AN -٢٤- MANDI WAJIB

3.9K 426 86
                                    

📌
•------•
Mungkin, aku bisa dengan mudah untuk pergi. Namun, aku tak cukup mampu untuk itu.

-Adnan Azzam Prakasa-
•------•

Hmm rasanya malas sekali bangun dari tidur. Niswa rasa, sudah lama sekali dia tidak merasakan tidur senyenyak ini. Atau mungkin ini karena udara dingin yang disebabkan oleh hujan semalam? Entahlah. Yang dia tahu, hari ini dia harus berangkat pagi-pagi sekali. Oleh karena itu dia harus segera bangun sekarang.

Namun ketika mulai membuka mata, ada sesuatu yang asing di depan matanya. Apa itu? Bentuknya tidak seperti bantal guling. Tapi...

"Aaarrghhh!" teriak Niswa.

Dia terkejut ketika mulai melirik ke atas, ada Azzam di sampingnya, tepat di sampingnya tanpa ada jarak sedikitpun. Sementara Azzam yang masih lelap dalam tidurnya itu tentu saja langsung mengerjapkan matanya karena terkejut atas teriakan Niswa barusan.

"Kenapa sih Wa teriak-teriak? Sakit nih telinga aku," ucap Azzam ikut berada dalam posisi duduk seperti Niswa sekarang.

"Kamu tuh yang kenapa. Ngapain kamu di sini? Tidur di sini? Hah? Kamu mau macem-macem ya?! Iya kan? Ngaku deh," ucap Niswa bertubi-tubi, seakan tak ada jeda di setiap kalimatnya. Bahkan sekarang Niswa sudah menutupi tubuhnya dengan selimut.

Ah iya. Azzam baru ingat. Semalam dia memutuskan untuk tidur di samping Niswa. Padahal Azzam sudah berencana untuk bangun lebih awal agar mendahului Niswa bangun lalu keributan pun tak akan terjadi. Tapi sudah terlambat. Niswa sudah terlebih dahulu bangun. Dan keributan dipagi buta tak terhindarkan lagi sekarang.

"Ngapain? Pake nanya lagi. Masa gak tau? Semalem habis hujan, aku di sini, di samping kamu, tidur satu ranjang. Dan kita? Suami istri kan? Kira-kira ngapain tuh?" tanya Azzam.

Dia sengaja ingin mengerjai Niswa. Tak makan nangkanya tapi kena getahnya. Daripada Azzam menerima tuduhan atas perbuatan yang tidak dia lakukan, lebih baik dia buat si penuduh makin was-was saja sekalian.

"Apa?!" ucap Niswa terkejut.

"Kamu apa-apaan sih?! Jangan becanda deh Zam," lanjut Niswa.

Tentu saja dia jadi ketakutan sekarang. Niswa benar-benar tidak ingat apa yang terjadi semalam. Yang dia ingat, semalam hujan dan karena kedinginan, Azzam memeluknya. Dan entah karena nyaman atau kelelahan, Niswa jadi tertidur. Lalu setelah itu? Setelah itu Niswa tidak tahu apa lagi yang telah terjadi. Apa benar begitu? Apa yang dikatakan Azzam itu benar?

"Kok becanda gimana sih? Kamu beneran gak inget apa-apa? Gak liat juga itu baju kamu udah ganti? Hm?" goda Azzam lagi semakin gencar.

Rasanya puas sekali melihat Niswa panik seperti itu. Kapan lagi bisa melihat Niswa Azzahra dalam kepanikan?

"Iiiihh! Ih! Ih! Ih!" ucap Niswa sambil memukul-mukul lengan Azzam.

"Aw aw, sakit Wa, ahaha, Waa," ucap Azzam mencoba menghindari pukulan Niswa itu sambil tak kuat menahan tawa.

Namun Niswa tidak mau berhenti. Dia benar-benar berpikir kalau apa yang dikatakan oleh Azzam itu sungguhan. Dia benar-benar berpikir kalau dia sudah melewati itu bersama Azzam.

"Wa ... sakit, Wa. Aku becanda, becanda ..., udah Wa, sakit ini, " ucap Azzam lagi karena Niswa tak kunjung berhenti, dan malah semakin keras memukul lengannya.

Benar saja. Ucapan Azzam barusan berhasil menghentikan aksi istrinya itu. Namun tentu saja Niswa tak begitu saja percaya pada Azzam. Tatapan tajamnya itu menjadi cara bagi Niswa untuk menuntut penjelasan dari Azzam.

Azwa Karsa (END-COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang