AN -٤١- BENIH

3.4K 504 62
                                    

📌
•-----•
Merangkak untuk membaca Al-Qur'an lebih baik daripada tidak membaca sama sekali. Jangan tinggal sehari pun, satu halaman sudah cukup.

-Ig : @mhrniofficial-
•-----•
•-----•
Ingat ya, orang yang gampang marah karena cemburu itu sayangnya nggak main-main.

-Ig : @yulhian_-
•-----•

"Kamu udah makan belum?" tanya Azzam.

Sekarang ini mereka sedang ada dalam perjalanan pulang. Niswa sepertinya masih marah pada suaminya itu karena dia bahkan tidak mau sedikitpun menatap Azzam. Sedari tadi, dia terus saja memalingkan wajah dan matanya itu menatap ke arah luar lewat kaca mobil.

"Wa?" tanya Azzam lagi.

"Ck! Apa sih?!" jawab Niswa menghindari tangannya yang disentuh Azzam.

Kesal. Masih kesal rasanya mengingat kejadian tadi. Niswa masih berpikir apa benar wanita itu klien-nya Azzam? Jika benar, kenapa mereka bisa tertawa selepas itu. Cara perempuan itu menatap Azzam, itu sangat berbeda. Apa yang Niswa lihat tadi, itu bukan mengisyaratkan kalau mereka hanya sekadar klien.

Tapi tunggu. Apa lagi ini? Keanehan lagi muncul pada benaknya? Niswa kembali merasa marah saat memikirkan ada perempuan lain yang dekat dengan Azzam, yang melihatnya dengan cara berbeda? Ini... apa ini tandanya...

"Kamu udah makan belum? Aku tanya," ulang Azzam.

Saat itu juga Niswa menatap suaminya itu. Cemburu. Apakah Niswa sedang cemburu? Tapi untuk apa dia cemburu? Niswa tidak mencintai Azzam kan? Lalu untuk apa dia cemburu? Tidak. Ini pasti salah. Niswa tidak memiliki perasaan apapun pada Azzam. Tidak. Cepat-cepat Niswa menyingkirkan pemikiran bodoh itu.

"Belum," jawab Niswa acuh lalu kembali menatap ke luar.

Tak lama kemudian Azzam menghentikan mobilnya di depan warung tenda pinggir jalan yang di sana ada spanduk cukup besar dengan gambar beberapa hewan.

Niswa terkejut dan langsung menatap Azzam yang kini tengah melepas seatbelt-nya. Azzam benar-benar berhenti di sini? Untuk apa?

"Kita ngapain ke sini, Zam?" tanya Niswa.

"Makan lah. Katanya belum makan? Laper kan?" jawab Azzam santai langsung turun begitu saja.

Dia lalu berjalan memutari mobilnya untuk membukakan pintu mobil untuk istrinya. Niswa tidak percaya ini, bisa-bisanya Azzam mengajaknya makan di pinggir jalan begini.

"Yuk," ucap Azzam sudah membukakan pintu untuk Niswa.

"Gak ah, gak mau. Kamu yang bener aja dong, Zam. Masa kamu ngajak aku makan di sini. Nanti kalo perut aku sakit, siapa tanggungjawab?" ucap Niswa.

Yang benar saja. Saat Niswa mengajak Azzam makan bersama di luar, dia mengajak Azzam ke restoran ternama, restoran mahal. Tapi Azzam? Dia hanya mengajak Niswa ke warung tenda?

"Enggaaaakk. Udah ayuk, turun aja dulu," ucap Azzam

Dia menarik tangan Niswa agar mau keluar. Dan akhirnya Niswa hanya bisa menuruti saja ucapan Azzam yang sudah menggandengnya itu.

Saat sampai di dalam, tak lupa Azzam menarik kursi untuk Niswa duduk. Bahkan dia mengelap kursi itu terlebih dahulu dengan tisu sebelum Niswa duduk di sana. Azzam, dia sampai melakukan hal ini untuknya?

"Dah. Kamu duduk di sini ya," ucap Azzam setelah dia selesai membersihkan kursi itu. Ya, walaupun sebenarnya kursi itu tidak kotor.

"Kamu mau makan apa? Bebek? Ayam? Ikan nila? Atau mau lele? Atau ati ampela?" tanya Azzam bertubi-tubi. 

Azwa Karsa (END-COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang