Edisi Bulan Puasa bag 3

387 27 8
                                    


"Sahur! Sahur! Sahur! Sahur!!"

Para pemuda menyerukan kata sahur agar para warga komplek perumahan bangun untuk sahur. Bukan hanya sahur tapi untuk persiapan sahur, seperti memasak makanan sahur.

Naruto dan kawan - kawan telah selesai membangunkan satu kompleks perumahan. Sekarang saatnya para pemuda pulang ke rumah masing - masing untuk makan sahur masakan ibu mereka. Namun Naruto tidak demikian. Ia harus makan sahur seorang diri dengan ramen instan sebagai menunya.

"Aku harus semangat! Sahur sendiri nggak masalah. Toh tiap tahun aku selalu sahur sendiri. Kayak lagu dangdut deh. Masak, masak sendiri. Makan makan sendiri. Cuci baju sendiri. Eh.. Lupa lagi lirik lagunya," ujar Naruto dengan wajah riang gembira.

Seperti biasa, ia harus melewati rumah Sasuke karena Sasuke adalah tetangganya. Naruto berhenti sejenak di depan rumah Sasuke. Ia pun tersenyum. Tersenyum miris tepatnya.

Saat Naruto hendak pergi, pintu rumah Sasuke terbuka. Sosok pria berambut panjang muncul. "Eh, ada Naruto. Ayo masuk! Kita sahur bareng!" ajak Itachi langsung ke luar dari rumah dan menarik tangan Naruto.

"Ti-tidak usah, bang. Aku sahur di rumah saja," tolak Naruto dengan halus.

"Ish. Nggak boleh nolak rezeki. Dosa lho. Lagian si Sasuke masak banyak banget. Takut nggak habis. Daripada dikasih ke ayam, lebih baik dimakan bareng - bareng," bujuk Itachi menarik tangan Naruto.

"Ta-tapi bang. Nanti Sasuke marah kalau aku sahur di sini," jawab Naruto. Cari alasan.

"Sasuke nggak akan marah. Malah dia seneng kalau kamu makan masakan dia tiap hari. Cewek tuh gitu, Naruto. Ayo!" kata Itachi menyeret Naruto masuk ke dalam rumahnya. Tak lupa mengunci pintu. Takut ada maling. Nanti si kisame dicuri. Kisame kan motor gede kesayangan Itachi.

Tampak sesosok gadis bersurai raven yang rambutnya disanggul ke atas sedang menyiapkan makanan untuk sahur. Ia terkejut ketika kakaknya masuk dengan seorang pemuda yang diam - diam ia sukai.

"Tuh! Banyak banget kan? Mana habis dimakan berdua. Apalagi Sasuke. Dia kan cewek. Cewek tuh makannya setengah porsi cowok. Jadi, ayo sahur di sini, Naruto. Tapi cuci tangan dulu ya," ujar Itachi. Ia sangat ramah dan baik pada Naruto. Itachi ingin punya dua adik tapi ibu dan ayahnya sudah meninggal jadi ia menganggap Naruto sebagai adiknya sendiri.

"I-iya," jawab Naruto, pasrah. Ia pun berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan. Setelah mencuci tangan, Naruto kembali ke tempat makan. Akan tetapi di tengah jalan ia menabrak Sasuke yang sedang membawa setoples besar kerupuk udang kesukaan babang Tachi. Spontan Sasuke terjatuh. Kerupuk udangnya juga jatuh.

Bukh. Sasuke dan si kerupuk tidak jadi jatuh karena seseorang menopang Sasuke dengan tangan kanan, tangan kiri menangkap toples yang berisi kerupuk super enak itu.

"Hap. Hampir saja kerupuknya jatuh dan tumpah. Kan sayang," gumam Naruto, tersenyum.

Blush. "Jadi, kalau aku jatuh, nggak apa - apa gitu?" umpat Sasuke dengan nada ketus dan wajah cantiknya yang merona.

"Jangan dong. Nanti kamu sakit dan terluka kalau jatuh. Hm?" jawab Naruto dengan senyumannya yang menawan.

Deg deg. Si raven jadi salah tingkah. Terlebih pinggangnya sedang dipegang oleh si pirang. Pemuda yang ia sukai tapi malah ia jahili. Sasuke tipe gadis tsundere. Malu tapi mau dan gengsi bersikap manis.

"Ehem." Itachi berdeham lalu tersenyum. "Kalau mau bermesraan, halalin dulu adek abang yang cantik ini, Naruto. Baru boleh pegang - pegang."

Set. Secepat kilat Naruto melepaskan pegangan pada Sasuke dan kerupuk udang yang ada di toples segera Sasuke ambil dari tangan Naruto.

"A-ayo kita makan! Nanti keburu imsyak!" kata Sasuke dengan wajah memerah dan sangat malu.

"I-iya," jawab Naruto. Ia jadi malu dan canggung. 'Apa yang tadi aku lakukan sih? Si teme cantik dan wangi banget sih. Padahal dia belum mandi,' suara hati Naruto.

Itachi senyum geli melihat interaksi adik perempuannya dengan Naruto. Sang adik adalah gadis yang dingin dan cuek sedari kecil. Hanya padanya sang adik terbuka dan peduli. Namun Itachi kaget karena adiknya yang super dingin itu bisa berubah menjadi sosok yang hangat dan penuh keisengan pada seorang pemuda. Bisa dipastikan jika sang adik telah jatuh cinta pada pemuda tersebut.

'Kau harus kuliah dan bekerja dulu. Setelah itu baru kau lamar adikku, Naruto,' suara hati Itachi.

Itachi dan Sasuke pun makan sahur bersama Naruto. Sahur spesial bagi Sasuke dan Naruto. Biasanya Sasuke akan mengantarkan makanan sahur ke rumah Naruto tapi kali ini berbeda. Naruto yang sahur di rumahnya. Duduk di depannya pula. Bisa menuangkan nasi ke piring sudah membuat gadis raven itu bahagia. Apalagi ketika Naruto memakan makanan buatannya dengan antuasias dan meminta tambah.

Sasuke tanpa sadar tersenyum. Hal itu tak luput dari penglihatan sang abang.

"Jangan senyum terus, dek. Nanti makanannya nggak habis. Bentar lagi imsyak tuh. Ampe segitunya ngeliatin Naruto makan," ejek Itachi dengan senyum jahilnya.

Naruto dan Sasuke langsung memerah. Keduanya malu dan jadi salah tingkah.

Blush. "Ih abang! Siapa coba yang ngeliatin si dobe ini makan?!" sanggah Sasuke sambil makan.

Uhuk uhuk. Sasuke tersedak. Dengan cepat Naruto menyodorkan segelas air putih kepada Sasuke. Sasuke menerimanya dengan senang hati dan langsung meminum air tersebut.

Itachi tersenyum bahagia. Refleks Naruto sangat bagus. Sepertinya ia sudah tahu seseorang yang akan menggantikannya mengurusi adik gadisnya yang super manis itu. Tinggal punya pekerjaan saja. Itachi tak mau adiknya nanti menikah tapi hanya makan cinta.

Acara makan sahur pun selesai. Tapi Naruto pulang setelah adzan subuh. Jadi ia langsung pergi ke mesjid dengan calon kakak iparnya, Itachi. Sasuke subuhnya di rumah saja. Yang jelas hati gadis raven itu sedang berbunga - bunga atas perhatian yang Naruto curahkan padanya.




To be continued



Gaje banget
Iseng bikin ini kok


Sekian dan arigatou gozaimasu






Bogor, 21 April 2021




Finadika

Kumpulan cerita narufemsasu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang