Happy Reading ✨
Terlalu sibuk ngomongin kekurangan orang lain, sampai lupa kalau kita juga banyak kekurangan.
—Dania R.C—
====================================
Dan di sinilah mereka sekarang, sedang membersihkan lantai koridor bawah. Farel bagian menyapu, Dania bagian mengepel.
"Lo di rumah pernah nyapu nggak sih? Kalo kaya gitu nggak bersih-bersih lah," cibir Dania, ketika melihat Farel menyapu dengan asal.
Farel mengentikan menyapunya. "Terus yang bener gimana?" tanyanya.
"Sini sapunya." Farel pun memberikan sapu kepada Dania.
Dania mulai mencontohkan cara menyapu dengan baik. "Kaya gini nih," ucap Dania.
"Kaya gimana tadi, gue nggak liat." Akhirnya mau tak mau, Dania menyapu lagi. Sampai akhirnya selesai.
Mau aja gue kerjain, batin Farel.
"Nah, kaya giniiii, kok capek yah," kata Dania sambil mengelap keringat di dahinya. Menyapu seluruh koridor lantai bawah, bayangkan.
"Tunggu-tunggu! Lo ngerjain gue ya?" tanya Dania yang dibalas anggukan kepala Farel.
Dania mengepalkan tangannya, bersiap meninju perut Farel. Tapi tangannya di cekal oleh Farel. "Lo ngerjain gue kampret. Gue nggak mau tau, lo sekarang yang ngepel," ujar Dania, sambil menyentakan tangan Farel.
Tawa Farel pecah, "Hahahaha, iya-iya, gue yang ngepel. Kasian masih muda, jangan marah-marah nanti darah tinggi," ucapnya membuat Dania menggerutu kesal.
"Nih!" Farel menyerahkan pel-pel an satu kepada Dania.
"Katanya lo yang ngepel, gimana sih?" sahut Dania dengan nada kesal.
"Kita ngepel bareng. Biar cepet."
Jangan harap Farel bilang 'kita ngepel bareng, biar romantis' karena itu tidak mungkin!
Mereka mulai mengepel. Dania sisi kanan, Farel sisi kiri. "Lo kenapa mundur jadi Osis?" tanya Dania disela-sela ngepelnya.
"Pengin."
"Jawaban macam apa itu, Miskah." Dania merotasikan bola matanya malas. Setelah itu hanya ada keheningan diantara mereka. Sibuk mengepel lantai masing-masing.
Hingga akhirnya...
Tuk
"Upss ... maaf nggak sengaja," ucap Nadilla sambil menutup mulutnya seolah-olah bersalah karena tadi dia menendang ember pel Dania.
Dania memandang datar kearah Nadilla dan dua cecurutnya. Ah iya, baru ingat, Dania memandang datar trio lenong.
Dania menaikan satu alisnya. "Punya mata?"
"Jelas punya, ya nggak, guys?" sahut Nadilla meminta dukungan dari sahabatnya.
"Mana?" Dania melipat tangannya di depan dada. "Ini mata gue, kenapa bagus kan?" jawab Nadilla sombong menunjukkan mata yang di hiasi softlens menggunakan jari telunjuknya.
"Ouh, itu mata, nggak keliatan sih. Ketutupan belek soalnya," cibir Dania, membuat Farel diam-diam menahan tawanya.
"Lo ya ...." geram Nadilla, menunjuk-nunjuk muka Dania.
Dania menepis kasar tangan Nadilla yang berada di depan mukanya. "Nggak usah, tunjuk-tunjuk. Jari kaya bolu gagal aja bangga."
"Maksud lo?!" gertak Mitha.
"Bantet!"
Sumpah demi apapun, rasanya Farel ingin tertawa mendengar hujatan Dania kepada Nadilla. Andai yang sedang ada disini hanya Dania, tapi disini banyak orang, murid-murid yang kelas jamkos pun menonton adu cekcok itu. Jadi Farel tahan untuk ketawa. Bisa hancur reputasi menjadi cowok cool.
"Makin berani lo ya!" bentak Lya ikut-ikutan.
"Wooaahh, selow Mbak, jangan ngegas. Uratnya mau putus tuh," kata Dania santai.
"Bener-bener lo," geram Nadilla, lalu dia mengambil ember dan menyiram Dania dengan air bekas pel.
"Mengumpat!" kesal Dania, bajunya basah. Untung air di embernya cuma sedikit.
Tak bisa tinggal diam, Dania mengambil ember pel Farel. Mengangkatnya dan menyiram ke kepala Mitha, Lya, terakhir Nadilla. Setelah embernya kosong, dimasukkan ember tersebut ke kepala Nadilla.
Terakhir...
Tuk
"Mampus lo, Tante!" ucap Dania menggebu-gebu, setelah memukul ember yang berada di kepala Nadilla tadi menggunakan tangannya. Tenang mukulnya pelan kok.
🍦🍦🍦
"Gila si Nadilla, basah kan nih. Untung ini seragam pramuka."
"Tapi impaslah, udah gue getok tuh pala. Aturan gue getoknya pake pel-an ya."
"Awas kalo ketemu lagi, hehh!!"
Dania menggerutu sepanjang koridor menuju ke kelasnya. Sedangkan Farel, di belakang Dania sambil memutar bola matanya malas.
"Assalamualaikum," salam Dania lesu ketika memasuki kelasnya, lalu dijawab oleh seisi kelas. Dari tadi memang kelas Dania kosong, tidak ada guru yang mengajar.
"Napa lo? Habis renang? Ya Ampun, Dania, lo panas-panas gini renang, gosong baru tau lo," cerocos Oliv ketika Dania duduk di kursinya.
"Kerjaannya si trio lenong tuh," sahut Dania malas.
"Emang kenapa? Kalian renang bareng, parah lo nggak ngajak gue," ujar Oliv sambil geleng-geleng kepala.
"Mana ada, tadi itu abis ada acara siraman rohani," jawab Dania sambil tertawa.
Krik
Krik
"Kok lo gak ketawa sih? Ck, dahlah," ucap Dania kepada Oliv yang hanya melihatnya datar.
"Aduh mana nih, perasaan gue bawa sweater deh, masa nggak ada. Tas gue nggak bolong kok." Dania mengobrak-abrik isi tasnya.
"Nah, ini dia," ucap Dania girang. "Lha, kok malah syal sih, mata gue sliwer apa gimana. Buset, syal buat apa coba." Dania menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi.
Kemudian dia melirik Oliv, "Liv, pinjem sweater atau apa kek, nggak nyaman basah kek gini."
"Nggak bawa gue."
"Girilan gue butuh lo nggak bawa, giliran gue nggak butuh malah lo bawa banyak, kaya mau kabur dari rumah."
"Ya mana gue tau Lo bakal siram-siraman sama Nadilla," sahut Oliv malas.
"Nih." Dari arah belakang, Farel menyodorkan hoodienya kepada Dania.
"Wahh, gue pinjem dulu. Ntar gue balikin."
"Dicuci," ujar Farel.
"Lo aja ngasih gue bekas di pake, ya gue nanti di cuci terus gue pake, baru deh kembaliin ke lo." Dania ini suka sekali merepotkan diri sendiri.
Bersambung...
To Be Continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Baperan [END]
Fiksi Remaja[COMPLETED] Dania merupakan siswi pindahan dari Malang, yang kini bersekolah di SMA ATMADJA. Salah satu sekolah yang terletak di daerah ibu kota. Perempuan unik dengan sejuta pesona ini tidak mudah terbawa perasaan dengan lawan jenis, karena sebuah...