📌
•-----•
Mendambakan surga, tetapi membaca mushaf tak seistiqomah membaca media sosial.-Ig : @izzatulfadillah_-
•-----•
•-----•
Kadang semesta menitipkan yang terbaik bukan untuk selamanya, tapi belajar untuk menghargai apa itu cinta.-Mahalini-
•-----•Erik sedang memeriksa sesuatu terkait operasional di restoran hotel. Ada sesuatu di sini yang harus Erik urus atas perintah Azzam. Sebenarnya dia bingung dengan apa yang terjadi pada atasannya itu. Beberapa hari lalu, atasannya itu tidak mengizinkan istrinya untuk masuk ke ruangannya.
Dan yang membuat Erik terkejut adalah ... Azzam menyuruhnya untuk mengurus semua berkas yang dibutuhkan untuk perceraian. Sebenarnya ada masalah besar apa diantara Azzam dengan istrinya? Belum lagi Azzam menyuruhnya untuk_
"Assalamualaikum," terdengar salam dari seorang gadis yang langsung berhasil menghentikan pemikiran-pemikirannya tadi.
"Wa'alaikumsalam," jawab Erik sambil berbalik badan untuk melihat siapa yang datang menyapanya.
Saat itu pula, Erik diam terpaku saat melihat siapa wanita itu. Ah, rasanya sudah lama sekali Erik tak melihatnya. Apakah ini yang disebut rindu? Aisshh! Tidak-tidak! Berpikir apa Erik ini?!
"Rik?!" panggil gadis itu entah untuk ke berapa kalinya.
"Eh ... i-iya, Bu?" jawab Erik gugup.
"Ck! Iihh kamu yaa ... udah dibilangin panggil Ara aja, emang kamu pikir aku udah tua sampe harus dipanggil Bu? Hah?"
Benar, gadis itu adalah Ara. Dan memang benar juga kalau Erik telah lama mengagumi gadis itu, adik kandung dari atasannya. Sayangnya, dia hanya bisa diam menyimpan rasa itu hingga detik ini. Erik merasa tak cukup pantas untuk bersanding dengan wanita sehebat Ara ini. Oleh karena itu dia hanya diam dan memendam perasaannya.
"Emm ... maaf, Bu. Tapi itu tidak sopan. Saya kan hanya bawahan di sini, dan_"
"Ya ya ya ya, aku udah duga kamu bakal jawab gitu. Yaudah deh terserah kamu aja," potong Ara dengan bahasa santainya.
Sama seperti kakaknya, Ara tak pernah berbicara dengan formal pada karyawan mereka, dia selalu bicara dengan santau seperti bicara dengan temannya. Entah itu pada karyawan dari ayahnya, Azzam atau bawahannya dikepolisian.
"Tadi aku tanya berkali-kali sama kamu, Kak Azzam nya ada? Kamunya malah bengong," tanya Ara kemudian.
"Oh emm itu, Pak Azzam sedang ada di ruangannya, Bu. Ma-mau saya antar, Bu?" tawar Erik dengan gugup.
Ahh sungguh, rasanya sangat gugup sekali. Mungkin ini karena efek sudah lama tak bertemu. Erik berharap, semoga saja Ara tidak menyadari kegugupannya itu.
"Oh gak usah, Rik. Aku bisa kok. Makasih ya," jawab Ara sambil tersenyum ramah lalu pergi menuju ruangan kakaknya.
Erik hanya bisa mengangguk dan tanpa bisa membalas senyuman ramah dari gadis yang dia kagumi itu. Entah bagaimana caranya perasaan ini bisa terungkap dari lisannya. Tak mudah memendam rasa ini terus menerus, tetapi lebih sulit lagi bagi Erik untuk mengungkapkannya. Hmm...
•••••
Di ruangannya, Azzam sedang merasakan kehancurahan dalam hatinya setelah bertemu Niswa tadi. Mengatakan hal sejahat tadi pada Niswa, itu sangat menyakitkan bagi Azzam.
Namun hanya itu yang bisa membuat Niswa menjauhinya. Jika Niswa tak menjauhinya, maka itu juga akan menyulitkan Azzam untuk bisa menjauhi wanita yang bahkan sampai detik ini masih ia cintai itu. Jadi, mungkin akan lebih mudah bagi Azzam untuk menjalani ini semua jika Niswa membencinya walaupun dia tidak menginginkan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azwa Karsa (END-COMPLETED)
General Fiction-••••••••••••••••- SEKUEL HAFIZA -••••••••••••••••- -••••••••••••••••- "Kamu tanda tangani surat ini, dan saya akan setuju menikah sama kamu," Ucap gadis itu sembari memegang sebuah bolpen seakan menawarkannya pada Azzam. Dia bahkan menyunggingkan...