55. RAPORT [REVISI]

1.2K 166 6
                                    

Happy Reading


Pengin rasanya akrab sama camer, sambil ngomongin si Ekhem.

Dania R.C—

====================================

Pengambilan raport kelas X dan XI dilaksanakan hari ini, di kelas masing-masing. Siswa-siswinya boleh berangkat, dan boleh juga tidak.

Sedangkan untuk kelas XII di liburkan, mereka tinggal menunggu waktu perpisahan sekolah saja.

Seluruh murid ATMADJA sudah berdatangan dengan orang tua masing-masing. Sedangkan Dania? Mungkin dia akan mengambil raportnya sendiri. Mamah nya akan pulang nanti lusa, dan belum tentu bisa mengambilnya.

"Haii, calon mantu," sapa wanita paruh baya, yang menggunakan pakaian elegan, membuyarkan lamunan Dania.

Dania menengok ke sumber suara, ada sang pacar bersama Mamihnya. Farel menghela nafas sebentar, karena Mamih nya menyapa Dania dengan suara yang lumayan menggelegar.

"Haii, Tante," sapa balik Dania, dan mencium punggung tangan Mira.

Mira tersenyum sumringah, "Jangan panggil Tante dong. Panggil Mamih, kamu kan udah di catet sebagai calonnya Farel," ujar Mira, sambil tertawa pelan.

"Iya, Mamih." Dania melirik Farel yang memberi tatapan tajam. Apa? Dia tak suka kalau Dania manggil Mamih nya dengan sebutan itu?

Farel juga pasti yang ngasih tau Mamihnya soal hubungan mereka. Pasti!

"Dania siapa yang ngambil raport, sayang?" tanya Mira.

Dania harus mencari jawaban yang pas. "Sendiri, Mih, soalnya Mamah aku lagi kerja," jawabnya seraya tersenyum manis.

Mira mencubit kedua pipi Dania, "Manis banget sih kamu, kaya Mamih waktu muda. Pantes aja Farel suka," ucapnya.

Dania mengerjap matanya berkali-kali, "Hehe, iya, Mih. Udah dari dulu emang aku manis. Gula aja insecure sama aku," jawab Dania.

Begitulah Dania, sudah dipuji malah tak tau diri. Tak patut!

"Gimana kalo Mamih aja yang ngambil raport kamu," usul Mira.

"Eh ... nggak usah, Mih. Aku bis—"

"Nggak ada penolakan! Calon mantu harus nurut sama calon mertua," potong Mira cepat.

🍦🍦🍦

"Gue pengin dapet juara satu sumpah. Seumur-umur gue belum pernah ngerasain itu," celetuk Nathan.

"Gue mah nggak perlu juara satu umum, yang penting juara satu di hati pacar," sahut Oliv yang sedang bersandar di dada bidang Angga.

"BUCIN IS REAL," ucap mereka bersamaan. Seperti biasa The Kampret, Dania, dan Oliv sedang berada di kantin.

Orang tua mereka sedang mengambil raport, otomatis murid-murid di larang masuk.

"Biasanya emang siapa yang juara satu seangkatan?" tanya Dania seraya memakan telor gulungnya.

"Pacar lo lah," jawab Aldy.

Dania mengernyit tidak mengerti, "Siapa?" tanyanya.

Kepolosan Putra tiba-tiba lenyap, "Pacar lo ada berapa sih? Heran gue," ucapnya ngegas.

"Farel?" tanya Dania memastikan. Semuanya mengangguk.

"Ternyata bener lo? Kirain waktu itu lo bohong, Rel," kata Dania kepada Farel. Telur gulungnya sudah habis, jadinya dia gabut. Akhirnya kepalanya bersender di bahu kanan Farel.

Farel menanggapinya dengan decakan malas. "Sini gue cek hp lo," pintanya.

Dania mendongak menatap Farel, posisinya masih seperti tadi. "Ngapain? Gue nggak selingkuh elah. Gak percayaan banget," sahut Dania.

"Gue cuma mau cek toko sopi lo. Kasian cuma di masukin ke keranjang, sekalian gue bayarin," jawab Farel tenang.

Dania menegakkan tubuhnya, mencondongkan sedikit ke samping, tepatnya ke depan wajah Farel. "Seriusan?? Demi apa?" pekik Dania heboh.

Farel mengangguk, Dania dengan cepat memberikan ponselnya kepada Farel dengan senang hati.

Farel itu sikapnya random, susah di tebak. Yang pasti Dania suka itu. Siapa sih cewek yang tidak suka di belanjain? Bukan matre, tapi kebutuhan!

"Nih udah, COD. Kirim ke alamat gue, nanti lo ambil di rumah gue sendiri," jelas Farel. Dania mengangguk antusias.

"Makasih, pacarrrr."

Mereka yang menyaksikan itu cengo. Bahkan sebucin-bucinnya Angga, dia belum pernah perhatian sama Oliv sampai ke toko online ceweknya.

Farel uwowww!!

Seketika keheningan itu pudar, karena teriakan seseorang. "Aldy, kamu ini nggak berubah ya!! Nilainya banyak yang merah, untung kamu naik kelas." Dia itu Teresa Ventiana, ibunya Aldy. Dia memarahi anaknya karena nilainya rendah, sembari menjewer telinga sang anak.

"Kamu juga, Nathan, sama aja. Mamah potong uang jajan kamu lima puluh persen selama satu bulan," ujar Amelia Putri, Mamahnya Nathan.

Kayanya ini demo para ibu-ibu deh. Setiap habis nerima raport pasti anaknya di ceramahi. Betul tidak?

Aldy dan Nathan hanya bisa pasrah nasibnya. Ibunya Aldy dan ibunya Nathan tak sendiri, tetapi bersama ibunya Farel, Angga, dan juga Putra.

"Gimana Angga sama Farel?" tanya Putra.

Ibunya Putra tidak mempersalahkan nilai Putra, yang penting dia tidak bandel saja, ibunya sudah senang.

"Seperti biasa," jawab ibunya Angga.

"Curiga sama keluarganya Angga, jangan-jangan kulkas semua. Jawab pertanyaan aja singkat, padat, dan jelas," gumam Dania yang tak di dengar siapapun.

"Juara dua sekelas dan juara tiga seangkatan?" tanya Nathan memastikan. Ibunya Angga hanya mengangguk.

"Kalau Farel?" tanya Nathan.

"Farel juga seperti biasa, juara satu sekelas dan juga seangkatan," jawab Mamihnya Farel. Lalu beralih menatap Dania. "Ini, Dann, raport kamu. Kamu juara tiga sekelas dan juara lima seangkatan," tuturnya.

Mereka semua cengo, tidak salah dengar kan? Dania?

"Gimana-gimana?" tanya Dania belum paham.

"Kata wali kelas kalian, Dania ini termasuk murid berprestasi, tetapi dia malas. UKK kemarin aja nilai murni kan, Dania?" jelas Mira, sekaligus tanya kepada Dania.

Dania mengangguk, masih bengong. "Iya murni, aku aja nggak belajar, Mih," jawab Dania.

Mereka tepuk tangan, seketika Dania tersadar.

"Woaahhh, hebat lo, dapet jawaban dari mana? Nyuri kunci jawaban di ruang kepsek ya?" Tidak ada akhlak emang Aldy, untung Dania tidak Baperan.

"Anti kunci jawaban. Nggak nyangka gue, eh, emang gue pinter sih. Di Malang aja kaya gitu." Kan-kan! Dania kalau di puji itu makin tidak tau diri.

"Ada-ada aja kamu. Nanti kalo kamu nikah sama Farel, anak kalian jadi profesor kali ya," celetuk Mira, membuat semuanya tertawa.

Dania tidak baper, malah ikut tertawa. Sedangkan Farel? Cowok itu hanya tersenyum kecil.

Bersambung...

To Be Continued.

Not Baperan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang