"CONGRATULATIONSSSSSS!!!" kata Ayen antusias meskipun sebenarnya dia tak sadar apa yang sudah dia lakukan sekarang. Felix dan Somi tak peduli lagi soal itu, mereka hanya merasa sangat bahagia sekarang.
---
PERINGATAN 18+
BAGI YANG BELUM CUKUP UMUR DI HARAP SKIP, BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN :)Menjalani rutinitas seperti biasa dengan nyaman. Itulah yang Hyunjin dan Nara lakukan saat ini. Tak ada rayuan lagi yang memaksa Nara, Hyunjin tak ingin membuat Nara merasa tak nyaman dan ingin memenuhi janjinya.
"Jin? Sarapannya udah siap." teriakan suara anara terdengar dari ruang makan.
"Iya bentar." balas Hyunjin cepat.
Selesai memakai kemeja rapi, ia bergegas menghampiri istri tercintanya.
"Busettt... Rapi amat, pak. Mau ke kondangan?" tegur Nara menyipitkan matanya heran. Ia tak menyangka Hyunjin akan memakai setelah jas seperti saat ini.
"Ya biar keren aja, Ra. Gimana? Dah ganteng belom?" jiwa narsisme Hyunjin mulai keluar.
"Gak. Tetep jelek!"
"Yee... Jelek tapi suka kan kamu?!!!" ejek Hyunjin menggoda Nara. Hyunjin mendekati Nara yang sedang berdiri mengambil air, kemudian ia memeluknya dari belakang. "Doain aku yah... Semoga kali ini berhasil, aku janji kita akan pindah dari sini secepat mungkin."
Nara tersenyum kecil, ia berbalik badan dan membalas pelukan suaminya. "Aku selalu doain yang terbaik untuk kamu. Asal sama kamu, aku gak masalah tinggal di mana pun." ucapan Nara benar-benar membuat Hyunjin sangat bersyukur memilikinya.
Jadi alasan Hyunjin memakai pakaian formal adalah ia mencoba bernegosiasi dengan pemilik rumah yang ingin dia beli sebelumnya. Bukannya mereka tak betah tinggal di sebuah apartemen, namun banyak kejadian misterius yang terus mengitari mereka berdua selama tinggal di sana.
Pertama, imsomnia Hyunjin semakin menjadi-jadi. Hyunjin terus bermimpi buruk tanpa alasan. Kedua, Nara merasa aneh sejak Unknown voice itu tak pernah terdengar lagi selama ia menikah dengan Hyunjin.
Itulah mengapa, secepatnya Hyunjin mencari rumah yang layak agar mereka bisa hidup tentram di sana.
"Makasih, Ra. Makasih udah selalu ada buat aku." ucap Hyunjin sembari mengecup puncak kepala Nara.
"Iya sama-sama. Ya udah yuk makan dulu, keburu dingin."
Selagi Hyunjin berangkat, Nara tetap berkuliah seperti biasa. Meskipun terkadang ia mendapatkan cacian, namun itu sudah biasa ia dengarkan.
Biasalah... Orang iri itu gak bisa ngeliat orang lain bahagia. Mereka percaya alasan Hyunjin menikah dengan Nara itu karena kasihan atau kena pelet. Ampun dah!
Sudah waktunya kelas berlangsung, namun Sena belum datang juga. Telfon dan sms mungkin sudah menghujani handphone Sena sekarang.
"Lo di mana sih, Sen? Kenapa gak di angkat?" gumam Nara khawatir.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dan berjalan sembari ngos-ngosan, "ini dia~" ujar Nara memutar bola matanya. "Lo dari mana aja sih? Kenapa gak di angkat telpon gua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Who are you? | Hwang Hyunjin
FanfictionIni bukan sekedar halusinasi, tapi dia memang benar-benar ada.