48. TENTANG RIZKI [REVISI]

1.2K 153 19
                                    

Happy Reading ✨

Ada orang yang datang buat ngajarin apa itu rasa suka, tapi ada juga yang cuma singgah ngasih tau apa itu rasa sakit.

—Dania R.C—

====================================

Hari ini Dania berangkat sekolah berbeda dengan hari biasanya. Kalau hari biasanya banyak yang menyapanya, tapi kali ini malah banyak yang menggunjingnya. Pasti berita itu sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah.

Dania berjalan ke kelasnya, sambil menulikan pendengarannya, dan memasang raut wajah tanpa ekspresi. Suasana hatinya sedang buruk, belum lagi perutnya dari kemarin sakit sampai tadi pagi.

Sesampainya di kelas, di tempatnya sudah ada Oliv yang sedang bermain ponsel. Tapi bangkunya cuma satu. "Liv, bangku gue mana?" tanya Dania.

"Noh!" Oliv menunjukkan ke arah belakang, tanpa beralih dari ponselnya. Dania menghela nafas panjang, dan berjalan ke arah bangku belakang. Duduk di sana sendirian, tanpa ada yang mengajak berbicara. Sepanjang pelajaran sampai istirahat pun Dania di acuhkan.

"Rel." Dia mencoba memanggil Farel ketika sudah istirahat. Tetapi orang yang dipanggil tidak menoleh sama sekali.

Semua teman kelasnya sudah pergi keluar kelas, tersisa Dania dan Farel. Dania berjalan ke arah Farel, berdiri di depan cowok itu.

"Minggir," ketus Farel.

Dania mendongak, menatap Farel yang jauh lebih tinggi darinya. "Lo juga nggak percaya sama gue?"

"Rel, jawab!"

"Apa lo sama sekali nggak percaya kalo gue bukan yang ngelakuin itu?"

Farel menunduk, menatap Dania yang lebih pendek darinya. "Apa gue harus percaya, kalo jelas-jelas lo pegang pisau. Terus keadaan Nadilla sekacau kemaren, HAH?!" betaknya.

Dania memejamkan matanya sejenak, "Kenapa lo nggak percaya sama gue baru sekarang. Kenapa nggak kemaren-kemaren?"

"Karena lo pake topeng wajah baik lo."

Jleb!

Dania menggigit bibir bawahnya, "Oke, gue bakal buktiin ke lo, kalo gue nggak salah. Dan jangan pernah nyesel karena lo pernah nggak percaya sama gue!" katanya lalu berjalan keluar kelas.

Di perjalanan, dia di hadang oleh dua teman Nadilla. Tidak cuma mereka berdua, tapi banyak anak kelas XI IPS 4 lainnya.

Dania berhenti melangkah, tepat pada saat itu dia di siram dengan berbagai macam air, jus jambu, air mineral, dan kuas bakso yang masih panas. Hingga seragamnya basah, dan rambutnya pun ikut terkena air itu.

Dania hanya diam, menatap mereka tanpa minat. Dia sudah cukup terkena masalah karena Nadilla, dia tidak mau membuat masalah lagi dengan meladeni mereka. Dia pergi dari situ, menuju ke taman belakang perpustakaan.

Kini Dania duduk di taman belakang perpustakaan sambil melamun. Tepukan di bahunya pun tidak membuyarkan lamunannya.

"Dann." Orang itu bertepuk tangan sekali, tepat di depan wajah Dania.

"Eh, Kak Rizki. Lo pasti mau marahin gue kan? Nggak percaya sama gue. Ayo lakuin, Kak, sebelum kesabaran gue habis," ucapnya sambil tersenyum miris.

Tanpa aba-aba, Rizki memeluk Dania erat. Awalnya Dania tidak membalas, tapi kemudian tangannya terangkat untuk membalas pelukan Rizki.

"Gue nggak tau harus gimana lagi, Kak. Bukan gue yang ngelakuin itu," kata Dania masih dalam dekapan Rizki.

"Nangis, Dann, kalo lo mau. Gue siap jadi tempat bersandar lo," sahut Rizki. Dagunya diletakan di puncak kepala Dania.

Not Baperan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang