📌
•-------•
Keberanian tidak mempercepat kematian. Ketakutan tidak dapat mengelakkan dari kematian, kita pasti mati. TAPI DALAM KEADAAN APA? PILIHAN ADA DI TANGAN KITA!-Ustadz Abdul Somad-
•-------•
•-------•
Gak semua hal harus di 'iyain' gitu aja.-Ig : @romansaku_-
•-------•Seorang lelaki tampan yang baru saja sah menjadi seorang suami, sekarang sudah bisa membaringkan tubuhnya yang terasa sangat lelah itu. Setelah memberesi semua pakaiannya untuk masuk ke dalam lemari, Azzam langsung pergi mandi. Dan itu sudah cukup untuk menampilkan wajah tampannya.
Kini Azzam tengah menyunggingkan senyumnya saat mengingat kejadian beberapa menit lalu. Melakukan hal lebih dari ini? Azzam? Melakukan hal yang lebih dari pelukan kepada Niswa? Mana mungkin?
Dia tidak akan berani melakukannya jika tanpa izin dari Niswa. Azzam bukan laki-laki seperti itu. Dia itu selalu berusaha untuk menghargai wanita. Oleh sebab itu dia menjadikan Niswa istrinya, bukan hubungan tanpa ikatan. Jadi mana mungkin Azzam akan melakukan itu.
Bahkan kini dia rela menerima untuk tidur di kamar yang terpisah dengan Niswa yang notabenenya sudah halal baginya. Lalu, kenapa dia mau-maunya tidur di sini jika dia mau melakukan hal itu?
"Halo Bu, Assalamualaikum. Ibu sama Ayah udah tidur?" ucap Azzam.
Sekarang ini dia sedang menelpon ibunya. Banyak kebiasaan baik yang Hafiza tanamkan pada diri putra dan putrinya. Termasuk untuk meminta maaf dan berterimakasih pada ayah ibunya sebelum tidur. Dan Azzam tidak melupakan kebiasaan itu walaupun dia sudah menikah sekarang.
"Wa'alaikumsalam nak. Ibu belum tidur kok, tapi ayah kamu udah tidur tuh,"
"Oh gitu. Aku minta maaf ya Bu kalo aku ada salah. Makasih Ibu selalu ada buat aku," balas Azzam sambil tersenyum.
Masih tak percaya kalau dia sudah menikah sekarang. Hidupnya bukan lagi tanggungan dari orangtuanya, melainkan dia lah yang sekarang harus menanggung hidup seorang gadis yang telah menjadi istrinya.
"Niswa mana Zam? Kok gak ada suaranya?" tanya Hafiza.
Degh
Harus Azzam jawab apa pertanyaan ibunya itu. Azzam tidak mungkin bilang tidak tahu kan? Karena mereka tidak ada dalam satu kamar. Bisa berpikir apa nanti ibunya kalau Azzam menjawab seperti itu? Tapi Azzam tidak tahu sedang apa Niswa sekarang.
"Zam?" tanya Hafiza lagi.
"I-iya Bu. Itu Bu ... ehmm ... Niswa nya ...," ucapan Azzam terhenti di sana untuk berpikir.
"Niswa nya udah tidur Bu. Kecapekan kali. Ini aku juga udah mau tidur, Ibu juga tidur ya? Istirahat. Capek kan pasti?" Jawab Azzam akhirnya.
Huft, tidak ada cara lain selain berbohong. Lagipula pasti Niswa sudah tidur. Memangnya dia sedang apa kalau tidak tidur? Ini sudah malam kan.
"Oh gitu. Yaudah deh. Kamu jangan lupa berdoa ya? Assalamualaikum," ucap Hafiza dan langsung dijawab oleh Azzam.
Terkadang Azzam merasa masih seperti anak kecil, masih disuruh berdoa sebelum tidur. Padahal tanpa diingatkan pun, tentu dia akan membacanya. Tetapi, begitulah seorang ibu. Dia selalu menganggap anaknya sebagai anak kecil.
Lebih baik sekarang Azzam segera tidur karena besok adalah hari jumat, dan Azzam harus pergi ke suatu tempat besok.
-KARSA-
Astaga, rumah ini sepi sekali. Padahal ini sudah waktunya subuh. Atau memang semua pegawai Niswa akan mulai bekerja setelah subuh? Tapi kenapa sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Azwa Karsa (END-COMPLETED)
General Fiction-••••••••••••••••- SEKUEL HAFIZA -••••••••••••••••- -••••••••••••••••- "Kamu tanda tangani surat ini, dan saya akan setuju menikah sama kamu," Ucap gadis itu sembari memegang sebuah bolpen seakan menawarkannya pada Azzam. Dia bahkan menyunggingkan...