Happy Reading ✨
Saat ini semua terlihat baik baik saja, tapi baik-baik saja bukan berarti bahagia.
—Rizki P.A—
====================================
Sudah dua minggu semenjak kejadian penyerangan Dania. Perban di tangan dan di pelipisnya pun sudah di lepas. Gadis itu tidak menuruti perintah Dokter.
Obatnya di minum cuma sekali, dan juga dua hari setelah pulang dari rumah sakit dia tidak kontrol. Cuma salepnya aja yang dipakai.
Hari ini hari paling memalaskan bagi murid sekolah. Apa lagi kalau bukan upacara. Semua sudah baris di tengah lapangan sesuai dengan kelasnya masing-masing.
Citra menggunakan kesempatan ini untuk berdekatan dan cari perhatian dengan Angga. Karena Oliv–ketua Osis sedang sibuk mengatur persiapan upacara.
Masih ingat kan kenapa Oliv yang jadi ketua OSIS sekarang? Yap, karena Farel mengundurkan diri waktu itu. Oke cukup.
Setelah selesai upacara, seperti biasa. Ada Fara dan Rica yang kipas-kipas pakai buku. Ada Hamzah dan Aldy yang minum air galon yang tersedia di setiap kelas. Ada Dania, Oliv, Anabell, dan Mirna yang rebahan di belakang kelas. Ada Aldy dan Putra yang ghibah. Dan lain sebagainya.
Tiba-tiba Citra lewat belakang kelas, tepatnya di tempat Oliv dan yang lain sedang rebahan. Kakinya sengaja menginjak tangan Oliv yang di lantai.
"Awww," ringis Oliv sambil mengibaskan tangannya untuk mengurangi rasa sakit.
"Upss, gue nggak sengaja, Liv. Sorry ya," ucap Citra berpura-pura minta maaf.
"Heh, punya mata gak sih lo?!" geram Oliv, lalu meniup-niup tangannya yang masih nyeri.
"Gue punya kok. Buktinya gue bisa liat muka lo yang burik."
"Kenapa sih lo nggak glowing," sambung Citra. Bener-bener minta di sleding nih anak. Oliv itu putih macam tembok, walaupun tak glowing.
"Nggak ada yang salah sama muka gue. Kalo lo nggak suka, copot aja mata lo," jawab Oliv santai, lalu mengambil air mineral punya Angga yang ada di depannya, dan meminumnya. Pemiliknya sedang di toilet.
Maka dari itu Citra berani bertindak. Kalau ada Angga mah tingkahnya bak seorang putri. Anggun, tapi palsu!!
"Kenapa diem?" tanya Anabell. Sekelas bahkan tidak suka dengan Citra yang suka bermuka dua.
"Citrun pemutih baju, mending lo pindah aja deh sana. Gue lagi rebahan plus baca, jadi keganggu," timpal Mirna—kutu buku IPA 1.
Walaupun begitu, Mirna kalau masalah adu mulut, jangan salah. Dia jagonya. Sama seperti Dania dan Oliv.
"Bentar deh. Tadi kan lo bilang Oliv nggak glowing? Hallo?" Dania menjentikkan jarinya. "Dari pada lo, muka udah kaya kebanyakan minyak."
"Mungkin dia tuh abis makan gorengan, terus tangannya elap di muka deh," ujar Oliv. Lalu mereka berempat tertawa.
Citra mendengus, niatnya mau buat Oliv marah-marah terus ada aksi jambak-jambakan. Biar Angga liat, terus nanti dia mau akting seolah dia yang tersakiti. Tapi itu semua hanya halu.
Lihat siapa yang menang? Kejahatan pasti kalah. Jelas aja sekelas udah tau tabiat Citra.
🍦🍦🍦
"Dann?!" Dania menghentikan langkahnya ketika ada yang memanggil dari belakang. Dia berbalik dan melihat Rizki yang memanggilnya.
"Mau kemana?" tanya Rizki dengan gaya coolnya. Satu tangan di saku celana osisnya, satunya lagi mensugar rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Baperan [END]
Teen Fiction[COMPLETED] Dania merupakan siswi pindahan dari Malang, yang kini bersekolah di SMA ATMADJA. Salah satu sekolah yang terletak di daerah ibu kota. Perempuan unik dengan sejuta pesona ini tidak mudah terbawa perasaan dengan lawan jenis, karena sebuah...