AN -٦٥- TERLAMBAT

2.6K 486 100
                                    

📌
•-----•
Dibuat aman, dibuat nyaman,
Dibahagiakan, dibuat percaya kemudian ia pergi.

-Ig : @kedua.sisi-
•-----•

"Bu, aku berangkat dulu ya," pamit Azzam yang baru saja keluar dari kamarnya.

Ya, tiba-tiba saja Azzam berpamitan tanpa duduk dan sarapan Bersama terlebih dahulu, padahal di sana sudah ada ayah dan adiknya juga.

"Loh, gak sarapan dulu?" tanya Hafiza saat Azzam mencium punggung tangannya.

"Nggak, Bu. Nanti di hotel aja," jawab Azzam lalu beralih mencium kening ibundanya.

"Aku duluan ya, Dek," ucap Azzam pada adiknya yang sedang sibuk dengan ponselnya.

Ara yang sedang sibuk itu pun hanya mengangguk lalu menerima uluran tangan dari kakaknya lalu menciumnya dengan mata yang masih terfokus pada ponselnya. Dia bahkan tak memperhatikan kakaknya yang sedang mencium keningnya juga.

Ara tidak terlalu mengambil pusing atas sikap Azzam yang sebenarnya aneh itu karena dia pun juga cukup sering melakukannya saat ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda. Jadi Ara pikir kakaknya itu juga sedang ada pekerjaan penting saja.

"Ibu bawain bekal ya?" tanya Hafiza menawarkan.

"Gak usah, Bu. Assalamualaikum," jawab Azzam dilanjutkan dengan mengucap salam lalu pergi begitu saja.

"Wa'alaikumsalam."

Benar. Tanpa berpamitan pada ayahnya. Sedangkan Dev, dia yang tahu penyebab perubahan sikap putranya itu hanya bisa diam membisu. Dari semalam, perasaan bersalah itu kembali menghantui dirinya. Bahkan rasa bersalah itu terasa semakin besar. Dev yakin, kalau Azzam sekarang pasti menyalahkannya atas semua yang terjadi. Ini memang salahnya, ini semua memang salahnya.

Sedih, pasti Dev merasa sangat sedih melihat perilaku Azzam padanya sekarang. Tetapi Azzam memang berhak marah. Dan entah sampai kapan kemarahan itu menghiasi hati Azzam yang lembut itu. Apakah putranya itu bisa memaafkannya nanti? Atau sampai dia mati, Azzam tak akan memaafkannya sama seperti dia yang tidak memaafkan kesalahan papanya dulu hingga ajal menjemput?

Sementara Hafiza terlihat bingung dengan suasana yang terjadi sekarang. Ada apa? Kenapa sikap Azzam seperti itu pada ayahnya? Ini adalah kali pertama bagi Hafiza, melihat sikap putranya yang tidak menghormati orangtua. Bahkan Azzam tetap berpamitan saat ayahnya sedang marah padanya. Lalu kenapa sekarang ....

Dan Hafiza hanya bisa menatap Dev yang tengah memperlihatkan raut wajah kesedihan. Hafiza tidak mungkin menanyakan rasa penasarannya saat masih ada anak-anaknya di hadapannya. Benar, Ara masih belum beranjak dari tempat duduknya.

Sebenarnya apa yang terjadi? Dari semalam, suaminya itu bertingkah aneh. Apa ini juga yang menyebabkan hal itu terjadi?

Tak lama kemudian, Ara yang baru selesai menghabiskan sarapan paginya itu juga berpamitan pada orangtuanya untuk pergi bekerja. Dan sampai detik ini dia belum menyadari apapun karena terlalu fokus pada pekerjaannya di ponsel sedari tadi.

"Mas ...," panggil Hafiza pada Dev saat putrinya sudah benar-benar pergi.

Dev pun yang sedari tadi tertunduk langsung mengangkat wajahnya saat mendengar suara istrinya itu. Semalam memang Dev belum menceritakan ini pada Hafiza. Itulah sebabnya Hafiza tidak tahu penyebab putranya bersikap seperti tadi.

"Ada apa sih, Mas? Kamu ada masalah apa sama Azzam? Kok sikapnya beda sama kamu tadi?" tanya Hafiza.

"Aku ...."

Azwa Karsa (END-COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang