam hanya sanggup mengangguk untuk menjawab karena menahan sakit di dadanya. Dia masih cukup sadar untuk melihat adiknya walaupun sudah tidak terlalu jelas.
Perasaan bangga ada dalam diri Azzam di tengah kesakitannya itu, bangga melihat adiknya tumbuh menjadi gadis setangguh ini. Dulu dia sering sekali menangis, tetapi sekarang dia sangat kuat. Dia bahkan tidak ikut menangis seperti halnya Niswa melihat keadaan Azzam sekarang. Dia bahkan terlihat sangat gagah walaupun tidak dalam balutan seragam kebesarannya.
Kinara, adik yang paling Azzam sayangi, dia adalah wanita yang Azzam cintai setelah ibunya dan sebelum istrinya.
"Oke, sekarang kamu dengerin aku, Kak. Jaga kesadaran kamu, kamu harus bertahan, oke?" ucap Ara pada kakaknya. Lalu Azzam kembali menjawabnya hanya dengan anggukan, diiringi dengan senyuman.
"Aku telpon ambulance dulu ya, Kak," ucap Ara beralih pada Niswa lalu sedikit menjauhkan diri.
"Wa ..." lirih Azzam, dan tentu saja Niswa langsung menengok atas panggilan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azwa Karsa (END-COMPLETED)
General Fiction-••••••••••••••••- SEKUEL HAFIZA -••••••••••••••••- -••••••••••••••••- "Kamu tanda tangani surat ini, dan saya akan setuju menikah sama kamu," Ucap gadis itu sembari memegang sebuah bolpen seakan menawarkannya pada Azzam. Dia bahkan menyunggingkan...