AN -٧۰- MENGIKHLASKAN

3.8K 460 182
                                    

📌
•-----•
Wahai jiwa yang tengah lalai,
Tidakkah kamu takut jika kelak, Allah melemparkanmu ke dalam kobaran api neraka tanpa pertimbangan?

-Ig : @temoonmu-
•-----•
•-----•
Sakitnya merindukan seseorang yang seharusnya dilupakan.
•-----•

Niswa POV

Setelah hujan tak selalu tercetak indah pelangi setelahnya. Begitupun juga sebuah kisah yang tak selalu berakhir dengan bahagia. Itulah yang tengah aku rasakan sekarang. Kisahku bersama Azzam tak berakhir bahagia melainkan dipenuhi dengan kesedihan dan kehancuran.

Entahlah, akhir yang menyedihkan ini adalah kisah kami atau hanya kisahku seorang diri. Belum tentu juga Azzam merasa hancur kan? Mungkin saja dia justru lega dan bahagia karena bisa lepas dari pernikahan yang selama ini menyiksanya.

Dulu, saat awal pernikahan kami, akhir kisah bahagia bagiku itu adalah ketika Azzam kalah dariku dengan tak bisa memenuhi persyaratan yang ada dalam surat perjanjian konyol itu. Aku pikir, waktu dimana saat itu tiba hidupku akan kembali seperti semula bahkan jauh lebih bahagia karena bisa terlepas dari Azzam.

Tapi apa? Sekarang semua telah berubah. Saat dimana Azzam mundur dan memilih untuk pergi, ternyata itu bukanlah akhir yang aku inginkan, bahkan jauh lebih buruk dari segala keburukan yang ada.

Dalam jangka waktu satu tahun (terhitung setelah menikah), harus bisa membuat perasaan Niswa Azzahra Hendrawan berubah kepada saya.

Jika saya melanggar atau tidak berhasil melakukan satu saja poin di atas, maka saya akan bersedia untuk berpisah dengan Niswa Azzahra Hendrawan . Tanpa perlawanan ataupun pembelaan diri, saya akan pergi jauh dari hidupnya dan tidak akan mengusiknya lagi.

Ya, saat ini aku sedang membaca surat perjanjian konyol yang dulu aku ajukan pada Azzam. Jika saja surat ini tidak ada, aku berpikir, apakah perpisahan ini akan tetap ada? Apakah Azzam akan tetap pergi?

Lalu ... pergi jauh dan tidak akan mengusik lagi. Apakah Azzam akan benar-benar melakukan itu? Apa dia benar-benar tak akan kembali? Sekarang bagaimana caranya aku hidup setelah kepergiannya? Bagaimana bisa aku bertahan tanpa hadirnya Azzam? Bagaimana bisa aku hidup di bawah bayang-bayang penyesalan? Bagaimana?

"Aaaarggh!"

Kertas perjanjian itu habis tak bersisa bersamaan dengan teriakanku yang marah pada diriku sendiri. Kenapa pula aku dan Azzam dipertemukan saat cinta itu belum tumbuh? Kenapa kami dipertemukan saat hanya ada kebencian dalam hatiku kepadanya?

"Kenapa Tuhan? Kenapa? Kenapa aku dipertemukan sama Azzam bukan dalam keadaan yang baik? Kenapa?!" teriak Niswa lagi sambil terisak.

Sesak dalam dadaku rasanya tak bisa keluar. Saat seperti ini manusia selalu saja menyalahkan Sang Kuasa, tanpa mereka sadari kalau mereka bisa saja memilih yang baik tetapi tetap cenderung pada sesuatu yang mereka sudah tahu itu buruk. Dan itulah yang sedang ku rasakan, lakukan dan alami saat ini.

"Sekarang gimana aku lanjutin hidup tanpa kamu, Zam? Gimana?..., " tanyaku pada sebuah bingkai foto yang terdapat wajah Azzam di sana.

Aku lalu memeluk bingkai foto itu dengan sangat erat. Masih sangat terasa bagiku pelukan hangat terakhir yang Azzam berikan kemarin. Selama kami menikah, tak sehari pun Azzam melewatkan hari tanpa memelukku, pelukan selama enam puluh detik. Aku tak menyangka ternyata Azzam benar mengenai pelukan itu. Walaupun tak lama, ternyata pelukan itu sangat berarti. Dan ... kemarin adalah pelukan terakhir yang aku rasakan kehangatannya dari Azzam. Terakhir.

Lalu sekarang aku hanya bisa memeluk foto yang menampilkan wajah Azzam saja. Hanya sebuah benda mati yang kini bersamaku. Hanya itu ....

Merasa wajahku terasa sangat basah, tanganku reflek menghapus air mata yang memenuhi wajahku. Azzam, laki-laki itu benar-benar sukses membuatku tenggelam dalam genangan cintanya.

Azwa Karsa (END-COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang