71. ENDING [REVISI]

3.6K 204 27
                                    

Happy Reading

Bukan bahagia yang membuat kita bersyukur, tetapi bersyukur yang membuat kita bahagia.

—All tokoh—

====================================

"Heh?! Asal lo tau, Dann. Aji adalah penyebab lo kaya gini." Penuturan Nadilla, membuat semuanya bingung.

Kecuali Dania. "Tanpa lo kasih tau, gue udah tau," ucapnya tenang.

Aji terkejut akan fakta itu. "Dann, lo ...?"

Dania mengangguk, "Gue denger waktu kalian di gudang belakang sekolah."

Flashback on

Dua gadis berseragam SMA ATMADJA sedang berjalan di koridor menuju kantin. "Duh, gue kebelet. Lo ke kantin dulu deh, Liv."

Oliv mengangguk atas ucapan Dania. "Oke, gue duluan. Jangan lama-lama lo di kamar mandi."

"Iya-iya bawel."

Dania berlari menuju toilet, setelah selesai dia baru bernafas lega. "Akhirnya ...." Ia pun melanjutkan langkahnya menuju kantin.

Saat melewati gudang, sayup-sayup ia mendengar ada yang sedang mengobrol di sana. Awalnya Dania tak peduli, tapi salah satu dari mereka menyebut namanya.

"Pokoknya lo harus bantu gue, Ji. Buat Dania dikelurin dari sekolah."

"Apa lagi sih, Nad rencana lo? Gue capek tau nggak?!"

"Jadi lo nggak mau bantu gue?" tanya Nadilla meremehkan sepupunya–Aji.

"Gue merasa bersalah sama Dania. Gue yang udah nyebabin dia gagal ginjal," lirih Aji.

Tawa Nadilla menggema, "Cewek centil itu gagal ginjal? Bagus deh, biar mati aja sekalian, jadi gue sama Farel tanpa gangguan."

"Lo bener-bener di butakan cinta, Nad. Lo nyuruh gue keroyok Dania malam itu, dan menyebabkan dia kaya gitu."

Nadilla tertawa sinis, "Gue nggak nyuruh lo bikin dia gagal ginjal. Tapi ada bagusnya juga sih," balasnya.

Cukup. Dania tidak kuat lagi mendengarnya, sedari tadi ia menguping pembicaan mereka sembari menutup mulutnya tak percaya.

Pulang sekolah, Dania mengobrak-abrik seluruh tempat di kamarnya. "Gue taro dimana ya? Duhh, lupa."

"Nahh, ini dia."

Setelah menemukan benda yang di carinya, Dania duduk di pinggir kasurnya, menatap lamat-lamat benda silver itu.

"Agiyo?"

Dania melihat ukiran di dalam benda silver itu, benda yang menjadi barang bukti atas penyerangannya beberapa bulan yang lalu. Sebuah cincin berwarna silver milik Aji.

Flashback off

"Lo tau? Tapi kenapa lo mau gue bantu kalo cuci darah?" tanya Aji heran.

Dania menghembuskan nafas kasar, rumit sekali masalah ini. "Gue tau lo orang baik, lo tulus bantu gue. Dan satu lagi, gue juga liat lo saat gue di fitnah Nadilla. Di bawah pohon taman belakang sekolah kan?"

"Iya gue di situ, gue bingung harus apa," lirih Aji.

"Bodoh lo, Ji," maki Nadilla kepada sepupunya itu.

Not Baperan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang