"Pak ... Pak Bos! Pak ...," panggil Rafi sambil berlari dengan membawa sebuah undangan di tangannya.
"Kenapa sih, Fi? Baru dateng udah teriak-teriak kamu tuh," jawab Azzam santai.
Mungkin Azzam bisa menjawab panggilan Rafi dengan santai namun tidak dengan tangannya. Tangannya itu masih saja lincah membuat masakan enak.
"Pak Bos mau nikah, Pak?" tanya Rafi terkejut. Dia sangat terkejut ketika undangan pernikahan Azzam menjadi rebutan semua staf yang ingin melihatnya.
"Iya, Fi. Kenapa?" tanya Azzam sambil tersenyum.
Benar. Tinggal menghitung hari, tibalah hari pernikahannya dengan Niswa. Azzam benar-benar merasa sangat gugup ketika mengingat itu. Namun merasa bahagia juga ketika ada yang menyinggungnya. Dan jadilah begini setiap ada yang membahas soal hari pernikahannya, Azzam jadi senyum-senyum salah tingkah.
"Kaget Pak Bos, saya," jawab Rafi.
Rafi itu adalah orang yang paling dekat dengan Azzam di dapur. Karena saat tidak ada Azzam, Rafi lah yang mengambil alih kendali. Dengan kata lain, Rafi lah tangan kanan Azzam di dapur. Namun dia bahkan tidak tahu kalau Azzam akan menikah kalau bukan karena keramaian acara perebutan undangan pernikahan yang dia bawa sekarang.
"Yang penting kan sekarang udah tau. Saya sekalian mau ngomong sama kamu kalo beberapa hari ke depan, urusan dapur kamu yang handle ya? Apa aja yang harus kamu lakuin nanti Erik yang jelasin ke kamu, saya udah kasih tau semua ke Erik," ucap Azzam.
"Siap, Pak Bos,"
Walaupun sudah tahu kalau dia tidak akan menjadi pasangan suami istri seperti pada umumnya dengan Niswa, namun Azzam tetap mengambil cuti setelah menikah nanti. Dia akan memulai perjuangan rumah tangganya setelah menikah. Azzam akan membuat itu sebagai usaha pertamanya. Setelah menikah, Niswa akan menjadi istrinya. Maka Azzam harus bertanggungjawab atas wanita itu. Ini jalan yang Azzam pilih dan dia harus bertanggungjawab dengan apa yang sudah menjadi pilihannya.
-AZWA-
"Eyang ...," ucap Azzam terkejut ketika melihat eyangnya tengah duduk bersama dengan keluarganya.
Tak hanya eyangnya, bahkan adik-adik dari ayahnya dan juga sepupunya juga ada di sana. Dan Azzam tidak tahu soal ini. Apa dia terlalu sibuk hingga tidak mengetahui tentang kepulangan eyangnya itu?
"Eyang .., aku kangen sama Eyang. Eyang perginya kurang lama tau," ucap Azzam sudah berada dalam pelukan Ibu Sandra.
Dia sengaja "menyindir" Ibu Sandra, dengan mengucapkan bahwa eyangnya itu kurang lama pergi. Ya, beberapa minggu ini Ibu Sandra memang sedang pergi ke luar negri untuk mengunjungi cucunya, anak dari Derrel yang sedang menangani bisnis keluarga di sana.
Dan Azzam sendiri, dia terhitung cucu yang paling dekat dengan Ibu Sandra. Hampir setiap Hari Azzam mengunjungi eyangnya itu. Tentu saja dia merasa sangat merindukan eyangnya karena beberapa minggu tak bertemu.
"Emangnya kamu aja kak yang pengen deket sama Eyang. Aku juga kali," sahut Arya yang kini sudah berdiri di samping neneknya.
Azzam pun melerai pelukannya pada Ibu Sandra dan beralih memeluk sepupunya itu. Mereka memang terhitung dekat. Mungkin itu karena usia Arya tak beda jauh dengan Azzam. Walaupun begitu, Azzam tetap menyayangi dan dekat dengan semua sepupunya.
"Duh calon pengantin mah beda yah auranya," sahut Derrel.
Mereka pun saling bercengkrama dan bertegur sapa karena beberapa waktu belakangan ini tidak berkumpul disebabkan oleh kesibukan masing-masing. Azzam pun adalah orang yang paling dibuat salah tingkah saat ini karena menjadi bahan ejek-ejekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azwa Karsa (END-COMPLETED)
General Fiction-••••••••••••••••- SEKUEL HAFIZA -••••••••••••••••- -••••••••••••••••- "Kamu tanda tangani surat ini, dan saya akan setuju menikah sama kamu," Ucap gadis itu sembari memegang sebuah bolpen seakan menawarkannya pada Azzam. Dia bahkan menyunggingkan...