AN -٣٩- DEMI ISTRI

3K 447 80
                                    

📌
•-----•
SIAPA AKU?
Aku adalah selayaknya manusia yang tak tahu diri, penuh dengan ambisi permintaanku yang terlalu tinggi namun sujudku kurang rendah.

-Ig : @secercah.nasihat-
•-----•
•-----•
Aku memiliki keinginan, tetapi keadaan yang memiliki kenyataan.

-Adnan Azzam Prakasa-
•-----•

Dua bulan sudah mereka menjalani rumah tangga tak normal ini. Tak terasa dua bulan telah mereka lewati bersama-sama. Azzam selalu ada di sampingnya selama dua bulan ini. Dari sejak hari ulang tahunnya, yang ketika itu usia pernikahan mereka memasuki usia satu bulan hingga kejadian-kejadian lain yang tak terduga terjadi, selama itu juga Azzam selalu ada di sampingnya. Dan ... bukan Vino.

"Wa?" tanya Azzam lagi.

Akhirnya Niswa keluar dari pikiran panjangnya. Dia lalu balas menatap Azzam dengan tatapan serius, sama seriusnya dengan tatapan Azzam sekarang. Apa Azzam begitu menginginkannya? Apa Azzam sungguh-sungguh? Haruskah Niswa mempercayai lelaki yang sudah menjadi suaminya itu?

"Aku bukan orang yang suka ingkar janji," ucap Niswa akhirnya.

Namun Azzam rasa, jawaban itu tak cukup untuk menjawab pertanyaannya. Apa hubungannya dengan janji?

"Satu tahun, waktu yang aku kasih ke kamu di surat perjanjian itu. Dan aku sendiri yang buat surat perjanjian itu. Jadi, itu janji aku," ucap Niswa lagi.

Matanya langsung berbinar. Azzam merasa tak percaya saat mendengar jawaban Niswa itu. Azzam tidak terlalu bodoh untuk memahami ucapan Niswa tadi. Ini artinya, Azzam masih mempunyai kesempatan itu? Begitu? Benarkah?

Ya, tentu saja. Apalagi? Huft, syukurlah. Syukurlah Niswa masih mau memberinya kesempatan itu.

"Udah selesai ini nyuapinnya?" tanya Niswa mencoba untuk mengalihkan topik.

Niswa tidak nyaman terus berada di kondisi seperti ini. Azzam terus saja menatapnya. Dan belakangan ini, Niswa tidak tahan saat Azzam menatapnya seperti itu. Bahkan matanya sampai berair. Apa itu air mata? Azzam kembali meneteskan air matanya demi Niswa?

Dan benar saja, Azzam langsung membukakan daging kepiting itu lagi. Sebelum itu, dia menyapu kasar air mata yang sudah sedikit menetes dari pelupuk matanya. Niswa benar-benar tidak menyangka sampai sebesar itu rasa cinta yang dimiliki Azzam untuknya.

"Makasih ya, Wa," ucap Azzam setelah menyuapkan makanan lagi ke mulut Niswa.

Niswa hanya bisa mengangguk dengan kikuk menjawab ucapan Azzam itu. Niswa sendiri tidak tahu, apakah itu jawaban yang sebenarnya atau hanya sebuah alasan. Karena nyatanya, di dalam hatinya sendiri, dia tidak menginginkan perpisahan ini.

Lihatlah, lihat senyum bahagia itu. Senyuman itu tak kunjung lepas dari wajah Azzam yang kini berseri-seri. Apa ... ini waktunya bagi Niswa membuka hatinya untuk Azzam? Atau ... memang sebenarnya sudah terbuka?

Di sela-sela kesibukannya menyuapi Niswa, tiba-tiba ponsel Azzam berbunyi.

"Halo, Assalamualaikum. Kenapa Rik?" ucap Azzam.

Ya, itu panggilan dari Erik. Azzam meminta tolong pada Niswa untuk me-loudspeaker ponselnya karena tangannya masih kotor. Jadi Niswa juga bisa mendengarnya sekarang.

Azwa Karsa (END-COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang