📌
•-----•
Tangisan taubat seorang pendosa lebih Allah SWT cintai daripada tasbihnya seorang yang sombong.-Ig : @yaummii_-
•-----•
•-----•
Kata orang, bahagia itu pilihan. Itulah sebabnya aku memilihmu, istriku.-Adnan Azzam Prakasa-
•-----•Hari demi hari berlalu. Tiba saatnya Azzam harus pergi hari ini. Niswa meratapi dirinya sendiri karena hingga hari dimana Azzam akan benar-benar pergi pun, mulutnya itu masih bungkam tanpa mau mengeluarkan satu patah kata pun.
Beberapa hari ini sejak Azzam tidak tinggal satu kamar lagi dengannya, Niswa mempunyai rutinitas baru yaitu menengok kamar Azzam sebelum tidur. Emm lebih tepatnya, untuk melihat wajah Azzam. Ya, hanya menengok. Niswa tidak ingin hal yang lalu terulang lagi. Jadi dia tidak berani untuk tidur di samping Azzam lagi walaupun dengan niat, hanya sebentar.
Dengan kebiasaan itu, lalu bagaimana caranya dia bisa melewati malam-malam tanpa Azzam nanti? Sungguh, dalam hatinya Niswa benar-benar ingin melarang Azzam untuk pergi. Dia benar-benar tidak ingin Azzam jauh darinya. Tapi_ Ck! Menyebalkan sekali perasaan ini!
Sembari memikirkan bagaimana caranya untuk melarang Azzam pergi, Niswa cukup terkejut saat baru masuk ke dalam rumah. Kenapa ada kopernya di lantai bawah? Dan munculah Azzam yang baru saja menuruni tangga dengan membawa satu koper juga di tangannya.
Iya, memang Azzam berangkat hari ini. Tapi kenapa koper Niswa juga ada di bawah? Apa Azzam meminjamnya? Tapi tidak sopan sekali dia kalau meminjam tanpa izin.
"Eh, udah pulang?" tanya Azzam sembari meletakkan koper yang dia bawa.
"Kok koper aku ada di bawah juga? Mau kamu apain?" tanya Niswa balik saat Azzam sudah berada di hadapannya.
Tidak menjawab, tetapi hanya menampilkan senyum manis saja yang sedang Azzam lakukan sekarang. Ck! Kenapa Azzam harus tersenyum saat ada Niswa di hadapannya? Apa dia tidak tahu kalau ada jantung yang berdebar tak beraturan saat dia tersenyum?
Tak lama kemudian, Azzam seperti akan mengambil sesuatu dalam kantong jaketnya. Sekarang apa lagi yang akan dia lakukan? Benar-benar manusia ini, pasti akan ada sesuatu di luar nalar lagi yang akan dia lakukan.
"Nih," ucapnya sembari menyerahkan sesuatu berwujud kertas pada Niswa.
"Apaan nih?" tanya Niswa lagi setelah menerima kertas itu.
"Kamu tanya kan kenapa koper kamu di bawah?"
Mata Niswa yang tadinya terfokus pada kertas itu lalu membacanya dan kini sudah kembali menatap netra indah itu. Kertas itu adalah sebuah tiket pesawat untuk penerbangan ke Kota Lombok, dimana kota itu adalah kota tujuan Azzam hari ini untuk mengurus bisnisnya untuk empat hari ke depan. Tapi, kenapa_
"Ini maksudnya apa sih Zam?" tanya Niswa bingung.
"Permisi, Tuan. Tuan panggil saya?" sahut Ahmad yang baru saja masuk ke rumah.
"Iya Pak. Saya minta tolong Pak Ahmad masukin semua koper ke mobil ya, Pak," pinta Azzam.
Ya, dia seakan menghiraukan pertanyaan istrinya yang kini sangat kebingungan itu. Niswa benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi sekarang. Ini? Azzam akan mengajaknya ke luar kota?
Benar. Itu memang benar. Azzam membelikan tiket untuk Niswa juga. Dia ingin Niswa ikut bersamanya. Tentu ini bukan inisiatifnya sendiri.
"Tapi mana mungkin Niswa mau sih Dek? Ada-ada aja kamu. Dia tuh sibuk," ucap Azzam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azwa Karsa (END-COMPLETED)
General Fiction-••••••••••••••••- SEKUEL HAFIZA -••••••••••••••••- -••••••••••••••••- "Kamu tanda tangani surat ini, dan saya akan setuju menikah sama kamu," Ucap gadis itu sembari memegang sebuah bolpen seakan menawarkannya pada Azzam. Dia bahkan menyunggingkan...