74 - Bad Reality

388 46 4
                                    


Dengan cepat mengambil suntikan, saat akan menusuknya ke tubuh Nara, Hyunjin berhasil mendorongnya dan...

















JLEEEBBBBBBBBB!!!!

Hyunjin membulatkan matanya lebar. Ia tak percaya melihat apa yang baru saja terjadi. Guanlin tiba-tiba kejang dan merintih kesakitan karena jarum itu mengarah dan menusuk tepat ke dadanya. Hyunjin bingung apa yang sedang terjadi, namun ia tak peduli karena Guanlin pantas mendapatkan itu. Hyunjin segera berlari ke arah Nara dan membuka semua ikatan Nara.

"Ra... Lo harus bertahan. Please!" dengan cekatan Hyunjin berhasil membuka seluruh ikatan Nara dan membuka plester di mulut Nara.

Seketika Nara langsung jatuh tepat di pelukan Hyunjin. Dengan sigap, Hyunjin menolongnya dan membaringkannya di lantai dengan kepala Nara berada di pangkuan Hyunjin. "Ra... gue di sini. Gue mohon, buka mata lo!" Hyunjin panik setengah mati. Apalagi melihat tubuh dan wajah Nara yang sudah di penuhi lebam dan darah yang bercucuran. Hyunjin menangis dengan kuat, memeluk erat tubuh Nara yang sudah sekarat.

"GUE MOHONNNNNNNNN!!!!"








Uhukkk-Uhukkkk!!!

Nara terbangun dengan batuk darah yang keluar dari mulutnya. Dengan wajah pucat penuh darah, mata sayu dan bengkak, Nara merasa sedih dan bahagia di saat bersamaan. Nara menangis tanpa mengeluarkan suara, ia tak ada tenaga lagi bahkan hanya untuk sekedar meneteskan air mata saja.

"Gue di sini, Ra. Lo bakal baik-baik aja. Semuanya udah berakhir!" masih dengan tangisan, Hyunjin berusaha sebisa mungkin untuk menenangkan Nara. Hyunjin merasa sangat marah kepada dirinya karena datang terlambat hingga membuat Nara menjadi seperti ini.

"Gue... gue takut, Jin." ucapan Nara berhasil mengguncang hati Hyunjin. Di tambah lagi, tubuh Nara sekarang sudah bergetar hebat hingga terasa dalam pangkuan Hyunjin. Hyunjin yang tak bisa menahan rasa sedihnya lagi hanya bisa mendekap Nara dalam pelukannya.

Sesaat kemudian, teman-teman Hyunjin, ambulans dan polisi tiba di lokasi.

---

Hari ini adalah hari ketiga Nara terbaring di rumah sakit dan masih belum sadarkan diri. Untungnya tak ada luka serius yang mengharuskan Nara untuk operasi, jika lebih lambat beberapa menit lagi, ada kemungkinan besar Nara mengalami cacat di setengah tubuhnya.

Karena Nara tak punya kerabat yang dekat dengannya, Jihyo datang menjaga dan menemaninya sebagai wali Nara. Jihyo sudah menganggap Nara sebagai anaknya sendiri, bahkan ia rela cuti dari pekerjaannya demi menjaga Nara di rumah sakit.

Hyunjin bersama dengan Sena datang lebih pagi. Sena ingin menemani sahabatnya itu dan Hyunjin ingin menggantikan Ibunya.

"Ibu sudah makan? Makan dulu gih. Biar Hyunjin yang jaga."

"Iya tan. Makasih sudah jagain Nara sampe bela-belain begadang." Sena merasa tak enak dan mengucapkan terima kasih dengan membungkukkan tubuhnya sampai 90°, "Jin, temenin ibu kamu sarapan sana. Biar aku yang jagain Nara."

Hyunjin paham maksud Sena, Hyunjin pun membawa Jihyo ke kantin rumah sakit untuk sarapan. "Ayo, buk!"

Di ruang kamar tempat Nara di rawat, Sena hanya seorang diri dan sesaat itu ia meneteskan air mata tanpa ia sadari, "Maafin gue, Ra. Gue bahkan gak pantes jadi sahabat lo. Bisa-bisanya gue gak tahu saat sahabat gue sendiri ngalamin hal mengerikan ini. Seandainya gue ngehubungin lo lebih cepet, lo pasti gak sampai kek gini. Maaf, maaf bangettttt... lo pasti sangat kesakitan selama ini~"

"Lo ngomong apa si?"

Sena tercengang mendengar suara yang rada serak itu, "NARAAAAAAAAAAA..." tangisan Sena pecah saat mengetahui bahwa Nara sudah sadar. Tak bisa menahan rasa bahagianya, Sena memeluk erat tubuh Nara hingga Nara kesulitan bernafas.

Who are you? | Hwang Hyunjin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang