"Raaa... Bangun! Gue mohon, Raaa~" tangisan Sena mengundang yang lain. Setelah ambulans datang, Nara segera dilarikan ke rumah sakit.
---
Sudah sebulan berlalu, Hyunjin dan kepolisian belum bisa menemukan siapa yang menculik Nara. Sudah sebulan juga, Nara dinyatakan koma. Hyunjin sudah sangat frustasi sekarang, tapi satu hal yang pasti, ia tidak akan menyerah atas keadaan Nara. Ia juga tidak akan menyerah mencari tahu siapa yang melakukan ini kepada istrinya.
Setelah dari kantor polisi, Hyunjin segera kembali lagi ke rumah sakit. Memasuki ruangan Nara di rawat, Hyunjin tak tega melihat Jihyo terus menyeka tubuh Nara dengan air hangat, "Buk... Ibu istirahat ya. Hari ini biar Hyunjin yang jaga." ucap Hyunjin merasa kasihan melihat wajah pucat Ibunya yang sudah berapa hari terus menjaga Nara, karena Hyunjin berada di luar mencari tahu siapa pelakunya.
"Gak papa, Jin. Ibu udah istirahat cukup kok. Kamu juga jangan lupa istirahat ya, udah berapa hari kamu gak tidur?" balas Jihyo dengan senyuman. Sebagai seorang Ibu, ia tahu betul apa yang dirasakan anaknya. Hyunjin pasti sangat tersiksa karena tak bisa menemukan pelaku sebenarnya.
Hyunjin mendekati Nara dan menatapnya nanar, "Hyunjin tidur kok, bu. Jangan khawatir." balasnya lalu mencium dahi Nara. Meski lelah, ia tak bisa menampakkan kesedihannya lagi ke Ibunya.
"Gimana? Ada perkembangan?" tanya Jihyo yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Hyunjin. "Sabar ya, nak. Segala kejahatan pasti akan terungka, mungkin gak sekarang, tapi suatu hari nanti." ujar Jihyo berusaha menenangkan Hyunjin yang terlihat sangat kacau saat ini.
"Iyaa bu."
---
Setelah perdebatan antara kedua keluarga itu selesai, tanggal pernikahan akhirnya diputuskan. Pernikahan Felix dan Somi akan diadakan 40 hari lagi. Tapi, melihat suasana sekarang, mereka memilih untuk mengundur hari pernikahan mereka karena tak tega merayakan hari spesial ditengah masa suram sahabatnya sendiri.
"Sorry, Som. Gue cuma gak pengen aja--"
Somi segera memotong ucapan Felix, "Gue ngerti. Gue juga gak mau ngerayain ini sementara Hyunjin--" tiba-tiba Somi menutup mulutnya dan meneteskan air mata, "Hyunjin selalu ngebantuin kita disaat apapun itu, tapi Lix sekarang, Hyunjin--kita gak bisa apa-apa sementara dia--" tangisan Somi semakin menjadi saat mengingat betapa tersiksanya sahabatnya kali ini. Mengingat kembali bahwa Hyunjin adalah orang pertama yang ada saat semua sahabatnya mengalami kesulitan.
"It's ok. Kita juga bakal nyari siapa pelakunya, kita gak bakal ngebiarin Hyunjin sendiri, kan?"
"Hm... Kita harus nemuin siapa si brengsek itu. Terlebih lagi, Nara--" Somi benar-benar tak habis pikir kenapa semua ini bisa terjadi dengan sahabatnya.
"Nara pasti segera sadar kok. Pasti!" balas Felix sembari menarik Somi ke dalam pelukannya. Ia paham betul bagaimana perasaan Somi saat ini, karena mereka berada dalam posisi yang sama, yaitu sama-sama sahabat Hyunjin.
Tiba-tiba, Seungmin, Han, Ayen dan Changbin datang ke rumah Somi. "Hot News!" teriak Han dari kaca jendela.
"Gue sharelock. Ayo cepetan!" teriak Han kemudian beranjak pergi lagi.
Somi segera menghapus air matanya, "Ayo, Lix." ajak Somi segera. Sepertinya mereka menemukan petunjuk sehingga terburu-buru seperti itu.
"Bentar, gue ngambil mobil." tak butuh waktu lama untuk menyusul mereka. Perjalanan yang lumayan, 40 menit berlalu akhirnya mereka sampai di suatu desa. Desa yang penduduknya didominasi oleh petani.
"Kita di mana dah?" tanya Han penasaran.
"Gatau lah, Geblek. Kan lu yang ngajak!" balas Somi kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who are you? | Hwang Hyunjin
FanfictieIni bukan sekedar halusinasi, tapi dia memang benar-benar ada.