📌
•-----•
Malu itu ketika diri di-cap alim ahli surga padahal bisa jadi diri ini salah satu buronan neraka.-Ig : @yulhian_-
•-----•
•-----•
Karena takdir tak pernah bertanya sedalam apa kamu mencintai seseorang.
•-----•"Ya udah, kamu istirahat ya. Jangan pikirin yang aneh-aneh. Oke?" ucap Azzam.
Dia sudah menjelaskan siapa Jihan, dan kembali mengungkapkan perasaannya pada istrinya itu untuk kesekian kalinya. Azzam harap tidak ada keributan lagi setelah ini. Dia sangat tidak suka meributkan tentang masa lalu.
Tapi bagaimana bisa Niswa tidak memikirkan yang aneh-aneh kalau sedang ada seseorang dari masa lalu suaminya kembali hadir. Niswa melihat sendiri, pandangan mata wanita itu menandakan kalau dia masih memiliki perasaan pada Azzam.
"Kamu mau kemana?" tanya Niswa saat Azzam telah melepas tangannya, dia seperti ingin beranjak.
"Ke kamar lah," jawab Azzam.
Azzam pikir, Niswa sudah pulih karena sudah pindah ke kamar atas lagi. Jadi itu artinya, telah usai juga tugasnya menemani Niswa di kamarnya.
Tak ada sanggahan, bantahan atau satu pun kalimat keluar dari lisannya. Niswa hanya bisa menatap suaminya itu. Bagaimana ini? Kenapa rasanya Niswa tidak rela jika Azzam harus tidur di kamarnya sendiri dan tidak lagi berada dalam satu kamar dengannya? Apa ini karena rasa itu telah ada?
"Kenapa? Kamu masih butuh sesuatu? Mau makan lagi, emang?" tanya Azzam lagi.
Azzam sedikit bingung, Niswa seperti menahannya tapi tidak ada yang dia katakan. Jadi, apa maksud istrinya itu?
"Eee... A... Aw..., " rintih Niswa tiba-tiba seakan merasa kesakitan sambil memegang kakinya.
"Wa,"
"Kenapa? Kamu kenapa? Ada yang sakit?" tanya Azzam.
Dia sudah ikut menyentuh bagian kaki yang Niswa pegang tadi. Azzam jadi panik sekarang. Azzam kira Niswa sudah bisa ditinggal tapi melihat keadaannya sekarang, sepertinya tidak.
"Kaki aku masih sakit, Zam. Masa kamu mau tinggalin aku ke kamar kamu. Nanti kalo aku jatuh lagi, gimana?" ucap Niswa.
Azzam lalu mendongak untuk melihat istrinya itu. Kasihan melihat Niswa, pasti peristiwa jatuhnya saat itu membuatnya sedikit trauma merasakan sakitnya.
"Yaudah aku temenin kamu dulu ya. Sekarang kamu mandi, ganti baju, habis itu langsung istirahat. Aku juga mau bersih-bersih dulu," ucap Azzam lalu menuntun Niswa ke ranjangnya.
Pura-pura. Sepertinya Niswa bisa memakai kata itu untuk kelakuannya sekarang. Ya, dia hanya berpura-pura. Sebenarnya kakinya sudah tidak begitu sakit. Dia bisa melakukan apapun dan tanpa bantuan siapapun. Tapi cara apalagi yang bisa dia pakai untuk menahan Azzam? Tidak mungkin kan Niswa terang-terangan mengatakan kalau dia menginginkan Azzam terus berada di sini?
Bodoh. Niswa bodoh telah berpikir bahwa dia tidak akan jatuh cinta pada Azzam. Siapa yang bisa menghindari itu dari laki-laki sebaik Azzam? Harusnya Niswa tidak meremehkannya. Dan sejak awal, harusnya Niswa juga sudah tahu akan hal itu. Bahwa Azzam bukanlah orang yang tepat untuk diremehkan.
•••••
Sedari tadi, Azzam sudah kembali ke kamar Niswa. Dan dia sudah terlelap sekarang di sofa yang ada di dekat ranjang Niswa. Selama itu juga, pandangan Niswa tak bisa lepas dari lelaki itu.
Memang benar, selama menjaga Niswa, Azzam tidak pernah tidur satu ranjang dengan Niswa. Dia bahkan tidak pernah mengambil sedikitpun kesempatan untuk itu. Dan tanpa sadar, kebiasaan memandanginya setiap dia tidur, sudah menjadi kebiasaan Niswa beberapa minggu ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azwa Karsa (END-COMPLETED)
General Fiction-••••••••••••••••- SEKUEL HAFIZA -••••••••••••••••- -••••••••••••••••- "Kamu tanda tangani surat ini, dan saya akan setuju menikah sama kamu," Ucap gadis itu sembari memegang sebuah bolpen seakan menawarkannya pada Azzam. Dia bahkan menyunggingkan...