Happy Reading ✨
Yang terbaik akan memperbaiki, bukan malah pergi.
—Dania R.C—
====================================
"Ayo, pulang," ajak Farel. Waktu pulang memang sudah lima menit yang lalu.
Dania mendongak, menatap ke arah Farel yang berdiri di depannya. "Duluan aja, Rel, gue masih ada urusan," sahut Dania.
"Lo kenapa sih? Setiap Senin sama Kamis selalu nggak mau pulang sama gue?" heran Farel.
"Gue mau—"
"Mau ke kampus Rizki gitu? Alasan lo klasik." Farel memotong ucapan Dania, dan berlalu pergi keluar kelasnya.
Aldy menepuk pundak Dania dua kali, "Gue harap lo nggak bohongi sahabat gue." Setelah mengucapkan itu, Aldy pun keluar kelas. Diikuti yang lain.
"Dania gue duluan ...," pamit Oliv sambil melambaikan tangannya ke arah Dania.
Sekarang tinggal dirinya saja yang masih berada di kelas. Cewek berambut sepunggung itu mengembuskan napas pelan.
Bangkit dari duduknya, sebelum keluar kelas, Aji sudah menghampirinya. "Kenapa tuh muka. Kusut banget kaya serbet rumah gue." Cowok itu terkekeh pelan.
"Yok, nyuci darah, nanti habis itu beli es krim ya, Ji?" Ujar Dania antusias. Tidak pernah sehari saja absen makan es krim.
Btw es krim itu di makan atau di minum? Kan es?
Aji menyentil gemas dahi Dania, "Nyuci, lo pikir baju?"
Dania menyengir, "Hehe nyuci otak lo, itu paling bener, Ji."
🍦🍦🍦
Setelah selesai urusan penyakitnya, Dania dan Aji mampir ke kedai es krim. Atas permintaan Dania.
"Ji, gue heran deh. Kenapa lo musuh banget sama Farel dan juga Angga?" tanya Dania, lalu menyuap es krim cup nya.
"Lo mau denger cerita gue?" Dania mengangguk mengiyakan.
"Ayah gue selalu nuntut kesempurnaan. Gue selalu di suruh buat jadi nomor satu di mana pun. Ayah gue, selalu pengin gue jadi peringkat satu di sekolah."
"Waktu SD sampe SMP gue bisa. Tapi gue nggak bisa waktu SMA, karena ada pacar lo, dia kan pinter. Setiap kali pembagian raport, ayah gue selalu marah karena gue dapet peringatan dua seangkatan."
"Maka dari itu gue benci sama Farel." Aji menutup ceritanya lalu menatap Dania.
"Lo ngomongin Farel kaya berasa gak ada pacarnya," sinis Dania.
Aji tertawa, "Iya deh, yang udah bucin sama Farel."
"Terus? Kenapa lo nggak pernah ganggu Farel lagi?" tanya Dania heran.
"Ayah gue mungkin abis dapat hidayah kali ya. Waktu kenaikan kelas dua belas, dia minta maaf karena udah ngekang gue, dia juga sekarang bangga sama gue dengan peringkat gue," jawab Aji.
Dania mengangguk, lalu menggeleng kepalanya. "Nistain ayah sendiri, nanti di kutuk jadi Maling Kondang," sahut Dania ngasal.
Aji menjitak kepala Dania gemas, "Malin Kundang, sayang," godanya.
Dania tidak baper!
"Iya maling kondang palanya pe'ang," ujar Dania. "Eh, terus kenapa lo masih benci sama Angga?" lanjutnya seraya bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Baperan [END]
Novela Juvenil[COMPLETED] Dania merupakan siswi pindahan dari Malang, yang kini bersekolah di SMA ATMADJA. Salah satu sekolah yang terletak di daerah ibu kota. Perempuan unik dengan sejuta pesona ini tidak mudah terbawa perasaan dengan lawan jenis, karena sebuah...