Happy Reading
Kehilangan bukan hanya soal sedih, tetapi menata hati agar bisa ikhlas menerimanya.
—unknow—
====================================
Farel menatap dokter dengan mata merahnya. "Dokter bilang kemungkinannya ada dua, koma atau gagal. Dania sudah koma, tapi kenapa malah seperti ini?"
"Jangan kaya gini, Rel. Ikhlasin Dania," ucap Mira, sembari mengelus rambut tebal anaknya.
"Mih, Dania belum meninggal kan? Iya kan, Mih?" rancau Farel.
Sama seperti Farel dan Lita, para sahabatnya pun menangis melihat apa yang terjadi sekarang.
Baru abang tau kalau kamu Adik Abang, Dann. Tapi kenapa kamu pergi? Batin Rizki.
Dania, lo kenapa ninggalin gue? Lo sahabat satu-satunya yang gue punya. Kini giliran Oliv yang berkata dalam hati.
Calvin hanya bisa bergumam kata maaf kepada putrinya itu.
Farel menghapus kasar air matanya, dan berjalan mendekati Dania. Menangkup wajah pucat Dania, mendekatkan wajahnya di telinga kanan Dania.
"Bangun, sayang," ucapnya lirih.
Setelah mengucapkan itu, Farel mencium kening Dania lama dan menjatuhkan dahinya ke dahi Dania. Sehingga hidung mancung mereka bersentuhan.
"Kaki Dania gerak!" pekik Oliv, membuat semua orang yang berada di sana melihat ke arah tunjuknya.
"Biar saya periksa." Dokter pun kembali memeriksa keadaan Dania. "Ini adalah sebuah keajaiban. Detak jantung pasien kembali normal, dan kemungkinan sebentar lagi sadar."
"Sus, tolong pasang kembali alat medisnya," perintahnya kepada suster.
Setelah selesai, dokter pamit keluar. "Kalau begitu saya keluar. Jika terjadi apa-apa pada pasien, segera hubungi saya."
Saat dokter dan suster berjalan keluar, Farel berkata, "Makanya jangan sok tau, huh!"
Mereka yang berada di sana menahan tawanya agar tidak meledak mendengar kekesalan cowok itu.
"Euughh ...."
Lita dan yang lain segera mengerubungi brankar Dania. "Alhamdulillah, kamu sadar, Dann," ucap Lita, nada bicaranya masih terdengar parau karena tadi menangis.
"Haus," lirih Dania. Calvin dengan sigap mengambil dan menyerahkan satu gelas air mineral kepada putrinya itu, dan membantunya minum.
"Kalian kenapa kok kaya habis nangis? Habis nonton sinetron suara batin suami yah?"
Bisakah Dania tidak ngeselin di saat sedang haru seperti ini? Ucapannya tadi membuat semua orang yang berada di sana mendengus malas.
"Kamu jangan ngeselin, Dann. Hampir aja kamu lewat, kalau nggak di cium Farel," kesal Lita.
"Lewat apaan? Perasaan aku disiini aj—. Eh, apa tadi? Di cium Farel? Di mana?" tanya Dania penasaran.
"Di dahi kamu," sahut Rizki.
Cewek berbaju pasien itu memegang dahinya sendiri, "Dahi gue udah nggak suci, omegot!!" hebohnya.
Lalu matanya menatap Farel jahil. "Cieee, udah berani cium-cium," godanya.
Farel memasang muka tembok andalannya. "Terpaksa."
🍦🍦🍦
Senyum keibuan menyapa Dania saat ini. Lita, masuk ke dalam ruang rawat Dania sambil membawa nasi padang kesukaan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Baperan [END]
Fiksi Remaja[COMPLETED] Dania merupakan siswi pindahan dari Malang, yang kini bersekolah di SMA ATMADJA. Salah satu sekolah yang terletak di daerah ibu kota. Perempuan unik dengan sejuta pesona ini tidak mudah terbawa perasaan dengan lawan jenis, karena sebuah...