Happy Reading ✨
Ada yang cuek di depan dan sangat peduli dari belakang.
—Dania R.C—
====================================
Tok tok tok...
"BENTAR!!" sahut Dania dari dalam ketika mendengar ketukan pintu rumahnya. Saat ini bulan telah menggantikan posisi mentari sejak dua jam yang lalu.
Ceklek
Kalian tau? Dania membuka pintu juga menggunakan tangan kiri. Miris sekali.
"Eh? Ngapain kesini?" tanya Dania ketika melihat yang bertamu adalah Farel.
"Nih." cowok itu, menyerahkan sebuah ponsel berwarna gold yang sudah retak parah.
"Hp gue?" Dania mengambilnya lalu wajahnya berubah lesu. "Nemu dimana? Udah ancur gini?" tanyanya kepada Farel.
"Nggak jauh dari tempat kemaren. Suruhan gue yang nemuin," jelas Farel. Dania balik badan, berjalan gontai menuju sofa ruang tamu. Mendudukkan dirinya kasar di sofa. Tanpa menutup pintunya, membiarkan Farel ikut masuk.
"Beli lagi, jangan kaya orang susah," celetuk Farel, cowok itu juga sudah duduk di samping Dania, tetapi beda sofa.
"Bukan masalah hpnya?" ketus Dania. Farel menaikan satu alisnya, menunggu Dania melanjutkan ucapannya.
"Tapi masalahnyab... game candy crush Saga gue udah level empat ratus dua. Berarti ilang gitu aja, hp gue aja mati," gerutu Dania.
Farel melongo mendengarnya. Jadi ponselnya tidak begitu penting, tapi game candy crush Saga lebih penting? Demi apa, ada orang seperti Dania.
"Perjuangan banget tau bggak, ada level yang susah, ada yang ... aaahhhh, gitu deh pokoknya," dumel Dania. Farel jengah sendiri mendengarnya.
"Beli lagi, download game itu lagi. Main lagi deh," saran Farel, cowok itu meraih remote televisi dan menyalakannya.
"Heh, enak bener kalo ngemeng," kesal Dania. "Eh, gue heran deh sama lo. Kalo di luar atau sama orang lain lo tuh dingin, eh bukan, lo tuh cuek banget. Tapi kalo misal lo sama sahabat lo atau sama gue, lo bisa kok bertingkat bobrok. Lo punya kepribadian ganda ya?" Dania menyipitkan matanya, menatap ke arah Farel.
Farel mengingat kejadian beberapa tahun lalu. Saat dirinya di bohongi oleh orang terdekatnya—keluarganya sendiri.
"Malah bengong. Perasaan rumah gue nggak angker deh. Kok lo bisa kesurupan sih," ucap Dania lagi.
Farel memandang kosong ke arah televisi. "Karena gue nggak mudah percaya sama orang lain. Alasannya simple, nggak semua orang baik itu baik."
"Hah, gimana-gimana? Jelasin pake kata-kata yang mudah dipahami gue kek. Udah tau gue otaknya nggak nyampe," sahut Dania.
Farel menoleh ke samping kiri, ke arah Dania. "Nggak semua orang bisa di percaya. Kadang orang yang kita percayai aja bisa berkhianat. Apalagi orang lain?"
"Dulu, waktu gue masih umur sepuluh tahun. Tante gue—adik dari Papih itu orangnya baik banget. Sering kasih gue jajan, sering ngajak main. Tapi suatu hari, tante sama keluarganya butuh uang untuk suntik dana perusahaannya yang sebentar lagi bangkrut. Tante mau pinjem uang ke Papih. Saat itu, Papih juga sedang ada krisis keuangan di kantornya."
"Dan Papih bilang ke Tante, kalau dia nggak bisa bantu. Papih menyuruh Tante buat pinjem dana ke orang lain. Tapi apa yang tante gue perbuatan ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Baperan [END]
Teen Fiction[COMPLETED] Dania merupakan siswi pindahan dari Malang, yang kini bersekolah di SMA ATMADJA. Salah satu sekolah yang terletak di daerah ibu kota. Perempuan unik dengan sejuta pesona ini tidak mudah terbawa perasaan dengan lawan jenis, karena sebuah...