BBUKKKHHHHH!!!
"AKHHHH--" keluh Hyunjin kesakitan setelah tak sengaja ujung tangga mengenai juniornya. Hyunjin jatuh tengkurap dan terus memegangi aset berharganya.
"OHHHH GIMANA INI?!!!" teriak Nara terkejut. Nara mencoba mendekati Hyunjin, "Gue udah bilang jangan pecicilan. Aw, pasti sakit banget..." ujar Nara khawatir sembari berjalan menghampiri Hyunjin.
"STOPPPPPP!!! Jangan ke sini, Ra. Tolong!" titah Hyunjin yang justru membuat Nara bingung.
Nara yang sudah sangat mengkhawatirkan keadaan Hyunjin tak menggubris permintaannya, Nara kembali berjalan mendekati Hyunjin yang sudah tersungkur ke lantai.
"RAAAAA!!! TOLONGGGGG, JANGAN KE SINI. GUE MOHON!!!" Ucap Hyunjin sambil meneteskan air mata kesakitan. Meski begitu, ia masih bersikeras melarang Nara mendekatinya.
"Gak papa, Jin. Gue cuma pengen liat gimana keadaan lo."
"GUE BILANG JANGAN YA JANGAN!!! GUE MALUUUUUUUU, SUMPAH. LO NGERTI GAK SI?!!!" Hyunjin semakin menangis histeris dan membuat Nara semakin kalangkabut.
"Gue harus gimana terusan? Jangan nangis, gue juga takut, Jin." Nara yang kebingungan pun ikut menangis bersama Hyunjin.
"Telponin Ibu, cepetan!"
Nara pun segera menelfon Jihyo, sembari menangis ia pun menjelaskan situasinya dan Jihyo sedang dalam perjalanan ke rumah Nara.
Hyunjin masih tengkurap di bawah tangga sedangkan Nara juga masih terus berada berjarak 2 meter dari Hyunjin dengan keadaan sama-sama menangis. Nara menangis karena mengkhawatirkan Hyunjin dan Hyunjin menangis karena menahan malu.
Beberapa menit kemudian, Jihyo sampai dan segera menghampiri Hyunjin yang sudah berkeringat dingin.
"Jin? Kamu kenapa? Kok bisa--" Jihyo melihat Nara yang sudah menangis histeris dan berdiam diri di jarak yang lumayan jauh dari Hyunjin pun paham situasi apa yang sedang terjadi. "Ayo ke rumah sakit!" ajak Jihyo segera.
Sebelum itu, Hyunjin menahan tangan Jihyo, "Raa? Di rumah aja, ya? Gue gak papa kok." ucap Hyunjin meyakinkan Nara.
"Gak papa apanya, titit lo mungkin aja--" Nara tersadar dengan apa yang barusan ia ucapkan, "Gak, maksud gue... Gue harus ikut!" sambung Nara singkat.
Jihyo datang menghampiri Nara sebagai penengah, "Raa? Tante tau kamu ngekhawatirin Hyunjin. Tapi sekarang Hyunjin nahan malu karena kamu, entar tante kabarin ya dari rumah sakit." yakin Jihyo yang di angguki oleh Nara.
Di dalam perjalanan, Hyunjin hanya berdiam diri sambil terus memegangi asetnya. "Ah bodohnya gue, kok bisa sih~" gumam Hyunjin kesal. Ia terus menerus-menerus memukuli kepalanya.
"Kamu juga ngapain coba bisa sampe kena titit gitu," celatu Jihyo di sampingnya.
"Ah gatau, buk. Gimana dong sekarang? Mana bentar lagi pernikahan Hyunjin, ahhhh ibukkk!!!!" keluh Hyunjin merasa sangat menyesal atas kelakuannya.
"Ya mau gimana? Kalo gak bisa di selametin ya paling di potong." jawab Jihyo santai.
"IBUUUUUUUUU!!!!"
•Rumah Sakit
Selesai di periksa, beruntungnya hanya terbentur biasa dan tidak sampai menyebabkan luka fatal atau membuat fungsinya berubah.
"Dok? Masih berguna, kan? Bentar lagi saya nikah soalnya." tanya Hyunjin berbisik. Jihyo yang bisa mendengar itu pun menahan tawanya gemas.
"Huh aneh-aneh aja tu anak." gumam Jihyo dari jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who are you? | Hwang Hyunjin
FanfictionIni bukan sekedar halusinasi, tapi dia memang benar-benar ada.