AN -٢٨- MAKASIH

3.4K 445 48
                                    

📌
•------•
Jangan lupa sholatnya ;)
•------•
•------•
Kamu cukup bodoh jika kamu mengira aku tidak pernah peduli, karena Tuhan tahu berapa kali aku menghancurkan hatiku sendiri untukmu.

-Ig : @DanielBraga-
•------•

Azzam sedang terburu-buru menuju ruang IGD. Dengan kecepatan tinggi, Azzam menuju ke sini, ke rumah sakit. Bahkan dia masih memakai chef-jacket nya karena sangat khawatir setelah menerima telpon dari Niswa tadi.

Azzam sangat mengkhawatirkan ayah mertuanya, dan Niswa juga menjadi salah satu kekhawatiran Azzam. Saat menelpon tadi, suara Niswa terdengar begitu terguncang. Dia sedang sangat ketakutan.

Dan benar saja. Saat Azzam sampai, dia bisa melihat Niswa yang terlihat cemas dengan posisi berdiri di dekat pintu ruangan.

"Wa," panggil Azzam setelah mendekat pada Niswa.

Azzam bahkan bisa mendengar Niswa menangis sesegukan. Terlihat sekali kalau istrinya itu sedang sangat ketakutan.

"Zam ...," ucap Niswa saat membalikkan badannya melihat siapa yang memanggilnya.

"Azzam ... hiks ... hiks ...," ucap Niswa lagi seketika memeluk erat tubuh suaminya.

Dia benar-benar sangat ketakutan. Dia sangat takut terjadi apa-apa pada papanya. Mungkin memang hubungannya tidak terlalu dekat dengan papanya, namun anak mana yang rela ditinggalkan oleh ayahnya? Jauh dalam lubuk hatinya, tentu Niswa sangat menyayangi papanya. Sekarang hanya papanya saja yang dia punya.

Sementara Azzam, dia hanya bisa mengusap lembut ujung kepala hingga punggung milik Niswa yang sedang menangis sesegukan itu. Berharap itu bisa menenangkan istrinya. Bahkan Azzam merasakan betapa kuatnya Niswa mencengkram chef-jacket nya.

Azzam tahu bagaimana rasanya ada di posisi Niswa. Dia pasti sangat cemas sekarang. Dan untuk sekarang, Azzam hanya ingin membuat Niswa tenang terlebih dahulu. Dia tidak ingin membuat Niswa tidak nyaman dengan memberinya banyak pertanyaan kenapa ini semua bisa terjadi.

"Papa, Zam. Aku takut Papa kenapa-napa. Aku takut ... hiks ... hiks ...," ucap Niswa masih dalam dekapan Azzam.

"Tenang ya? Kamu tenang. Semua pasti bakal baik-baik aja. Aku bakal selalu di sini kok temenin kamu, Wa. Aku janji," ucap Azzam.

Mendengar ketakutan yang dilontarkan oleh istrinya itu membuat Azzam semakin mengeratkan pelukannya. Tak tega rasanya melihatnya menangis seperti ini.

"Sekarang kamu duduk dulu yah," ucap Azzam sembari melepas pelukannya.

Niswa pun menurut dengan masih menggenggam tangan Azzam. Sungguh, dia merasa sangat takut. Jika terjadi sesuatu kepada papanya, Niswa pasti akan merasa bersalah seumur hidup.

Selama menunggu dokter yang memeriksa Anjas keluar, Niswa bahkan tak melepas tangan Azzam. Entah sadar atau tidak, dengan erat dia menggenggam tangan suaminya itu. Bahkan mungkin tangan Azzam memerah sekarang karena perbuatan Niswa.

"Dok, " ucap Niswa langsung berdiri ketika melihat dokter keluar.

"Gimana keadaan Papa saya, Dok?" tanya Niswa.

"Keadaan Tuan Anjas sekarang masih belum stabil. Tapi keadaan beliau tidak parah. Jadi anda tenang saja ya," jawab dokter itu dengan ramah.

Niswa bisa bernapas lega mendengarnya. Ketakutannya langsung sirna. Dan begitupun dengan Azzam. Jujur dia juga sangat cemas tadi. Tapi dia tidak mungkin memperlihatkan itu pada Niswa. Itu hanya akan membuat Niswa semakin khawatir saja. Dan syukurlah, sekarang mereka bisa bernapas lega, walaupun sedikit, karena dokter bilang keadaan Anjas masih belum stabil.

Azwa Karsa (END-COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang