35. SADAR [REVISI]

1.5K 182 31
                                    

Happy Reading ✨

Jangan terlalu senang saat kebahagiaan datang, karena kesedihan bisa saja muncul secara tiba-tiba.

—Dania R.C—

====================================

Adzan subuh sudah berkumandang, sedari tadi malam, Farel tidak tidur. Bagaimana mau tidur, tidur sambil duduk gitu? Dania juga masih berada di UGD.

Dengan mata yang mirip panda, Farel berjalan gontai menuju ke musholla yang berada di rumah sakit itu.

Setelah melaksanakan sholat, ia kembali lagi ke depan ruang UGD. Terlihat dua suster mendorong brankas Dania keluar.

"Kenapa, Sus?" tanyanya setenang mungkin.

"Pasien sudah melewati masa kritisnya, tapi belum sadar. Ini mau dipindahkan ke ruang rawat," jelas salah satu suster itu.

Farel mengangguk mengerti, dan mengikuti arah Dania di bawa. Mawar No.5, itu kamar rawat Dania. Tidak ada VVIP sejenisnya. Hanya kamar rawat biasa.

"Kalau begitu kami permisi, Mas," pamit dua suster tadi.

"Iya," jawab Farel seadanya.

Farel membuka ponselnya, mengirim pesan ke Angga, bahwa dirinya izin tidak berangkat sekolah dulu.

Anda:
W sm Dania ijin

Angga:
👍

Mungkin di keyboard Angga hanya ada emoticon jempol. Farel meletakan ponselnya di nakas, samping brankas Dania.

Lalu beralih menatap wajah pucat Dania, dan berlalu keluar. Berniat membeli makanan untuk dirinya sendiri.

Selang beberapa menit, Farel sudah kembali. Keadaan Dania masih sama, belum sadar. Mungkin efek obat bius semalam.

Farel duduk di kursi samping brankas Dania. Lalu ia memakan hado-gado yang dia beli tadi di depan. Hanya membutuhkan waktu lima menit, makanan sudah habis. Perlu di pertanyakan, lapar atau doyan?

Drrtt drrtt

Ponselnya bergetar, menandakan ada pesan masuk.

Jua 🐣 :
Bang Lo dimana?

Anda:
Gue di RS. Temenin temen
Bilang sama Mamih, wa

Jua 🐣 :
Siapa yang sakit?

Anda:
Temen!!

Lagi-lagi Farel menggela nafas, dan meletakan kembali ponselnya di tempat semula. Rasa ngantuk melanda, akhirnya Farel menelungkup wajahnya di lipatan tangannya yang berada di samping tangan Dania.

"Euggh ...." Dania membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya sekitar.

Lalu melirik ke arah Farel yang tertidur dengan posisi kurang nyaman. "Gue kenapa ya? Kok bisa ada nih, curut," gumamnya.

"Ssttss," ringis Dania ketika ingin menggerakkan tangan kanannya. Terlihat ada perban yang menempel di sana. Bukan cuma di tangan, tetapi di pelipisnya pun ada perban. "Ah ya, gue baru inget. Semalem kan—"

"Euggh ...." Farel terusik dari tidurnya. Seketika Dania menutup matanya rapat.

Akting, hihihi. Batin Dania.

"Kirain udah sadar," gumam Farel yang masih bisa di dengar Dania. "Gelut terus hobinya."

Dania ingin sekali mencakar wajah Farel, kalau ia tidak sedang pura-pura belum sadar. Enak aja hobi kok gelut, kalau tidak terpaksa juga ogah, mending rebahan. Pikir Dania.

Not Baperan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang