📌
•-----•
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolong.-Ig : @frclrs-
•-----•
•-----•
Terkadang wanita itu bisa lebih keras dari besi, bisa lebih kuat dari batu. Tetapi bisa lebih rapuh dari bunga mawar.-Ig : @Mhrni'Official-
•-----•Beberapa minggu telah berlalu, selama itu juga Niswa terlihat murung dan tak bersemangat menjalani hari-harinya. Memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk mengembalikan rumah tangganya lagi juga tak berujung. Bahkan papanya juga sudah mengetahui tentang ini.
Ternyata Azzam benar-benar langsung menjelaskan pada papanya saat itu. Itu artinya keputusan Azzam benar-benar sudah bulat. Dan apakah Niswa harus menerima keputusan itu? Apakah dia harus ikhlas melepas seseorang yang dia cintai karena kesalahannya sendiri? Bukankah Azzam juga berhak bahagia? Dan apakah bahagia Azzam adalah berpisah dengannya?
Dan ... lagi-lagi Niswa berada di kamar ini, kamar yang ditinggali oleh Azzam selama kurang lebih sepuluh bulan. Bahkan Niswa menidurinya setiap malam ditemani dengan tangisnya.
Selalu teringat ketika pertama kali Azzam datang ke sini dan tanpa perlawanan dia bersedia untuk tinggal di kamar ini. Tanpa ada protes atau permintaan yang membuat Niswa sulit.
Teringat juga saat Azzam menyuruhnya sholat untuk pertama kalinya. Saat itu, Niswa yang masih sama sekali tak tertarik pada Azzam tentu merasa sangat kesal karena waktu itu Niswa menganggap Azzam telah melakukan pemaksaan.
Padahal, pemaksaan itu Azzam lakukan karena sholat hukumnya adalah wajib dan siapapun tak boleh meninggalkannya. Bahkan orang sakit juga diberi solusi oleh Sang Kuasa untuk tetap menjalankannya. Lalu kenapa kita yang masih dalam keadaan sehat tidak menjalankannya?
"Sholat itu wajib hukumnya. Walaupun kamu gak anggap pernikahan ini ada. Tapi tetep aja, aku ini suami kamu sekarang. Dan apa yang kamu lakuin, itu tanggungjawab aku juga mulai sekarang. Kalo kamu gak sholat, kamu dosa. Kalo kamu dosa, aku juga yang ikut nanggung."
Itulah ucapan Azzam yang kala itu menjawab kekesalan Niswa karena dipaksa bangun untuk menunaikan sholat subuh. Bagaimana bisa Niswa menyia-nyiakan laki-laki sebaik dia? Kenapa dia tidak menyadarinya sedari dulu? Dan apakah akan ada laki-laki lain yang seperti dia? Yang tak hanya mencintainya di dunia, tetapi menuntunnya juga ke surga Allah?
Niswa mulai menapaki tangga demi tangga untuk turun ke bawah. Melihat dapur dan meja makan membuat Niswa kembali teringat pada sosok laki-laki yang dulu sangat hangat itu.
"Kamu tuh gini banget ya cari kesempatan buat pegang-pegang tangan aku?"
Dan ini adalah salah satu dari sejuta lelucon Azzam yang selalu berhasil membuat Niswa kesal selama mereka menikah.
Saat itu Azzam memasak untuk semua orang dan Niswa menyuruhnya untuk berhenti melakukan hal yang tidak biasa terjadi di rumahnya, tetapi bukan Azzam namanya kalau tak ada sanggahan. Tentu saja dia mengelak, tentu saja ada kalimat-kalimat yang membuat Niswa kalah karena ucapannya itu.
Pertengkaran demi pertengkaran memang selalu menghiasi hari-harinya bersama Azzam, bahkan sejak hari pertama mereka menikah. Rasanya tak ada satu hari pun luput dari perdebatan di antara dia dan Azzam hingga akhirnya dia mulai luluh pada lelaki itu
Huuuhh....
Seketika matanya memejam. Rasanya otaknya itu sangat lelah memikirkan semua ini. Pikiran dan hatinya tak sejalan. Kata orang, cinta yang tulus itu tidak memaksa. Lalu jika Niswa ingin terus mempertahankan pernikahan ini tanpa hadirnya cinta dari salah satu pihak, apakah Niswa egois? Apakah dia memaksa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Azwa Karsa (END-COMPLETED)
General Fiction-••••••••••••••••- SEKUEL HAFIZA -••••••••••••••••- -••••••••••••••••- "Kamu tanda tangani surat ini, dan saya akan setuju menikah sama kamu," Ucap gadis itu sembari memegang sebuah bolpen seakan menawarkannya pada Azzam. Dia bahkan menyunggingkan...