📌
•-----•
Membacaku pasti akan lebih nyaman jika kamu sudah menunaikan semua ibadahmu. Letakkan benda pipih kesayanganmu itu, berdiri, dan lekaslah mengingat Allah.
•-----•
•-----•Bagaimana bisa kamu mengucapkan "selamat tingal" ketika hatimu masih ingin "menggenggam"?
-Ig : @rodwrites-
•-----•
"Iya, kamu urus aja semuanya. Saya mau dua bulan lagi semuanya udah siap."
Setelah mengucapkan kalimat itu lalu mengucap terimakasih juga, Azzam langsung menutup sambungan telepon. Huft, ini adalah keputusan berat. Semua keputusan yang Azzam buat belakangan ini adalah keputusan yang tidak pernah dia bayangkan selama ini akan dia lakukan. Tak disangka, cinta benar-benar telah membuatnya gila. Azzam kira itu hanya sebuah ungkapan. Tetapi, nyatanya dia mengalaminya sendiri sekarang.
"Zam," panggil Dev setelah memasuki kamar putranya.
"Eh, iya Yah?" jawab Azzam.
"Sibuk?"
"Enggak kok, Yah. Kenapa?" tanya Azzam.
"Apa bener kamu udah ngurus surat cerai?" tanya Dev.
Saat itu juga raut wajah Azzam berubah. Azzam lupa kalau ayah dari Erik adalah tangan kanan ayahnya, tentu ayahnya akan tahu segala sesuatu yang sedang dikerjakan Erik. Dan benar, Azzam memang sudah meminta Erik untuk mengurus segala sesuatu tentang itu ... tentang ... surat cerai.
Sungguh, ini sangat sulit bagi Azzam, ini benar-benar sulit hingga dia tidak sanggup untuk mengurus semuanya sendiri.
"Azzam?" panggil Dev lagi pada putranya.
"Iya, Yah," jawab Azzam akhirnya sambil menunduk.
"Zam, apa kamu udah bener-bener yakin? Ayah tau kamu masih cinta sama Niswa. Alasan kamu emang kuat buat ceraikan Niswa, tapi buat pertahanin dia juga gak salah, Nak," ucap Dev mulai memberi wejangan pada putranya.
Dev memang tidak bisa mengatakan kalau alasan putranya menceraikan Niswa itu salah, walaupun tidak sepenuhnya juga benar.
Di sini, dia sebagai orang tua hanya bisa mendukung mendukung keputusan Azzam saja. Tetapi jika masih ada rasa itu diantara mereka, kenapa tidak dipertahankan? Kenapa harus secepat ini mengurus tentang surat cerai?
"Yah, biar ini jadi urusan aku ya. Aku tau apa yang harus aku lakuin buat rumah tangga aku kok, Yah," jawab Azzam dengan santun.
Dia tidak mau menyakiti perasaan ayahnya dengan menjawab kalau dia tidak butuh saran dari ayahnya. Pada kenyataannya, ayahnya itu memang benar. Alasan yang Azzam katakan pada keluarganya mungkin cukup sepele untuk dijadikan alasan bercerai, tetapi ada alasan lain di luar itu yang Azzam jadikan sebagai alasan kua, dimana keluarganya tidak tahu soal itu.
"Udahlah, Yah. Ayah gak perlu pikirin masalah aku karna aku bisa selesaiin sendiri masalah aku. Yang harus Ayah pikirin sekarang itu Ara, Yah."
Ucapan Azzam itu membuat Dev menyatukan alisnya. Memang ada apa dengan putrinya? Sepertinya dia baik-baik saja.
"Emangnya Ara kenapa?" tanya Dev.
"Apa Ayah gak ngerasa kalau Ara itu udah butuh pendamping, Yah?" tanya Azzam.
Ya, sekarang dia akan memulai aksinya untuk mendukung Asgar. Sementara Dev semakin bingung dengan ucapan putranya itu. Baru saja mereka membicarakan tentang perpisahan lalu sekarang tentang pendamping?
KAMU SEDANG MEMBACA
Azwa Karsa (END-COMPLETED)
General Fiction-••••••••••••••••- SEKUEL HAFIZA -••••••••••••••••- -••••••••••••••••- "Kamu tanda tangani surat ini, dan saya akan setuju menikah sama kamu," Ucap gadis itu sembari memegang sebuah bolpen seakan menawarkannya pada Azzam. Dia bahkan menyunggingkan...