Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebelum akhirnya dia melompat dari tebing tinggi. Seolah dia berpamitan sebelum pergi ninggalin gue. Lalu apa arti senyumannya?
Ada apa ini?
Gue berusaha berfikir jernih dengan nyuci muka gue. Ini semua hanya mimpi, Ra. Hyunjin udah gak ada. Sadarlah!
Oh My GOD!
NOOO!!!
I'm forget something.
Shit!
Gue langsung bergegas ganti pakaian dan keluar rumah untuk ke tempat kerja gue.
So, tadi bos gue nawarin gue kerja tambahan dan langsung di gaji. Katanya malam ini, karena mereka kekurangan pekerja malam.
Gue udah iyain. Tapi gue kelupaan.
"Kenapa baru datang?" kata Bos gue yang udah mau nutup restorannya.
"Maaf Bos. Saya tadi--"
"Yaudahlah. Udah berlalu semuanya. Lain kali itu kalo gak bisa yang ngomong aja." katanya langsung nutup pintu dengan keras.
"Tapi bos--" Ah. Sial! Kok gue bisa lupa sih. Gue gak masalah soal di marahin kayak tadi. Tapi yang namanya kepercayaan itu hanya sekali. Arrghhh!!!!
---
Author POV
Hari pertama di rumahnya setelah sekian lama, membuat Hyunjin bangun lebih awal. Hyunjin membuka gorden dan kaca jendela, di sana terpampang jelas pemandangan pemohonan hijau yang sejuk.
Setelah Hyunjin membasuh wajah dan menyikat giginya, ia turun ke lantai bawah.
Sesampainya di bawah, Hyunjin mendengar bunyi-bunyian dari arah dapur. Seperti seseorang sedang memasak. Tapi sepagi ini? Batinnya.
"Ibu?"
Panggilan itu membuat Jihyo seketika berbalik. "Oh? Hyunjin-ah... Kau sudah bangun?"
Hyunjin hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Ibu sedang memasak makanan kesukaanmu. Ibu tau kau sangat suka ini."
