Hyunjin tersenyum lebar, lalu menarik pundak Nara agar mendekat dengannya, " Jung Nara~"
"HUH? LO UDAH GIL--" Hyunjin lagi-lagi membuat orang mengikuti permainannya. Nara sangat menghormati Jihyo dan Minhyun, sehingga ia tak ingin berbohong kepada mereka dan mengungkapkan yang sebenarnya. "Gak, tan. Hyunjinbohong, kita gak ada hubungan apa-apa." seru Nara tegas.
Minhyun dan Jihyo hanya berdiam dan saling menatap karena tak mengerti apa maksud perkataan mereka. "Kalian sedang latihan drama ya?"
"Gak, bu. Benerann--Aw!" Nara mencubit paha Hyunjin segera. Nara bergeleng menatap Hyunjin, tanda ia tak ingin mengikuti permainan Hyunjin, lagi.
"Kalian berdua ini ngapain sih sebenernya? Yang bener tuh kalian pacaran apa gak?" tanya Minhyun tak sabar lagi dengan tingkah mereka.
"GAK!" - Nara
"IYA!" - Hyunjin
Minhyun dan Jihyo kembali bergeleng-geleng kesal. "Maaf, tan. Tapi emang kenyataannya Nara dan Hyunjin itu gak ada hubungan apa-apa." jelas Nara mulai merasa tak enak. Ia merasa seperti sedang mempermainkan orang yang lebih tua.
"Setelah semua yang kita lakuin kemaren, lo bilang gak ada apa-apa, Ra?!! Wahhh~"
"Hyunjin bangsat! Maksud lo apaan sih?!!" batin Nara geram.
"Apa maksudnya 'yang kita lakuin'? Kalian gak sedang--"
"Gak, tan. Gak begitu, tan. Ini gak seperti apa yang Om sama Tante pikirin." Nara dengan cepat memungkas kalimat Jihyo, "Nara harus bicara dulu dengan Hyunjin, permisi!" Nara menarik tangan Hyunjin dengan paksa. Di ruang tengah, Nara memukul perut Hyunjin dengan keras.
"Aw!"
"Lo bener-bener udah gak waras yak? Maksud lo ngomong gitu apaan? Mereka entar mikir yang gak-gak tentang kita."
"Yaudah biarin aja. Kita tinggal ciptain hal itu jadi nyata."
"Gue gak nyangka lo sebodoh ini, Jin." Nara tak ingin memperpanjang perdebatan antara dirinya dengan Hyunjin, terlebih ia sekarang berada di rumah orang yang sangat di hormatinya selama ini. Tanpa basa-basi, Nara pergi meninggalkan Hyunjin di sana.
"Om, tante... Seperti Nara harus pulang sekarang, ada suatu hal yang harus Nara urus." pamit Nara sambil membungkukkan tubuhnya 90 derajat.
"Oh begitu, ya? Ya sudah sepertinya sangat mendesak. Lain kali main-main ke rumah tante lagi ya?!"
"Iya tante, siap! Soal perkataan Hyunjin tadi, Nara minta maaf. Permisi!" Nara tak ingin meninggalkan kesal tak bermoral di mata Jihyo dan Minhyun. Setelah meminta maaf, Nara pamit pergi.
"Biar Hyunjin anter!" Hyunjin paham suasana hati Nara sedang tak bagus, ia segera menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.
"Gak usah. Gue naik taksi aja di sana." tolak Nara cepat.
Setelah kepergian Nara dari sana, Jihyo dan Minhyun menatap ke arah Hyunjin tajam. Sambil melipat tangan di dada, wajah mereka seolah akan menerkam Hyunjin di tempat. "Ayah, ibu~ Hyunjin--" ucap Hyunjin gagu. Hyunjin panik mendapat hukuman lagi dari Jihyo karena membuat Nara merasa tak nyaman.
"Kamu--"
"Dengerin Hyunjin dulu, Hyunjin gak bermaksud apa-apa ke Nara. Hyunjin cuma mau bicara, karena Nara gak pernah mau ketemu sama Hyunjin."
"Gak gitu caranya, Jin. SEKARANG, IKUT IBU!" Hyunjin di tarik Jihyo paksa dan membawanya ke ruang kecil yang sengaja mereka buat untuk tempat merenungkan diri.
"BU, PLEASE!" pinta Hyunjin tak lagi berarti di telinga Jihyo. Jihyo menyadari ada yang tak beres di antara mereka berdua.
Selama 15 menit lamanya, Jihyo tak bicara satu kata pun dan hanya menatap Hyunjin tajam. Hyunjin tak berani bahkan untuk waktu sedetik menatap wajah ibunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who are you? | Hwang Hyunjin
FanfictionIni bukan sekedar halusinasi, tapi dia memang benar-benar ada.